Pemodelan Analisis Spasial Telaah Pustaka Dan Penelitian Sebelumnya

akibat interaksi manusia dengan hutan yang di informasikan pada peta pemicu kebakaran Puspitasari 2011.

1.5.8 Analisis Arah Kebakaran Hutan

Arah kebakaran hutan pada dasarnya dipengaruhi oleh arah dari hembusan angin. Arah angin sendiri agar dapat dianalisis secara spasial maka perlu dilakukan pendekatan dengan suhu permukaan di wilayah rawan kebakaran hutan. Hal tersebut dapat dilakukan karena angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Daerah bertekanan tinggi memiliki suhu permukaan yang rendah sedangkan daerah yang bertekanan rendah memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa angin bergerak dari daerah bersuhu rendah menuju daerah bersuhu lebih tinggi. Konsep analisis tersebutlah yang dijadikan sebagai acuan serta pendekatan dalam menganalisis arah kebakaran hutan. Secara singkatnya analisis arah kebakaran hutan dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama merupakan analisis pergerakan arah angin yang ditentukan dari data suhu permukaan tanah. Analisis arah angin dengan konsep pendekatan yang ada selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk line dengan tipe keluaran petanya berjenis flow map. Hasil dari pemetaan arah angin tersebut akan digunakan sebagai bahan dalam menganalisis arah kebakaran hutan dengan menggabungkan data hasil pemetaan kerawanan kebakaran hutan yang menjadi tahapan kedua. Agar diketahui model penyebaran apinya di hutan tersebut maka dilakukan sampling titik api secara random dan dilakukan modeling penyebaran kebakaran hutan tersebut.

1.5.9 Pemodelan Analisis Spasial

Pemodelan pada dasarnya merupakan rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik seperti bentuk prototipe atau model citra seperti gambar rancangan dan lainnya. Sedangkan untuk pemodelan analisis spasial merupakan representasi dari keadaan nyata dilapangan yang digambarkan melalui hasil dari analisis spasial. Sehingga hasil dari suatu model analisis spasial memiliki nilai fakta yang dapat dipertanggungjawabkan karena data spasial sendiri adalah data keadaannyata di lapangan. Pembuatan model analisis spasial tidaklah lepas dengan adanya Sistem Informasi Geografis SIG. Hal tersebut dikarenakan pemodelan analisis spasial merupakan salah satu hasil dari pemanfaatan teknologi SIG itu sendiri. Terdapat beberapa model spasial analisis baru yang sudah mulai dikembangkan namun beberapa model analisis spasial seperti overlay, buffer, dan interpolasi adalah beberapa model yang sudah umum digunakan. Dimana model overlay analysist merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda menjadi satu layer yang baru. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan menjadi satu. Sedangkan untuk model buffer analysist memiliki fungsi untuk menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau area dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Berbeda dengan Buffer analysist yang mengaju pada pemodelan jarak Interpolation analyst mengaju pada observasi disuatu tempat atau titik. Dimana Interpolasi sendiri adalah suatu metode atau fungsi matematika yang menduga nilai pada lokasi-lokasi yang datanya tidak tersedia. Interpolasi spasial mengasumsikan bahwa atribut data bersifat kontinu di dalam ruang dan atribut ini saling berhubungan secara spasial Anderson 2001 dalam Dewi 2012. Secara keseluruhan tiap model analisis spasial memiliki fungsi yang berbeda-beda sehingga dengan memanfaatkan teknologi SIG dalam melakukan pemodelan analisis spasial dapat membantu dalam berbagai proses kajian spasial tematik.

1.5.10 Penginderaan Jauh

Dokumen yang terkait

ANALISIS SPASIAL POPULASI Acacia nilotica (L.) Delile Di SAVANA ALAS MALANG, KARANGTEKOK, TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR

0 4 13

INVENTARISASI ORTHOPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

4 19 53

Pemantauan Perubahan Penutupan Lahan Akibat Kebakaran Hutan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di wilayah Taman NasionalBerbak-Jambi dan Sekitarnya)

0 7 49

Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah Kabupaten Situbondo

0 9 163

PENDAHULUAN Analisis Spasial Penentuan Lokasi Jalan Tol Di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

12 33 38

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

1 13 15

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

0 2 11

TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah.

0 1 13

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6

PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH Nugraha Saputro nggonzales9gmail.com Taufik Heri Purwanto taufik_hpyahoo.com Abstract - PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN S

0 0 9