BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan menurut Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dalam Puspitasari
2011. Kebakaran hutan yaitu kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan,
dimana kebakaran hutan sendiri terjadi akibat dari faktor disengaja maupun tidak disengaja. Dengan kata lain terjadinya kebakaran hutan sebagian besar
diakibatkan oleh kelalaian manusia seperti kegiatan buka lahan untuk berladang, berkebun, penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan sebagainya dengan cara
membakar hutan. Faktor kebakaran hutan karena kesengajaan ini merupakan faktor utama dan 90 kebakaran hutan yang terjadi saat ini banyak disebabkan
karena faktor ini BNPB 2014. Kebakaran hutan juga bisa disebabkan oleh faktor tidak disengaja, yang disebabkan oleh faktor alami ataupun karena kelalaian
manusia. Contoh kebakaran hutan karena ketidak sengajaan seperti akibat membuang puntung rokok sembarangan, pembakaran sampah atau sisa-sisa
perkemahan dan pembakaran dari pembukaan lahan yang tidak terkendali. Sedangkan secara alami kebakaran hutan diakibatkan oleh gesekan ranting yang
kering akibat dari rendahnya curah hujan yang menyebabkan kemarau berkepanjangan.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup
besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro
maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Mengingat
dampak kebakaran hutan tersebut, maka upaya perlindungan terhadap kawasan
hutan dan tanah sangatlah penting. Hal tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan-pendekatan atau
parameter untuk penentuan daerah rawan kebakaran hutan. Hasil dari pendekatan paarameter tersebut selanjutnya dilakukan analisis arah penyebaran kebakaran
hutan yang akan terjadi. Output dari penelitian ini yang berupa model penyebaran arah kebakaran hutan diharapkan nantinya dapat membantu dalam pengupayaan
pencegahan terhadap terjadinya kebakaran hutan. Dipilihnya lokasi penelitian di Kawasan Taman Nasional Baluran dikarenakan kawasan hutan ini merupakan
salah satu kawasan hutan konservasi di Pulau Jawa yang disetiap tahunnya dapat dipastikan terjadi kebakaran hutan TN Baluran 2012. Hal tersebut diakibatkan
dari kerentanan kondisi hutannya dimana jenis penggunaan lahan yang sebagian besar merupakan padang savana serta curah hujan yang rendah di kawasan hutan
konservasi ini. Selain itu, rendahnya pencegahan kebakaran hutan yang dapat dilihat dari kemudahan akses menuju hutan oleh warga setempat yang
dikawatirkan menimbulkan kelalaian yang berdampak pada munculnya titik api. Mengingat penyebab kebakaran hutan yang terjadi di TN Baluran hingga saat ini
murni dari dampak aktivitas manusia di dalam hutan baik yang bersifat disengaja hingga tidak disengaja. Di kawasan ini juga terdapat berbagai jenis satwa langka
yang dikawatirkan apabila terjadi kebakaran hutan dapat mengganggu kelangsungan hidup dari satwa-satwa tersebut khususnya banteng jawa yang
menjadi maskot atau ciri khas dari TN Baluran. Alasan inilah yang menjadikan peneliti mengambil lokasi penelitian ini di TN Baluran.
Kebakaran hutan yang terjadi di TN Baluran merupakan kejadian bencana tahunan yang mampu merusak dan mempengaruhi ekosistem di kawasan hutan
tersebut serta sangat mengganggu kesehatan dari masyarakat setempat dan aktivitas transportasi di jalur pantura. Sehingga pencegahan sejak awal perlu
dilakukan dalam penangan kebakaran hutan di TN Baluran. Dimana dalam aplikasinya dapat menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem
Informasi Geografis SIG. Dengan teknologi ini kebakaran hutan dapat dicegah dengan pembuatan Peta Rawan Kebakara Hutan. Dimana untuk teknologi
penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam pemantauan perubahan penutup
lahan di kawasan hutan yang menjadi sumber dari terbentuknya bahan bakar. Selain itu, dengan teknologi tersebut juga dapat membantu untuk pemantauan
suhu permukaan yang menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kebakaran hutan. Pemanfaatan teknologi SIG dalam pembuatan peta rawan kebakaran hutan
merupakan hasil dari proses analisis spasial yang tersusun dari peta bahaya kebakaran hutan dan peta pemicu kebakaran hutan. Peta bahaya kebakaran
didasarkan pada data cuaca, kondisi geografis, dan jenis vegetasi, sehingga lebih berhubungan dengan kondisi mudahnya terjadi kebakaran. Sedangkan peta
pemicu kebakaran merupakan peta interaksi sosial dari budaya manusia terhadap alam lingkungannya yang berkemungkinan dapat menimbulkan api akibat dari
interaksi manusia tersebut. Hasil dari pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan tersebutlah yang menjadi acuan sebagai analisis arah kebakaran hutan di TN
Baluran. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan
dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur Bulan
Oktober Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah