commit to user 37
Sehingga dalam melakukan pertimbangan sosiologis ini antara jaksa yang satu dengan jaksa yang lain tidak selalu atau belum tentu sama.
2. Perkosaan di Lingkungan Rumah Tangga UU No. 23 Tahun 2004
Selanjutnya untuk kejelasan mengenai kasus perkosaan di lingkungan rumah tangga, penulis juga menyajikan satu contoh berkas perkara dengan
NO. POL : BP162VI2006POLRES yang telah diproses di Kejaksaan Negeri Kepanjen sebagai berikut :
Contoh Kasus : a. Sri Hartini, umur 19 tahun, beralamat di Jln. Gunungceneng Gg. Buntu
No. 8 Kec. Turen Kabupaten Malang. Bahwa korban membuat laporan kepada pihak Kepolisian Resort Malang Sektor Pakisaji dengan No. Pol :
KLP16III2006POLSEK, tanggal 17 Maret 2006, mengaku telah diperkosa ayah kandungnya sendiri sejak tahun 2003 di Surabaya, yang
pada waktu itu korban masih berumur 16 tahun sampai dengan bulan Maret 2006 di Pakisaji Kabupaten Malang, dan saat ini telah memiliki
seorang anak dari hasil hubungan tersebut. b. Pelaku yang tidak lain adalah ayah kandungnya sendiri bernama
Ngadiman, umur 48 tahun, pekerjaan buruh tani, beralamat di Ds. Ngadilangkung Kec. Kepanjen Kabupaten Malang, telah tega memperkosa
anak kandungnya sendiri yang seharusnya dilindungi dengan cara korban diajak tinggal di Surabaya bersamanya dan dipaksa melayani nafsu seksual
tersangka selama kurang lebih 3 tahun. c. Kejadian ini berawal dari keingintahuan korban terhadap ayah kandungnya
sendiri. Karena sejak lahir, ayah dan ibu korban telah bercerai. Ayah korban tinggal di Surabaya, sedangkan korban tinggal di Turen Kab.
Malang bersama ibunya. Setelah ibu korban meninggal dunia tahun 2003, dengan diantar budenya, korban datang ke Surabaya untuk bertemu
dengan ayah kandungnya dan ingin melanjutkan sekolah karena ibu korban sudah tidak ada. Kemudian korban ikut tinggal di Surabaya
bersama ayah kandungnya.
commit to user 38
d. Persetubuhan tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2003, saat itu korban sedang tidur di kamar, dan secara tiba-tiba ayahnya sudah berada
di atas tubuh korban menindih sekaligus membekap mulut korban dengan tangannya. Setelah itu pelaku membuka celana korban dan kemaluan atau
penis pelaku dimasukkan ke dalam vagina korban hingga mengeluarkan sperma. Hal ini berlanjut dan berulang hampir setiap hari dan dilakukan
selama kurang lebih 3 tahun. e. Korban selalu tidak berani menolak permintaan pelaku karena apabila
menolak korban selalu dipukul dan diancam akan dibunuh dengan golok. Begitu juga apabila korban berusaha melarikan diri dari tersangka. Akibat
persetubuhan tersebut, korban sampai memiliki seorang anak yang diasuh dan dirawat sendiri oleh korban.
f. Sekitar bulan Desember 2005, pelaku mengajak korban pindah ke Ds. Jatisari Kec. Pakisaji Kabupaten Malang. Setelah beberapa bulan di
Pakisaji, korban berpacaran dengan seorang pria bernama Kasin. Kasin yang mengetahui kejadian persetubuhan melalui cerita korban menyuruh
korban untuk melaporkan kepada pihak berwajib, tetapi korban mengaku ketakutan.
g. Pada tanggal 12 Maret 2006, korban meminta ijin kepada pelaku untuk nyekar ke makam ibunya di Turen. Pada saat itulah akhirnya korban dapat
melarikan diri dari pelaku bersama pacarnya. Dari kasus posisi di atas, dapat diketahui bahwa Ngadiman telah
melakukan perkosaan terhadap anak kandungnya sendiri atau dengan kata lain telah melakukan kekerasan seksual dan dapat dituntut sesuai dengan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
a. Pertimbangan Yuridis Dalam kasus ini Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan
dalam bentuk alternatif, yaitu surat dakwaan yang menuduhkan dua atau lebih tindak pidana yang mengandung sifat yang saling mengecualikan.
Alasan dibuatnya surat dakwaan dalam bentuk ini karena Jaksa Penuntut
commit to user 39
Umum masih ragu atas dakwaan apa yang sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh pelaku. Pada proses persidangan baru akan
dapat diperoleh sebuah jawaban mengenai dakwaan mana yang telah terbukti dilakukan oleh pelaku. Jadi disini Jaksa Penuntut Umum
mengajukan bentuk dakwaan yang bersifat pilihan, dan setiap dakwaan mempunyai peluang terbukti yang sama. Mengenai konsekuensi
pembuktiannya, apabila dakwaan yang dimasukkan telah terbukti, maka dakwaan yang lain tidak perlu dihiraukan lagi.
Dalam perkara ini, surat dakwaan dengan Nomor Reg. Perkara : PDM-387KPJEN05.2006 menggunakan dakwaan alternatif, yaitu :
Dakwaan pertama : Melanggar Pasal 285 Jo 64 1 KUHP
ATAU Dakwaan kedua : Melanggar Pasal 8 huruf a dan Pasal 46 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Jo 64 1 KUHP Selanjutnya setelah melalui proses persidangan berdasarkan
fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan persidangan baik dari keterangan saksi-saksi di bawah sumpah, keterangan terdakwa, petunjuk,
bukti suratketerangan dokter dalam Visum et Repertum dan dikaitkan pula dengan barang bukti, setelah dihubung-hubungkan dengan substansi
peristiwanya, akhirnya Jaksa Penuntut Umum Hidayati menitikberatkan pada pembuktian dalam dakwaan kedua, yang unsur-unsur dari dakwaan
kedua itu sendiri adalah : 1 Setiap orang.
2 Melakukan kekerasan dalam rangka pemaksaan hubungan seksual. 3 yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut. Jo Pasal 64 1 KUHP, yang maksudnya jika antara beberapa
perbuatan kejahatan, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut voortgezette handeling.
Unsur-unsur di atas telah terpenuhi dan dilakukan oleh terdakwa di dalam lingkup rumah tangganya, yang tidak lain terhadap anak
commit to user 40
kandungnya sendiri yang dipaksa dengan kekerasan dan ancaman kekerasan untuk melayani nafsu seksualnya selama kurang lebih 3 tahun,
sampai akhirnya menghasilkan seorang anak. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan secara sah dan meyakinkan menurut hukum bahwa dakwaan
dalam dakwaan kedua telah terpenuhi unsur-unsur dalam Pasal 8 huruf a dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Jo Pasal 64 1
KUHP dan terbukti serta dapat digunakan Jaksa Penuntut Umum sebagai pertimbangan secara formil dan materiil untuk melakukan tuntutan ditinjau
dari sudut yuridis dan substansi peristiwanya.
b. Pertimbangan Sosiologis Berdasarkan hasil wawancara dengan Hidayati, diperoleh
informasi bahwa tuntutan yang diajukan terhadap terdakwa Ngadiman berupa pidana penjara selama 10 tahun dikurangi masa tahanan dengan
perintah terdakwa tetap ditahan. Adapun pertimbangan sosiologis Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan tuntutan pidana tersebut diperoleh
setelah melalui proses persidangan yang akan diperinci sebagai berikut : Wawancara dengan Hidayati
Hal-hal yang memberatkan : 1 Pelaku dalam hal ini adalah seorang ayah yang tega memperkosa anak
kandungnya sendiri. Padahal sebagai oranga tua selayaknya ia menjaga, melindungi dan mendidik anaknya.
2 Korban dalam kasus ini adalah seorang wanita yang sejak usia 16 tahun selalu dipaksa untuk melayani nafsu seksual ayahnya. Parahnya
lagi kejadian ini berlangsung selama 3 tahun dan melahirkan seorang anak atas tindakan amoral ayahnya, sehingga korban harus
menanggung aib seumur hidup serta mengalami penderitaan yang sangat mendalam dan berkepanjangan. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap keadaan psikis si korban.
commit to user 41
3 Modus operandi dalam kasus ini dengan menggunakan kekerasan dan ancaman kekerasan. Korban selalu dipukul dan disakiti setiap melawan
untuk disetubuhi. Hal yang meringankan :
a Pelaku mengaku terus terang. b Pelaku menyadari kesalahannya.
c Pelaku bersikap sopan. d Belum pernah dihukum.
Kontruksi yuridis Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan terhadap pelaku perkosaan di lingkungan rumah tangga pada
kasus di atas adalah mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sedangkan untuk
pertimbangan sosiologis dari Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan meliputi sikap batin, perasaan dan penilaian jaksa terhadap
terdakwa di muka persidangan. Kasus perkosaan di lingkungan rumah tangga merupakan perkara
penting mengingat pernah diberitakan di media elektronik sehingga menarik perhatian masyarakat, maka tuntutan yang dilakukan oleh Jaksa
Penuntut Umum demi tercapainya rasa keadilan menggunakan pedoman instruksi Jaksa Agung RI No. INS-004J.A31994 tanggal 9 Maret 1994
dan Surat Jaksa Agung Muda Pidana Umum No. R-16E31994 tanggal 11 Maret 1994 tentang Pengendalian Perkara Penting yang menyebutkan
bahwa Tindak Pidana Umum diharuskan untuk dilakukan konsultasi atau biasa disebut dengan rencana tuntutan ke Kejaksaan Tinggi Jawa Timur di
Surabaya. Mengenai rencana tuntutan Jaksa Penuntut Umum Hidayati dalam
perkara ini, atas nama terdakwa Ngadiman tertanggal 25 Juli 2006 dan mendapat petunjuk dari Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, agar dituntut
selama 10 tahun penjara dikurangi masa tahanan dan biaya perkara sebesar Rp 1.000,- seribu rupiah dibebankan pada terdakwa. Selanjutnya Jaksa
Penuntut Umum diwajibkan membuat pertimbangan atas rasa keadilan
commit to user 42
berdasarkan hati nuraninya sendiri, kemudian dikonsultasikan kepada Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kasi Pidum selaku penanggung
jawab secara yudicial perkara pidana umum, selanjutnya diteruskan pada Kepala Kejaksaan Negeri Kepanjen sebagai atasan langsung, dan
kemudian prosedur administrasinya dilanjutkan ke Kejaksaan Tinggi Jawa Timur di Surabaya.
Dalam perkosaan di lingkungan rumah tangga, keadaan yang terjadi pada kasus di atas menurut penulis lebih melanggar norma
kesusilaan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat, karena menyangkut etika keluarga yang seharusnya tidak patut atau tidak pantas
dilakukan oleh seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri. Kejadian semacam ini sangat tabu untuk dilaporkan pada pihak yang berwajib
karena sama dengan membuka aib keluarga itu sendiri. Selain itu, semua tindak pidana perkosaan pada kasus di atas yang selama kurang lebih 3
tahun ini terjadi di tempat tinggal pelaku maupun korban sendiri menunjukkan bahwa harga diri perempuan juga dapat dilanggar dan
dilecehkan oleh anggota atau unsur keluarga lainnya dalam lingkungan terdekat sekalipun, yang mana seharusnya keluarga adalah merupakan
tempat berlindung. Terlebih lagi bila berbicara dampak psikis yang dialami oleh korban yang mana keperawanannya direnggut oleh ayahnya
sendiri dan sampai menghasilkan seorang anak. Ia akan mengalami trauma yang tidak mudah dilupakan, rasa sakit hati, penderitaan dan
ketakutan serta aib yang harus ditanggungnya seumur hidup. Oleh karena itu, dengan menerapkan sanksi hukum yang setimpal
kepada pelaku sebagaimana yang dituntutkan oleh Jaksa Penuntut Umum pada kasus di atas, secara tidak langsung hal itu merupakan suatu bentuk
perhatian perlindungan secara hukum kepada korban kejahatan. Berikut akan dipaparkan perbandingan ancaman pidana terhadap tindak pidana
perkosaan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan dalam KUHP.
commit to user 43
B. Pembahasan