commit to user 20
c. Surat Tuntutan Pidana Requisitor
Rekuisitor adalah surat yang memuat pembuktian surat dakwaan berdasarkan alat-alat bukti yang terungkap di persidangan dan kesimpulan
penuntut umum tentang kesalahan terdakwa disertai dengan tuntutan pidana. Rekuisitor dibacakan setelah sidang pengadilan dinyatakan selesai
oleh hakim ketua karena pembuktian yang diajukan oleh penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukumnya di muka sidang telah selesai dan hakim
ketua telah memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar telah terjadi dan terdakwalah yang
terbukti salah atau tidak terbukti salah. Apabila pemeriksaan perkara oleh hakim ketua sidang sudah
dinyatakan selesai, penuntut umum baru dapat membacakan “tuntutan pidana” secara tertulis yang disebut surat tuntutan pidana requisitor.
Susunan surat tuntutan pidana tidak diatur dalam KUHAP tetapi tumbuh dan berkembang dalam praktek peradilan, tuntutan pidana adalah
bagian terakhir dari
tugas penuntutan
yang merupakan
bagian terpenting, karena merupakan
resume acara penuntutan di muka sidang pengadilan.
Dalam tuntutan pidana penuntut umum akan dilihat kemampuannya dalam membuktikan apa yang didakwakan, disamping itu kemampuan
penuntut umum akan diuji dapatkah penuntut umum mempertahankan pendapatnya, dapatkah mengajukan argumentasi apabila ada sanggahan
terdakwa atau penasihat hukumnya atas tuntutan yang dibacakan pada akhir sidang
pengadilan. Apabila tuntutan dapat dilemahkan dengan sanggahan terdakwa atau penasihat hukumnya maka tuntutan pidana yang dibacakan
penuntut umum berarti mengalami kegagalan. Untuk mungurangi kegagalan perlu diperhatikan bagaimana caranya
membuat surat dakwaan yang cermat, jelas dan lengkap dan menyusun surat tuntutan pidana yang lengkap dan benar. Dalam menyusun surat tuntutan
pidana harus memperhatikan: 1 Surat tuntutan pidana harus disusun secara sistematis,
2 Harus menggunakan susunan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
commit to user 21
3 Isi dan maksud harus jelas dan mudah dimengerti, 4 Apabila menggunakan teori hukum harus menyebut sumbernya.
Dalam KUHAP tidak satu Pasal pun mengatur tentang bentuk dan susunan surat tuntutan, bentuk dan susunan surat tuntutan seperti diterangkan
diatas bahwa dari masa ke masa berkembang di dalam praktek peradilan. Dalam Pasal 182 1 a mengatur: “setelah pemeriksaan dinyatakan selesai
penuntut umum mengajukan tuntutan pidana.” Di lain pasal tidak ada yang menyebut dan mengatur tentang tuntutan pidana. Menurut praktek peradilan
sistematika dari surat tuntutan pidana adalah sebagai berikut: 1 Pendahuluan
Sebagai orang timur dan yang berketuhanan Yang Maha Esa, segala hasil apapun bentuknya yang kita peroleh semua itu adalah berkat dan rida
Tuhan, maka sepantasnya apabila dalam pendahuluan partama-tama memuji syukur atas dapat diselesaikannya sidang yang penuh risiko sehingga sampai
dibacakan tuntutan pidana. Disamping itu tidak salah apabila terimakasih juga diucapkan kepada semua pihak yang terkait yang mendukung kelancaran
jalannya sidang sampai selesai. 2 Identitas Terdakwa
Identitas terdakwa harus ditulis dengan jelas, lengkap sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 143 ayat 2 a KUHAP dengan urutan sebagai
berikut: a Nama lengkap.
b Tempat lahir. c Umur atau tanggal lahir.
d Jenis kelamin. e Kebangsaan;
f Tempat tinggal. g Agama.
h Pekerjaan. Dalam menulis identitas harus cermat sesuai dengan identitas yang
ditulis dalam surat dakwaan, penulisan harus benar dan tidak boleh keliru,
commit to user 22
apabila terdapat kesalahan dalam menulis identitas meskipun surat tuntutan tidak akan dibatalkan oleh hakim, tetapi sudah memberi peluang kepada
terdakwa atau penasihat hukumnya sebagai alasan dalam mengajukan pembelaannya.
3 Surat Dakwaan Dalam surat tuntutan pidana, surat dakwaan harus ditulis kembali
secara lengkap dengan maksud sebagai dasar untuk menilai pembuktian yang didapat dalam
sidang pengadilan apakah sesuai dengan perbuatan materiil dan memenuhi unsur delik yang terdapat dalam surat dakwaan. Surat
dakwaan juga diperlukan berhubung setiap bentuk surat dakwaan membutuhkan cara pembuktian yang berbeda-beda.
4 Hasil Pembuktian Hasil pembuktian yang diperoleh dari dalam sidang pengadilan
adalah merupakan fakta dari jawaban pertanyaan hakim, penuntut umum, penasihat hukum atau yang lain baik kepada saksi, ahli ataupun terdakwa
sendiri. Tidak jarang terjadi hasil pembuktian dari alat bukti saksi tidak dapat menggambarkan tindak pidana secara lengkap karena disebabkan keterangan
alat bukti saksi masing-masing berdiri sendiri sehingga hasil pembuktian hanya berbentuk alat bukti petunjuk.
5 Barang Bukti Dalam surat tuntutan juga harus disebut apabila ada barang bukti
yang digunakan untuk menguatkan pembuktian di muka sidang pengadilan. Barang bukti adalah benda sitaan yang oleh penyidik telah diserahkan kepada
penuntut umum pada waktu penyerahan berkas perkara tahap terakhir yang diajukan ke muka sidang pengadilan dalam usaha pembuktian tindak pidana
yang dilakukan oleh terdakwa. 6 Analisis Fakta
Merupakan kompulasi fakta-fakta yang didapat dari dalam sidang pengadilan yang ada hubungannya dengan perbuatan materiil yang
didakwakan dan sesuai dengan unsur tindak pidana yang didakwakan. Kemudian mengaitkan fakta-fakta antara alat bukti yang satu dengan alat
commit to user 23
bukti yang lain sehingga tergambar tindak pidana yang didakwakan. Serta mengaitkan fakta-fakta yang diperoleh dengan alat bukti dengan barang bukti
yang dapat menguatkan pembuktian. 7 Analisis Hukum
Analisis hukum dibuat berdasarkan analisis fakta dari hasil pembuktian yang terungkap di muka sidang pengadilan, di dalam surat
dakwaan atas suatu tindak pidana sudah tercantum perbuatan materiil yang mengandung unsur delik, yang mana harus dibuktikan dengan keterangan dari
alat bukti di dalam sidang pengadilan. 8 Pembuktian Surat Dakwaan
Terdapat enam bentuk surat dakwaan, antara lain : a Surat Dakwaan Tunggal
b Surat Dakwaan Berlapis Subsider c Surat Dakwaan Alternatif
d Surat Dakwaan Kumulatif e Surat Dakwaan Gabungan
f Surat Dakwaan Kombinasi Apabila analisa hukum telah dibuat dan semua unsur delik yang
didakwakan dapat dibuktikan sesuai dengan perbuatan materiil yang dilakukan terdakwa berdasarkan fakta-fakta dari hasil pembuktian di dalam sidang,
barulah penuntut umum menuntut terdakwa dan berat atau ringannya tuntutan tergantung kualifikasi tindak pidana yang dilakukan.
Setelah mempertimbangkan berapa berat ringannya tuntutan pidana demi rasa keadilan, penuntut umum memohon kepada Hakim Ketua Majelis
untuk memidana terdakwa pada akhir pembacaan tuntutan. Di samping tuntutan pidana perlu juga mohon ditentukan status barang bukti, biaya
perkara dan status tahanan terdakwa. Sesudah requisitor dibacakan, yang asli diserahkan kepada Hakim Ketua Majelis dan diserahkan kepada terdakwa atau
penasehat hukumnya.
commit to user 24
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Perkosaan