commit to user 27
3 Mengenai perempuan bukan isterinya, disini persetubuhan dilakukan terhadap perempuan yang bukan isterinya. Ditentukannya hal tersebut
karena perbuatan bersetubuh dimaksudkan sebagai perbuatan yang hanya dilakukan antara suami dan isteri dalam perkawinan.
4 Menurut M.H. Tirtamidjaja, “mengadakan hubungan kelamin” atau “bersetubuh” berarti persentuhan sebelah dalam kemaluan laki-laki dan
perempuan yang pada umumnya dapat menimbulkan kehamilan, tidak perlu telah terjadi pengeluaran mani dalam kemaluan si perempuan
Leden Marpaung, 1996 : 53. 5 Menurut Kedokteran Forensik, persetubuhan didefinisikan sebagai suatu
peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai
ejakulasi.
c. Pengaturan Tindak Pidana Perkosaan di Lingkungan Rumah Tangga
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Bentuk atau dimensi kekerasan terhadap perempuan ada bermacam-macam, yaitu :
1 Fisik, seperti memukul. 2 Psikologis, seperti mengancam.
3 Seksual, seperti melakukan tindakan memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban, baik dengan kekerasan fisik ataupun tidak.
4 Finansial, seperti mengambil uang korban. 5 Spiritual, seperti merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban.
Tindak pidana perkosaan dalam lingkungan rumah tangga itu sendiri merupakan dimensi kekerasan dalam bentuk kekerasan seksual. Hal ini dapat
dilihat dari Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berbunyi : “Kekerasan
seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi :
commit to user 28
a Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau
tujuan tertentu”. Bunyi dari Pasal 5 itu sendiri adalah: “Setiap orang dilarang
melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :
1 Kekerasan fisik; 2 Kekerasan psikis;
3 Kekerasan seksual; atau 4 Penelantaran rumah tangga.
Sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang ini, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Mengenai lingkup rumah tangga, sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 2 meliputi : 1 Suami, isteri, dan anak;
2 Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada nomor 1 karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga.
3 Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
4 Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak pidana perkosaan di lingkungan rumah tangga tidak lain merupakan tindakan kekerasan seksual
menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
commit to user 29
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Untuk ketentuan pidananya, dapat dilihat pada Pasal 46 yang berbunyi: “setiap orang yang melakukan
perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 dua belas tahun atau
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah”. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan
pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan
sekurang-kurangnya selama 4 empat minggu terus-menerus atau 1 satu tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau
mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan pidana penjara paling lama 20 dua
puluh tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
Demikianlah bunyi Pasal 48 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
4. Tinjauan Tentang Rumah Tangga