and balances diantara lembaga-lemabaga negara sehingga munculah kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi tersebut.
B. Hakim Konstitusi
Setelah diuraikan mengenai kelembagaan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pemegang kekuasaan yudikatif, selanjutnya pembahasan akan
difokuskan kepada personal dari institusi tersebut yaitu Hakim Konstitusi yang merupakan pemegang asli kekuasaan kehakiman dari Mahkamah Konstitusi.
Terlebih dahulu di sampaikan konsepsi hakim secara umum. Hakim secara etimologi berasal dari bahasa Arab
حكم hakima yang berarti aturan, peraturan, kekuasaan, pemerintah.
93
Hakim adalah salah satu jabatan yang tertua di dunia, dapat dikatakan bahwa jabatan Hakim memiliki nilai historis yang sama dengan
peradaban manusia. Menurut Ansyahrul eksistensi hakim muncul karena, “Dalam pergaulan hidup berinteraksi memungkinkan munculnya berbagai konflik
kepentingan, sehingga kemudian kelompok tersebut menyepakati aturan-aturan dalam hidup bersama. Pada tahap ini manusia sudah menciptakan hukum diantara
mereka, dan untuk menegakannya perlu pihak yang menengahi yang mereka akui secara bersama, dan itulah para hakim.”
94
Secara leksikal menurut Garner, “Hakim dapat didefiniskan sebagai pejabat publik yang memiliki wewenang untuk mendengarkan, memeriksa, dan
mengadili dalam suatu pengadilan judges are public officer appointed or electe to hear and decide legal metter in court.” Secara etimologis menurut Dahlan,
93
Wikipedia, “Hakim” http:id.wikipedia.orgwikiHakim [diakses 6 Mei 2014]
94
Ansyahrul. Loc. Cit. hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
“Hakim berarti pembuat yang menetapkan hukum, dan yang menemukan, memperkenalkan dan menjelaskan hukum. KUHAP memberi makna terhadap
hakim dengan kata-kata Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili”. Jadi secara terminologi hakim
memang tidak mungkin dapat dilepaskan dari fungsi utamanya yaitu mengadili. Dalam Bahasa Yunani, hakim diberi lebel dischates yang harfiahnya berarti si
pembagi. Sesuatu yang dibagi dua sama bersar disebut “discha” atau “dischaion” dan itulah keadilan.
95
Secara umum, tugas pokok dan fungsi hakim adalah memeriksa dan memutus perkara yang di dalam ilmu manajemen proses tersebut adalah
penyelesaian masalah problem solving dan pembuat keputusan decision making, sehubungan dengan tugas Hakim tersebut, maka ada 2 etika dalam
pengambilan keputusan yang harus menjadi acuan seorang Hakim yaitu kriteria perlindungan hak dan kriteria keadilan.
96
Dalam bahasa lain, disinilah tugas utama dari seorang Hakim dalam mengadili merupakan realisasi dari fungsi yudikatif
yaitu menegakan keadilan dan kebenaran. Lebih lanjut menggambarkan tugas dan fungsi hakim dalam mengadili, Roeslan Saleh mengatakan,
97
Pemikiran-pemikiran tersebut dapat menjawab latar belakang dan tujuan dari eksistensi Hakim saat ini, Hakim Konstitusi sebagai salah satu pihak yang
“Mengadili adalah suatu proses yang dengan susah payah telah terjadi diantara manusia dan manusia,
mengadili adalah pergulatan manusia untuk mewujudkan hukum, mengadili tanpa suatu hubungan yang bersifat sesama manusia tidaklah mungkin.”
95
Nur Agus Susanto, Loc. Cit. hlm. 47
96
Ansyahrul, Loc. Cit. hlm 169.
97
Ibid. hlm. 170.
Universitas Sumatera Utara
telah dilegitimasi oleh rakyat melalui perwakilanya untuk menengani permasalahan tertentu yang ada di tengah masyarakat tersebut dari segi normatif,
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang lebih lanjut disebut UU No. 482009 pada Pasal 1 angka 7 menyatakan Hakim
Konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi. Sedangkan pada Pasal 1 angka 3 UU No. 482009 menyatakan Mahkamah Konstitusi adalah pelaku
kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Hakim Konstitusi merupakan hakim yang diberikan kewenangan sesuai dengan kewenangan yang melekat pada institusinya yaitu Mahkamah Konstitusi
maka sesuai pengaturan pada Pasal 24 C ayat 1 dan 2 UUD RI 1945 Hakim Konstitusi antara lain berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusanya bersifat final untuk : 1.
Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; 2.
Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan
5. Wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
Di dalam Penjelasan Umum Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi disebutkan bahwa tugas dan fungsi Mahkamah Konstitusi adalah menangani
perkara ketatanegaraan tertentu dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-
Universitas Sumatera Utara
cita demokrasi.
98
Seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwa ketika suatu jabatan publik diberikan kekuasaan oleh publik maka pejabat tersebut harus dapat menjalankan
kekuasaan tersebut sebagaimana amanah yang diberikan dari pemberi amanah maka Hakim Konstitusi sebagai pejabat yang telah dilegitimasi memiliki
kekuasaan kehakiman oleh rakyat melalui UUD RI 1945 harus selalu mendapatkan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan dan untuk
memperbaiki ketika ada kesalahan. Lebih lanjut untuk menggambarkan mengenai Hakim Konsitusi,
pada Pasal 24 C ayat 5 UUD RI 1945 memberikan arahan, Hakim Konstitusi harus memiliki integritas, kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang
menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat Negara.
Berdasarkan pemikiran diatas dapat terlihat bahwa Hakim Konstitusi memiliki karakteristik yang berbeda dengan hakim pemegang kekuasaan lainya
terutama dari segi kewenangan yang lebih bercirikan kepada fungsi utamanya sebagai penafsir konstitusi the enterpreteur of constitution karena seluruh dasar
hukum sebagai rujukan menjalankan kewenanganya harus berlandaskan konstitusi UUD RI 1945 maka diperlukan standar persyaratan keahlian khusus untuk
menjadi Hakim Konstitusi khususnya pemahaman mendalam terhadap konstitusi dan ketatanegaraan.
C. Pengawas Hakim Konstitusi