kitinolitik  mampu  menghidrolisis  dinding  R.  microporus.  Hifa  jamur  patogen  yang mengalami  pembengkokan  dan  menggulung  diduga  sebagai  mekanisme  pertahanan
dari  patogen  terhadap  serangan  bakteri  kitinolitik.  Deskripsi  gejala  antagonis  yang terjadi antara bakteri kitinolitik dengan R. microporus antara lain pertumbuhan fungi
patogen terhambat, hifa kering, menipis dan mengalami abnormalitas.
4.4  Kemampuan  Bakteri  Kitinolitik  dalam  Mengendalikan  Serangan R.
microporus Pada Bibit Tanaman Karet
Efektifitas  bakteri  kitinolitik  dalam  mengendalikan  serangan  R.  microporus dilihat  berdasarkan  gejala  serangan  yang  dilihat  dari  intensitas  serangan  dan  luas
serangan  yang  diamati  setelah  hari  ke-7  selama  60  hari.  Pengamatan  intensitas serangan  penyakit  pada  aplikasi  isolat  bakteri  kitinolitik  30  hari  setelah  pemberian
inokulum  patogen  pertama  kali  dilakukan  30  hari  setelah  aplikasi  patogen.  Hal  ini dilakukan  untuk  mengetahui  skala  awal  serangan  penyakit.  Hasil  pengamatan
intensitas serangan awal penyakit menunjukkan rata-rata serangan penyakit pada bibit karet yaitu sebesar 35-40 Tabel 4.4.1. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada hari
ke-60 masa akhir pengamatan.
Tabel 4.4.1 Pengamatan intensitas serangan awal R. microporus dengan cara  aplikasi isolat 30 hari setelah inokulasi jamur patogen
No .
Isolat Intensitas
serangan awal Intensitas
serangan akhir Pengurangan
intensitas serangan
1. PB08
40 25
37,5 2.
Enterobacter sp. PB17
35 20
37,5 3.
Bacillus sp. BK17
40 35
12.5 Hasil  pengamatan  selama  60  hari  mengindikasikan  serangan  penyakit  JAP
pada  bibit  tanaman  karet  masih  dapat  diturunkan.  Isolat  bakteri  kitinolitik  mampu menurunkan  intensitas  serangan  serta  menghambat  laju  perkembangan  penyakit
kecuali  pada  perlakuan  kontrol  positif.  Penurunan  intensitas  serangan  tertinggi  pada aplikasi  isolat  bakteri  kitinolitik  30  hari  setelah  pemberian  inokulum  patogen
ditunjukkan oleh bibit karet yang diaplikasikan dengan isolat PB08 dan Enterobacter sp.  PB  17  yaitu  sebesar  37,5.  Isolat  Bacillus  sp.  BK17  menunjukkan  penurunan
Universitas Sumatera Utara
intensitas  serangan  yang  lebih  rendah  yaitu  12,5.  Perbandingan  nilai  intensitas serangan setelah 60 hari percobaan pada tiap perlakuan disajikan pada Gambar 4.4.1.
Nilai intensitas serangan terendah pada aplikasi isolat 30 hari setelah inokulasi patogen  ditunjukkan  oleh  isolat  Enterobacter  sp.  PB17  yaitu  sebesar  20,  yang
tertinggi ditunjukkan isolat Bacillus sp. BK17 sebesar 35. Jika dibandingkan dengan cara  aplikasi  isolat  satu  hari  setelah  inokulasi  patogen  besarnya  intensitas  serangan
terendah  ditunjukkan  isolat  PB08  sebesar  20  dan  yang  tertinggi  ditunjukkan  oleh isolat Enterobacter sp. PB17 sebesar 35. Nilai intensitas serangan ini diperoleh pada
tahap  akhir  pengamatan  yaitu  60  hari  setelah  perlakuan.  Ketiga  isolat  bakteri kitinolitik  yang  digunakan  pada  uji  in  vivo  dapat  digunakan  untuk  pengendalian  dan
penurunan serangan JAP pada bibit tanaman karet. Nilai intensitas serangan dari bibit karet  yang  sudah  diaplikasikan  dengan  isolat  lebih  rendah  dibandingkan  dengan
kontrol  positif  yang  hanya  diberi  inokulum  patogen  saja.  Nilai  intensitas  serangan yang ditunjukkan oleh kontrol positif sangat tinggi yaitu 80, sedangkan pada kontrol
negatif  tidak  ada  tanaman  yang  terserang  JAP.  Akar  tanaman  pada  kontrol  negatif steril, tanpa ada rizomorf R. microporus.
Bacillus merupakan genus bakteri yang sudah banyak digunakan sebagai agen
pengendali  hayati  penyakit  tanaman.  Ayu  et  al.  2012  melaporkan  bahwa  isolat bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK13 mampu mengendalikan jamur A. niger penyebab
busuk pangkal akar pada tanaman kacang tanah. B. pantotheinticus dan B. brevis juga Gambar  4.4.1  Perbandingan  nilai  intensitas  serangan  dari  masing-masing  perlakuan
yang diinokulasikan isolat bakteri kitinolitik
PB08 Enterobacter
sp. PB17 Bacillus
sp. BK17
Kontrol negatif Kontrol positif
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan  berpotensi  sebagai  agen  biokontrol  R.  solani  Yuliar  2008.  Kombinasi antara  Bacillus  sp.  BC  26  dengan  Pseudomonas  fluoresen  PF  101  dalam  bentuk
tepung  dapat  mengendalikan  penyakit  layu  bakteri  pada  tanaman  nilam.  Spesies Bacillus
menghasilkan  paling  sedikit  66  jenis  antibiotik  dan  strain  tertentu  dari Bacillus
merupakan agen biokontrol Chrisnawati, 2011.
Isolat  bakteri  kitinolitik  Enterobacter  sp.  PB17  dilaporkan  mampu menghambat  pertumbuhan  Saprolegnia  sp.  penyebab  infeksi  pada  telur  ikan  gurame
Dewi  2011.  Chernin  et  al.  1995  menyatakan  bahwa  bakteri  kitinolitik  E. agglomerans
digunakan  sebagai  agen  biokontrol  fungi  patogen  tanaman  R.  solani. Kemampuan  isolat  bakteri  kitinolitik  dalam  mengendalikan  jamur  patogen  pada
tanaman  tidak  terlepas  dari  kemampuannya  menghasilkan  enzim  kitinase  yang  dapat melisiskan  kitin  penyusun dinding sel jamur.  Luas  serangan  R. microporus  disajikan
pada Tabel 4.4.2.
Tabel 4.4.2 Persentase  luas serangan R. microporus pada bibit tanaman karet Luas serangan
No. Perlakuan
30 hari setelah inokulasi jamur
patogen Satu hari setelah
inokulasi jamur patogen
Setelah 60 hari
1. PB08
80 60
2. Enterobacter
sp. PB17
60 80
3. Bacillus
sp. BK17 100
80 4.
Kontrol positif 100
5. Kontrol negatif
Berdasarkan  uji  di  lapangan  hampir  seluruh  bibit  tanaman  karet  terserang penyakit JAP dengan persentase luas serangan 60-100, kecuali pada kontrol negatif.
Hal  ini  menunjukkan  bahwa  R.  microporus  berhasil  mengganggu  metabolisme  bibit karet  sehingga  menjadin  rentan  dan  menimbulkan  gejala  penyakit.  Gejala  tanaman
yang  terserang  JAP  berdasarkan  pengamatan  di  lapangan  pada  umunya  adalah  daun tanaman  layu,  warna  daun  hijau  kekuningan,  batang  tampak  keriput,  pinggiran  daun
melengkung  ke  atas  dengan  bercak  kuning  pada  permukaannya.  Ketika  leher  akar dibuka  maka  tampak  rizomorf  yang  berwarna  putih.  Agrios  1988  menyatakan
patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara melemahkan inang yaitu
Universitas Sumatera Utara
menyerap  makanan  terus-menerus  dari  sel  inang  untuk  memenuhi  kebutuhannya, mengganggu  metabolisme  sel  dengan  toksin  yang  dihasilkannya,  enzim  atau  zat
pengatur  tumbuh  yang  disekresikannya,  menghambat  transportasi  makanan,  hara mineral,  dan  air  melalui  jaringan  pengangkut.  Terjadinya  perubahan  fisiologis
menimbulkan  gejala  terutama  dalam  hal  fotosintesis.  Nekrosis  yang  meluas  seperti bercak  daun  yang  merusak  jaringan  daun  serta  pengguguran  daun  yang  disebabkan
oleh  patogen.  Hal  ini  mengakibatkan  fotosintesis  menurun  karena  permukaan  daun yang berfotosintesis menjadi berkurang.
Pada  kontrol  negatif  tidak  menunjukkan  adanya  gejala  serangan  dari  R. microporus
.  Berdasarkan  pengamatan  di  lapangan  karakteristik  bibit  karet  pada perlakuan kontrol negatif yaitu: tanaman sehat dan terlihat subur. Perawakan tanaman
tidak  terlalu  tinggi,  tapi  daunnya  berwarna  hijau  tua  tanpa  ada  bercak  kuning  pada permukaannya, daun tua berguguran dan digantikan daun muda pada pucuk tanaman.
Pembongkaran  akar  menunjukkan  bahwa  akar  steril  dari  rizomorf  JAP  Gambar 4.4.2.
4.5 Pengaruh  Infeksi  JAP  Terhadap  Tinggi  Tanaman,  Jumlah  Daun,  Dan
Diameter Batang
Infeksi  patogen  di  akar  tanaman  akan  mengakibatkan  terhambatnya  fungsi jaringan  xilem.  Jaringan  xilem  pada  tanaman  mempunyai  fungsi  yang  sangat  vital
yaitu  sebagai  jalur  masuknya  unsur  hara  dan  air  menuju  ke  bagian  daun. Gambar 4.4.2  Penampakan leher akar, daun, dan akar bibit tanaman karet perlakuan
kontrol negatif yang bebas dari infeksi jamur akar putih
Universitas Sumatera Utara
Terhambatnya  jaringan  xilem  ini,  membuat  tanaman  menjadi  kekurangan  bahan makanan  dan  air  sedangkan  proses  fotosintesis  dan  transpirasi  pada  tanaman  terus-
menerus terjadi, akibatnya tanaman lama-kelamaan menjadi layu dan mati Amiruddin et  al
.  2012.  Hal  ini  akan  berpengaruh  terhadap  tinggi,  diameter  batang  dan  jumlah daun pada tanaman uji.
Tinggi  rata-rata  bibit  karet  setelah  60  hari  masa  pengamatan  disajikan  pada Gambar 4.5.1 berikut ini.
Pertambahan  tertinggi  pada  aplikasi  30  hari  dan  satu  hari  setelah  inokulasi patogen  ditunjukkan  oleh  perlakuan  dengan  Enterobacter  sp.  PB17  dengan  nilai
masing-masing 12,46 cm dan 17,4 cm. Pertambahan tinggi tanaman untuk isolat PB08 dengan  aplikasi  30  hari  setelah  inokulasi  patogen  sebesar  11,2  dan  13,1  cm  pada
aplikasi  satu  hari  setelah  inokulasi  patogen.  Tanaman  yang  diaplikasikan  isolat Bacillus
sp.  BK17  menunjukkan  perawakan  yang  lebih  pendek  jika  dibandingkan dengan  perlakuan  dua  isolat  lainnya,  yaitu  sebesar  12  cm  dengan  aplikasi  pada
aplikasi  satu  hari  setelah  inokulasi  patogen  dan  8.2  cm  dengan  aplikasi  satu  bulan setelah  inokulasi  patogen.  Kontrol  positif  menunjukkan  pertambahan  tinggi  terendah
yaitu 3,6 cm, pertambahan tinggi tanaman pada perlakuan kontrol negatif yaitu 14,24 cm  dan  tidak  lebih  tinggi  jika  dibandingkan  dengan  tanaman  yang  diaplikasikan
Enterobacter sp. PB17.
Tinggi  tanaman  karet  pada  masing-masing  perlakuan  bervariasi.  Hal  ini mungkin  disebabkan  adanya  pengaruh  jamur  patogen  yang  menghambat  penyerapan
Gambar 4.5.1 Pertambahan tinggi rata-rata tanaman setelah 60 hari masa perlakuan
Kontrol positif Bacillus
sp. BK17 Kontrol negatif
Enterobacter sp.
PB17 PB08
Universitas Sumatera Utara
air  dan  nutrisi  yang  mengganggu  pertumbuhan  bibit  karet  Ayu  et  al.  2012.  Jamur patogen yang merusak bagian akar tanaman atau menyumbat xilem atau floem, sangat
mengganggu  penyerapan  air  dan  nutrisi  anorganik  dan  organik  di  dalam  tanaman. Terganggunya penyerapan air dan nutrisi dapat menyebabkan tanaman yang terserang
jamur patogen akan mati Agrios 2004.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa perlakuan dengan penambahan Enterobacter
sp.  PB  17  menunjukkan  nilai  tinggi  tanaman  yang  lebih  besar dibandingkan  kontrol  negatif  yang  akarnya  sehat  tanpa  ada  infeksi  patogen.  Hal  ini
mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang disumbangkan oleh isolat bakteri kitinolitik yang  menunjang  pertumbuhan  tanaman.  Isolat  bakteri  kitinolitik  yang  disiram  ke
permukaan  tanah  akan  masuk  ke  bagian  akar  tanaman,  dan  hidup  di  sekitar  daerah perakaran  tanaman  atau  dapat  kita  sebut  sebagai  rizobakteria.  Timmusk  2003
menyebutkan  rizobakteria  adalah  bakteri  yang  hidup  dan  berkembang  di  daerah sekitar perakaran tanaman. Rizobakteria dapat berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan
tanaman dan sebagai agen antagonis terhadap patogen tanaman.
Rizobakteria  sering  digunakan  untuk  memacu  pertumbuhan  tanaman  plant growthpromoting  rhizobacteria
.  Beberapa  bakteri  yang  sering  digunakan  yaitu Pseudomonas
sp.,Azospirillum sp., Azotobacter sp., Enterobacter sp., Bacillus sp. dan Serratia
sp. Sutariati 2006.  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa rhizobakteri yang diaplikasikan  ke  tanaman  cabai  mampu  meningkatkan  pertumbuhan  tanaman  secara
vegetatif  yaitu  tinggi  tanaman,  jumlah  daun  dan  jumlah  cabang  Taufik  2010. Timmusk  Wagner 1999 melaporkan bahwa B. polymixa Paenibacillus polymixa
dapat  meningkatkan  pertumbuhan  tanaman  padi  disebabkan  oleh  kemampuannya memproduksi auksin dan sitokinin. Di samping itu B. polymixa juga dapat memfiksasi
nitrogen  dan  dapat  melarutkan  fosfat.  Sutariati  et  al.  2006  melaporkan  bahwa    25 isolat  rizobakter  yang  diujikan  mampu  meghasilkan  IAA  auksin.  Auksin  diketahui
berperan  dalam  mempercepat  pertumbuhan,  baik  itu  pertumbuhan  akar  maupun pertumbuhan batang. Pertambahan nilai diameter batang bibit karet dapat dilihat pada
Gambar 4.5.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan  diameter  batang  yang  dibentuk  masing-masing  isolat  tidak menunjukkan  perbedaan  yang  terlalu  jauh  dengan  kisaran  diameter  sebesar  0,1-0,22
cm.  Pertambahan  nilai  diameter  batang  terbesar  ditunjukkan  oleh  perlakuan  kontrol negatif yaitu sebesar 0,23 cm. Enterobacter sp. PB17 memiliki pertambahan diameter
terbesar yaitu 0,22 cm pada aplikasi isolat satu bulan setelah inokulasi patogen.
Bibit  karet  yang  diaplikasikan  Enterobacter  sp.  PB17  satu  hari  setelah inokulasi  patogen  memiliki  pertambahan  diameter  yang  lebih  rendah  jika
dibandingkan aplikasi 30 hari setelah inokulasi patogen. Hal ini bisa saja disebabkan karena  adanya  faktor  lingkungan  yang  mempengaruhi  kemampuan  bakteri  pada
perlakuan  tersebut  dalam  menunjang  pertambahan  diameter  batang.  Misalnya  suhu, pH  serta  kelembaban.  Selain  itu  bisa  saja  terjadi  kompetisi  antara  isolat  bakteri
kitiolitik  dengan  jamur  patogen  dalam  hal  memperebutkan  makanan  yang  sama, sehingga  berdampak  pada  kemampuan  bakteri  tersebut  dalam  menunjang
pertambahan  diameter  batang.  Nilai  pertambahan  diameter  yang  ditunjukkan  tidak terlalu  jauh  sehingga  mungkin  diperlukan  waktu  pengamatan  yang  lebih  lama  untuk
melihat pengaruh penambahan isolat terhadap pertambahan diameter batang.
Kontrol positif menunjukkan pertambahan nilai diameter batang terkecil yaitu sebesar 0,07 cm. Pada aplikasi isolat satu hari setelah inokulasi patogen pertambahan
Gambar  4.5.2  Pertambahan  nilai  diameter  rata-rata  batang  tanaman  selama  masa perlakuan
PB08 Enterobacter
sp. PB17 Bacillus
sp. BK17
Kontrol negatif
Kontrol positif
Universitas Sumatera Utara
diameter  terbesar  ditunjukkan  oleh  isolat  PB08  sebesar  0,16  cm.  Kontrol  positif menunjukkan  angka  terendah  mungkin  disebabkan  karena  adanya  patogen  yang
menginfeksi  bagian  akar  tanaman,  sehingga  mengganggu  aktifitas  akar  dan menghambat  pembesaran  batang  tanaman.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  gejala  yang
tampak  pada  tanaman  dengan  perlakuan  kontrol  positif  yaitu  ukuran  daun  kecil, berwarna  hijau  kusam.  Beberapa  helai  kuning  dan  dipenuhi  bercak  kuning.  Bagian
ujung  daun  melengkung  ke  atas.  Batang  tanaman  tampak  layu  dan  kurus  Gambar 4.5.3.
Hasil  penelitian  menunjukkan  nilai  pertambahan  rata-rata  jumlah  daun  yang berbeda-beda  pada  setiap  perlakuan.  Aplikasi  bakteri  satu  hari  setelah  inokulasi
patogen  untuk  perlakuan  setiap  isolat  tidak  menunjukkan  perbedaan  yang  jauh  yaitu berkisar  8-8,4  helai.  Pertambahan  rata-rata  daun  terbanyak  ditunjukkan  oleh  isolat
Enterobacter sp. PB17 yaitu 8,2 helai. Aplikasi isolat 30 hari setelah inokulasi patogn
menunjukkan isolat PB08 memiliki pertambahan daun paling banyakyaitu 23,2 helai. Untuk perlakuan dengan isolat Enterobacter sp. PB17 jumlah rata-rata daun yaitu 8,4
helai.  Sedangkan  perlakuan  dengan  Bacillus  sp.  BK17  sebanyak  14,2  helai.  Kontrol positif  tidak  menunjukkan  pertambahan  jumlah  daun.  Kontrol  negatif  menunjukkan
jumlah  daun  yang  lebih  sedikit  dari  perlakuan  dengan  isolat  bakteri  kitinolitik  yaitu 2,0 helai. Histogram perbandingan jumlah rata-rata daun disajikan pada Gambar 4.5.4
berikut ini. Gambar 4.5.3 Daun tanaman yang menunjukkan gejala penyakit pada kontrol positif
Universitas Sumatera Utara
4.6  Reisolasi R.  microporus  dan  Bakteri  Kitinolitik  Dari  Akar  Bibit  Tanaman