Peta Zonasi Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan Analisis Arah Kebakaran Hutan

Puspitasari 2011. Pada penelitian ini pemicu kebakaaran hutan adalah aktivitas sosial dari interaksi manusia terhadap hutan. Hal tersebut dikarenakan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia hampir sebagian besar terjadi murni dari kesalahan manusia baik yang disengaja mapun tidak. Adanya fakta tersebutlah dalam penentuan faktor pemicu kebakaran hutan diambilah mengenai aktivitas manusia. Dalam menggambarkan aktivitas manusia terhadap hutan untuk bisa ditampilkan dalam bentuk peta maka aktivitas manusia tersebut dikaji dengan melakukan pendekatan tentang aksesibilitas menuju hutan. Aksesibilitas menuju hutan tersebut dapat dikaji dengan akses jalan yang dapat digunakan untuk memasuki hutan. Akses tersebut dapat dipetakan dengan menggunakan analisis spasial untuk didapat gambaran jarak jalan terhadap hutan yang mampu memicu terjadinya kebakaran hutan.

1.5.7 Peta Zonasi Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan

Merupakan peta dalam bentuk area yang menyajikan lokasi dari kawasan hutan pada suatu daerah yang rawan akan kebakaran hutan. Rawan bencana sendiri dapat diartikan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menghadapi dampak buruk bahaya tertentu Bappenas 2012. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rawan bencana terdiri dari beberapa aspek baik alam maupun sosial yang mampu mengurangi kemampuan untuk mencegah dan menghadapi dampak buruk dari bahaya atau bencana tertentu. Peta rawan kebakaran hutan disajikan dalam tingkatan kerawanan berdasarkan gradasi warna yang menyampaikan informasi kerawanan akan kebakaran hutan. Peta tersebut tersusun dalam 2 dua informasi peta atau hasil dari overlay gabungan peta bahaya kebakaran dan peta pemicu kebakaran. Peta bahaya kebakaran sendiri berfungsi untuk menunjukkan rawannya kawasan hutan untuk terjadi kebakaran hutan secara alami. Dan hal tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan akibat interaksi manusia dengan hutan yang di informasikan pada peta pemicu kebakaran Puspitasari 2011.

1.5.8 Analisis Arah Kebakaran Hutan

Arah kebakaran hutan pada dasarnya dipengaruhi oleh arah dari hembusan angin. Arah angin sendiri agar dapat dianalisis secara spasial maka perlu dilakukan pendekatan dengan suhu permukaan di wilayah rawan kebakaran hutan. Hal tersebut dapat dilakukan karena angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Daerah bertekanan tinggi memiliki suhu permukaan yang rendah sedangkan daerah yang bertekanan rendah memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa angin bergerak dari daerah bersuhu rendah menuju daerah bersuhu lebih tinggi. Konsep analisis tersebutlah yang dijadikan sebagai acuan serta pendekatan dalam menganalisis arah kebakaran hutan. Secara singkatnya analisis arah kebakaran hutan dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama merupakan analisis pergerakan arah angin yang ditentukan dari data suhu permukaan tanah. Analisis arah angin dengan konsep pendekatan yang ada selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk line dengan tipe keluaran petanya berjenis flow map. Hasil dari pemetaan arah angin tersebut akan digunakan sebagai bahan dalam menganalisis arah kebakaran hutan dengan menggabungkan data hasil pemetaan kerawanan kebakaran hutan yang menjadi tahapan kedua. Agar diketahui model penyebaran apinya di hutan tersebut maka dilakukan sampling titik api secara random dan dilakukan modeling penyebaran kebakaran hutan tersebut.

1.5.9 Pemodelan Analisis Spasial

Dokumen yang terkait

ANALISIS SPASIAL POPULASI Acacia nilotica (L.) Delile Di SAVANA ALAS MALANG, KARANGTEKOK, TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR

0 4 13

INVENTARISASI ORTHOPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

4 19 53

Pemantauan Perubahan Penutupan Lahan Akibat Kebakaran Hutan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di wilayah Taman NasionalBerbak-Jambi dan Sekitarnya)

0 7 49

Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah Kabupaten Situbondo

0 9 163

PENDAHULUAN Analisis Spasial Penentuan Lokasi Jalan Tol Di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

12 33 38

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

1 13 15

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

0 2 11

TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah.

0 1 13

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6

PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH Nugraha Saputro nggonzales9gmail.com Taufik Heri Purwanto taufik_hpyahoo.com Abstract - PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN S

0 0 9