Jenis Penutup Lahan Jarak Jalan

tersebut selanjutnya akan diolah menggunakan software Envi 4.5 dengan menggunakan metode single band Arifin dan Muljo 2012. Dalam proses pengolahannya untuk dapat memperoleh informasi suhu di perlukan perhitungan secara matematis dengan menggunakan rumus algoritma untuk jenis Citra Landsat 8. Dimana untuk rumus dari algoritma tersebut seperti berikut ini : Rumus Konversi Nilai Pixel ke TOA Top of Atmosphere Radian L λ = M L Q cal + A L Dimana : L λ = TOA spectral radiance watts m 2 × srad × µm M L = Band-specific multiplicative rescaling factor from the metadata Q cal = Digital Number DN A L = Band-specific additive rescaling factor from the metadata Sumber: United States Geological Survey 2015 Rumus Konversi Nilai Radian ke Brightness Temperature Dimana : T = Brightness Temperature o K L λ = TOA spectral radiance watts m 2 × srad × µm K 1 = Band-specific thermal conversion constant from the metadata K 2 = Band-specific thermal conversion constant from the metadata Sumber: United States Geological Survey 2015

1.5.3 Jenis Penutup Lahan

Komponen utama atau bahan dari kebakaran hutan ialah jenis penutup lahan. Hal ini dikarenakan tersedianya bahan bakar yang mudah terbakar tersebut berasal dari penutup lahan seperti contoh: Pohon Jati yang sedang meranggas karena pengaruh suhu dan curah hujan akan menggugurkan daunnya, daun tersebut akan mengering dan menjadi bahan bakar yang akan mudah terbakar bila tersulut api Puspitasari 2011. Berbeda dengan penutup lahan yang hanya sebatas tanah terbuka yang tidak menghasilkan bahan bakar maka sangat rendah akan potensi bahaya kebakaran. Jenis pohon atau tanaman di hutan juga memiliki karakteristik tersendiri akan rentannya terbakar oleh api. Kerentanan tersebut merupakan kondisi pohon atau tanaman yang memiliki tingkat kemampuan dalam menjaga kandungan air dalam dirinya. Dapat diambil contoh seperti semak belukar yang merupakan tanaman lantai pada hutan karena tumbuhnya menutupi permukaan tanah hutan. Semak belukar sendiri merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang memiliki kemampuan rendah dalam menyimpan air. Ketika musim kemarau telah tiba dengan kondisi curah hujan yang rendah semak belukar akan cenderung kering. Hal tersebut membuat hutan menjadi lebih rentan terjadi kebakaran karena kebakaran hutan sebagian besar bermula dari terbakarnya semak belukar atau lantai hutan yang selanjutnya merambat pada batang pohon hingga terjadinya kebakaran kanopi Sari Hasibuan 2011. Mengingat hal tersebutlah maka dalam mengkaji tentang kawasan rawan kebakaran hutan perlu mengetahui jenis tanaman hutan yang rentan terbakar yang terangkum pada jenis penutup lahan.

1.5.4 Jarak Jalan

Jarak jalan terhadap hutan dalam penelitian ini merupakan parameter penyusun dalam peta pemicu kebakaran hutan. Arianti 2006 menyatakan bahwa dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor biofisik. Mengingat hal tersebut maka dengan adanya parameter ini berfungsi untuk menunjukan keterkaitan antara interaksi manusia dengan hutan yang mampu menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Hal ini dikarenakan dengan dekatnya jarak jalan terhadap hutan akses menuju hutan disekitar jalan pun juga akan bertambah mudah dan aktivitas di dalam hutan dapat menjadi sering Puspitasari 2011. Sehingga tindakan ceroboh ketika sedang berkendara seperti membuang puntung rokok diluar area jalan hutan di sekitar jalan akan memicu timbulnya api yang berakhir dengan kebakaran hutan. Selain itu, dengan adanya akses jalan tersebut dapat mempermudah masyarakat setempat dalam berinteraksi dengan hutan. Interaksi tersebut dapat berdampak buruk akibat dari kelalaian masyarakat yang menyebabkan timbulnya api sebagai pemicu kebakaran hutan. Adanya akses jalan menuju hutan akan menambah keluwesan para perusak hutan yang tidak bertanggungjawab akan ulahnya yang membuat kerawanan kebakaran hutan diwilayah tersebut menjadi semakin rawan.

1.5.5 Peta Bahaya Kebakaran Hutan

Dokumen yang terkait

ANALISIS SPASIAL POPULASI Acacia nilotica (L.) Delile Di SAVANA ALAS MALANG, KARANGTEKOK, TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR

0 4 13

INVENTARISASI ORTHOPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

4 19 53

Pemantauan Perubahan Penutupan Lahan Akibat Kebakaran Hutan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di wilayah Taman NasionalBerbak-Jambi dan Sekitarnya)

0 7 49

Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah Kabupaten Situbondo

0 9 163

PENDAHULUAN Analisis Spasial Penentuan Lokasi Jalan Tol Di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

12 33 38

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

1 13 15

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

0 2 11

TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah.

0 1 13

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6

PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH Nugraha Saputro nggonzales9gmail.com Taufik Heri Purwanto taufik_hpyahoo.com Abstract - PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN S

0 0 9