Bakteri Kitinolitik dan Enzim Kitinase

muda dan lapisan bawah berwarna coklat kemerahan. Jamur membentuk banyak tubuh buah yang tersusun bertingkat Semangun 2008. Jamur akar putih merupakan organisme polifaga, yaitu dapat menyerang bermacam-macam tanaman. Beberapa penelitian menyebutkan kemampuan jamur ini menyerang tanaman lain selain karet, diantaranya: jambu mete Anacardium occidentale Chatarina 2012, teh Camellia sinensis Hastuti 2000, akasia Acacia mangium , sentang Azadirachta excels dan jati Tectona grandis Farid et al. 2009. Semangun 2008 menyatakan bahwa R. microporus juga menyerang tanaman kopi, kelapa sawit, kakao, mangga, cengkeh, sengon, meranti serta tanaman perkebunan lain. Jamur akar putih yang menyerang karet yang dibudidayakan semula berasal dari pohon-pohon hutan yang sakit. Dari sisa-sisa akar atau tunggul pohon-pohon hutan inilah Rigidoporus dapat menginfeksi tanaman karet.

2.3 Bakteri Kitinolitik dan Enzim Kitinase

Kitin adalah homopolimer dari β-1,4 N-asetil glukosamin dan merupakan polimer kedua terbanyak setelah selulosa. Kitin dapat dijumpai pada cangkang udang, kepiting, moluska, serangga, annelida, serta pada dinding sel jamur terutama dari kelas Ascomycetes, Zygomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Kitin berbentuk padat dan sifatnya tidak larut dalam air atau senyawa organik lainnya. Pada dinding sel jamur, kitin berbentuk mikrofibril yang memiliki panjang yang berbeda tergantung pada spesies dan lokasi selnya. Mikrofibril merupakan penyusun utama Gambar 2.2.2 tik Karateristik Rigidoporus microporus a tubuh buah b koloni pada media potato dekstrosa agar PDA c hifa. Sumber: a Kaewachai Soytong 2010, b dan c Rahmiati. a c b Universitas Sumatera Utara struktur dinding sel jamur yang terdiri atas rantai-rantai polisakarida yang saling bersilangan membentuk anyaman Rajarathanam et al. 1998. Kandungan kitin pada dinding sel jamur bervariasi tergantung pada jenis jamurnya. Beberapa isolat Sclerotium rolfsii yang telah diteliti menunjukkan bahwa hifa cendawan ini mempunyai kandungan kitin berkisar antara 12-31 Zang et al. 2001. Kitin dapat didegradasi dengan menggunakan enzim kitinase yang dapat memecah kitin dengan cara menghidrolisisnya. Bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi kitin disebut bakteri kitinolitik. Saat ini bakteri kitinolitik banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan serangan jamur patogen dengan menjadikan kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen Gohel et al. 2006; Kamil et al. 1993. Pujiyanto et al . 2002 berhasil mengisolasi 55 isolat bakteri kitinolitik dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah. Dari hasil uji in vitro diperoleh dua isolat bakteri yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur patogen Rhizoctonia solani dan Helmintosporium oryzae. Bakteri kitinolitik Aeromonas caviae digunakan untuk mengontrol serangan R. solani dan F. oxysporum pada kapas serta S. rolfsii pada buncis Ferniah et al. 2011. Bacillus spp. yang dikombinasikan dengan pestisida nabati, diketahui dapat mengendalikan penyakit JAP dan meningkatkan produksi pada tanaman jambu mete Tombe 2008. Mekanisme kerja enzim kitinase dalam menghidrolisis kitin pada jamur patogen, terkait dengan kandungan kitin pada dinding sel jamur tersebut yang akan dimanfaatkan sebagai substratnya El-Katatny et al. 2000. Berdasarkan cara kerjanya kitinase dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu: i endokitinase, yang memotong secara acak polimer kitin secara internal sehingga menghasilkan oligomer pendek, ii eksokitinase, yang memotong unit trimer ketobiosa pada ujung terminal polimer kitin, iii N-asetilglukosamidase, yang memotong unit monomer pada ujung terminal polimer kitin Pudjihartati 2006. Kitinase juga dikelompokkan berdasarkan urutan asam aminonya dan dibagi atas tiga famili yaitu famili 18, 19 dan 20. Famili 18 meliputi kitinase dari bakteri, jamur, serangga, tanaman kelas III dan V dan hewan. Famili 19 diidentifikasi dari tanaman kelas I, II, dan IV dan bakteri gram positif Streptomyces, sedangkan famili 20 dari Vibrio harvei Watanabe et al. 1999; Patil et al . 2000. Universitas Sumatera Utara Kitinase memiliki banyak manfaat selain sebagai agen pengendali hayati. Herdyastuti et al 2009 menyebutkan bahwa kitinase dapat dimanfaatkan dalam penanganan limbah terutama limbah yang mengandung kitin seperti limbah pabrik pembekuan udang. Senyawa-senyawa hasil degradasi kitinase pada kitin membentuk seyawa turunan kitin seperti karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kedokteran senyawa tersebut dimanfaatkan untuk membuat benang operasi. Monomer kitin seperti N-asetil D-glukosamin dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk obat penurun gula darah dan dalam bidang kosmetik sebagai senyawa penghambat pembentukan melanin.

2.3 Potensi Bakteri Kitinolitik sebagai Agen Pengendali Hayati