commit to user
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
a. Pengertian Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 disebut Kejaksaan adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan wewenangnya, Kejaksaan harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan
hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan , kesopanan dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Sebagai salah satu lembaga penegak hukum, Kejaksaan dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi
hukum, perlindungan kepentingan umum, dan penegakkan hak asasi manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 dijelaskan mengenai
susunan organisasi Kejaksaan, yang terdiri dari Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi
berkedudukan di ibukota propinsi, dan Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibukota, kabupaten, atau kotamadya.
Kejaksaan Agung dipimpin oleh seorang Jaksa Agung yang mengendalikan tugas dan wewenang Kejaksaan. Dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, Jaksa Agung dibantu oleh seorang wakil Jaksa Agung yang merupakan satu kesatuan unsur pimpinan dan beberapa orang Jaksa
Agung Muda sebagai unsur pembantu pimpinan. Untuk di tingkat propinsi, dipimpin oleh seorang Jaksa Tinggi yang dibantu oleh seorang wakil Kepala
Kejaksaan Tinggi sebagai kesatuan unsur pimpinan, beberapa orang unsur pimpinan, dan unsur pelaksana. Sedangkan di lingkungan kabupaten atau
commit to user 14
kotamadya, dipimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Negeri dan dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana.
b. Jaksa Penuntut Umum
Yang dimaksud dengan Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan
pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Sedangkan penuntut umum
adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Melihat perumusan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian jaksa dihubungkan dengan aspek jabatan, sedangkan pengertian
penuntut umum berhubungan dengan aspek fungsi dalam melakukan suatu penuntutan dalam persidangan.
Kejaksaan adalah satu-satunya alat negara yang diberi wewenang oleh Undang-undang sebagai penuntut umum dan Jaksa Agung adalah satu-
satunya pejabat negara sebagai penuntut umum tertinggi. Dengan tugas tersebut, kepada penuntut umum diletakkan tanggung jawab yang berat dan
mendalam, karena dengan sumpah jabatan, ia tidak hanya bertanggung jawab kepada hukum, kepada diri sendiri dan kepada rakyat tetapi juga bertanggung
jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pada hakikatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas penegakan hukum dan keadilan tersebut baik dan buruknya tergantung pada manusia pelaksana.
Tuntutan pidana adalah merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dalam menangani perkara yang didakwakan di muka sidang
pengadilan, disamping ketekunan, seorang penuntut umum harus terampil dan berbakat dalam mengutarakan hasil pembuktian, memilih kata-kata yang tepat
dan mengaitkan alat-alat bukti yang dapat membuktikan bahwa tindak pidana yang didakwakan terbukti dan terdakwa dapat dinyatakan bersalah.
commit to user 15
Penuntut umum dalam menangani suatu perkara harus mempunyai pengetahuan hukum yang luas khususnya teori-teori hukum yang berhubungan
dengan perkara yang ditangani. Tanpa dilandasi penguasaan ilmu hukum penuntut umum akan selalu gagal dalam mencapai tujuan penuntutan.
c. Tugas dan Wewenang Jaksa Penuntut Umum dalam Proses Perkara