Mahkamah Konstitusi sebagai Cabang Kekuasaan Kehakiman di Indonesia

BAB III MAHKAMAH KONSTITUSI, HAKIM KONSTITUSI, DAN PENGAWAS HAKIM KONSTITUSI

A. Mahkamah Konstitusi sebagai Cabang Kekuasaan Kehakiman di Indonesia

1. Sejarah Mahkamah Konstitusi Reformasi marupakan suatu evaluasi terhadap problematika dalam kehidupan bernegara yang mengalami stagnansi. Problematika bernegara pra reformasi di Indonesia dideskripsikan oleh Soimin dan Mashuriyanto dengan menyatakan, 81 Perubahan fundamental yang merupakan resultante era reformasi terjadi pada Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis Republik Indonesia dengan mengalami empat kali perubahan yaitu ; pertama pada tanggal 19 Oktober 1999, kedua pada tanggal 18 Agustus 2000, ketiga pada tanggal 9 November Sistem ketatanegaraan yang dibangun pada masa Orde Baru tidak mencerminkan sistem kehidupan bernegara yang demokratis, seharusnya kehidupan bernegara yang mencerminkan sistem pemerintahan yang demokratis salah satunya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan serta adanya mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga negara dalam menjalankan kebijakan Negara. Reformasi menuntut terjadinya perubahan pada ketatanegaran di Indonesia untuk menemukan solusi menjawab problematika tersebut yaitu dengan mencari model ketatanegaraan terbaik yang paling relevan bagi Indonesia. 81 Soimin dan Mashuriyanto, Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta : UII Press, 2013, hlm. ix. Universitas Sumatera Utara 2001, dan perubahan keempat pada tanggal 10 Agustus 2002. Keseluruhan perubahan konstitusi tersebut tentunya mempunyai implikasi terhadap adanya penghapusan lembaga negara dan penambahan lembaga negara baru. Lembaga negara yang dihapus adalah Dewan Petimbangan Agung DPA, sedangkan lembaga negara yang baru adalah Dewan Perwakilan Daerah DPD, Mahkamah Konstitusi MK, Komisi Yudisial KY, Bank Sentral Bank Sentral Indonesia, Komisi Pemilihan Umum KPU, dan TNIPolri. Khusus pada penelitian ini pembahasan akan dikhususkan pada institusi negara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Falsafah dari pembentukan Mahkamah Konstitusi menurut Abdul Rasyid, 82 Pembentukan Mahkamah Konstitusi juga merupakan penegasan terhadap prinsip Negara Hukum dan perlindungan Hak Asasi Hak Konstitusional yang telah dijamin oleh Konstitusi. Selain itu, pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan sebagai sarana penyelesaian beberapa problem yang terjadi dalam “Untuk menciptakan sebuah sistem ketatanegaraan di Indonesia yang menganut asas pemisahan kekuasaan separation of power secara fungsional dan menerapkan “check and balances” untuk menggantikan secara bertahap pengunaan asas pendistribusian kekuasaan distribution of power dan paham integralisme dari lembaga tertinggi negara.” Hal ini merupakan salah satu wujud nyata dari perlunya keseimbangan dan kontrol di antara lembaga-lembaga negara. 82 Abdul Rasyid, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya terhadap Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia,Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 167. Universitas Sumatera Utara praktik ketatanegaraaan yang sebelumnya tidak ditentukan. 83 Keberadaan dari Mahkamah Konstitusi juga memberikan harapan baru bagi para pencari keadilan di tengah masyarakat yang sedang mengalami krisis kepercayaan kepada institusi peradilan. 84 Tindak lanjut dari pengaturan konstitusional tersebut, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat setelah melalui pembahasan dan persetujuan bersama membentuk Undang-Undang No 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2004 . Akhirnya, secara resmi berdirilah Mahkamah Konstitusi pada tanggal 16 Agustus 2003 melalui Kepres Nomor 147M tahun 2003 ditandai dengan pengangkatan 9 Sembilan Hakim Konstitusi. Hal ini menjadikan Secara konstitutif keberadaan Mahkamah Konstitusi berserta seluruh kewenanganya diputuskan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam perubahan ke-III Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang diatur pada Pasal 24 C. Kekuasaan Kehakiman pra reformasi yang hanya terdiri dari Mahkamah Agung, kini pasca refomasi Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 24 ayat 2 UUD RI 1945 mengatur bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 83 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Cetak Biru membangun Mahkamah Konstitusi sebagai Institusi Peradilan Konstitusi yang Modern dan Terpercaya, Jakarta : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2004, hlm. 4. 84 Ibid. hlm. 6. Universitas Sumatera Utara Indonesia sebagai negara ke-78 di dunia yang membentuk Mahkamah Konstitusi. 85 Ide awal, Mahkamah Konstitusi merupakan suatu lembaga yang bertujuan hanya untuk menguji konstitusionalitas constitution review dari suatu undang- undang terhadap konstitusi. Ide ini bermula dari Hans Kelsen, guru besar kenamaan dari Universitas Wina Vienna yang mengusulkan dibentuknya suatu lembaga yang diberi nama “Vervassungsgerichtshoft” atau Mahkamah Konstitusi Constitutional Court. Menurut beliau, “ada kemungkinan munculnya persoalan konflik antara norma yang lebih tinggi dengan yang lebih rendah” Jadi perkembangan keberadaan dari Mahkamah Konstitusi di Republik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengalaman historis bangsa Indonesia yang mengalami gejolak perubahan pada masa reformasi. Eksistensi dari insitutusi ini diharapkan dapat membawa perubahan khususnya dalam penguatan kembali supremasi norma dasar negara, pengharmonisasian antara norma dalam hirarki peraturan perundang-undangan, dan perlindungan terhadap hak-hak konstitusional warga negara. 2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi 86 85 Soimin dan Mashuriyanto, Loc. Cit. hln. 52. 86 Hamdan Zoelva, “Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan RI” http:hamdanzoelva.wordpress.com20080407mahkamah-konstitusi-dalam-sistem- ketatanegaraan-ri [diakses 30 Mei 2014] sehingga dibutuhkan adanya suatu pengadilan yang secara khusus melakukan pengujian terhadap konflik antar norma tersebut. Universitas Sumatera Utara Dalam perkembanganya, menurut Hamdan Zoelva, 87 Pendapat lain, Menurut Kurt Sotheirmer menyatakan bahwa fungsi Mahkamah Konstitusi secara umum adalah Konsep dasar pembentukan Mahkamah Konstitusi di berbagai negara sangat terkait dengan perkembangan prinsip-prinsip dan teori ketatanegaraan modern yang dianut oleh berbagai negara yang menganut prinsip konstitusionalisme, prinsip negara hukum, prinsip check and balances, prinsip demokrasi dan jaminan perlindungan hak asasi manusia serta pengalaman politik masing-masing negara. Keberadaan Mahkamah Konstitusi dibutuhkan untuk menjamin penegakan prinsip-prinsip tersebut sebagai resultante perbaikan terus-menerus terhadap kekuarangan-kekuarangan penyelenggaraan negara sebelumnya. 88 1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; : 1. Membatasi kekuasaan organ komponen konstitusi dan membagi-bagi kekuasaan di antara organ-organ tersebut; 2. Semacam badan “super parlemen” yang dapat menempatkan para legislator secara cepat dan pada tempat yang tepat; dan 3. Sebagai pelindung atau pengawal Undang-Undang Dasar Basic Law Dari berbagai konsep Mahkamah Konstitusi yang ada berserta kewenangannya tersebut, di Republik Indonesia sendiri telah merumuskan kewenangan dari Mahkamah Konstitusi yang di disesuaikan dengan kebutuhan dan problematika yang terdapat dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Secara eksplisit kita dapat melihat kewenangan dari Mahkamah Konstitusi yang terdapat dalam Pasal 24 C ayat 1 Undang-undang Dasar Ngeara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusanya bersifat final untuk : 87 Ibid. 88 Efik Yusdiansyah, Loc. Cit. hlm. 52. Universitas Sumatera Utara 2. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; 3. Memutus pembubaran partai politik; dan 4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Ditambah dengan satu kewajiban pada Pasal 24 C ayat 2 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, “Wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggraan oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar”. Dari kewenangan konstitusional Mahkamah Konstitusi ini dirumuskanlah Visi dan Misi dari Mahkamah Konstitusi yang hendak dicapai sebagai cita-cita mulia dari keberadaan lembaga negara tersebut, Visi Mahkamah Konstitusi, 89 “Tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat.” Sedangkan Misinya, 90 Menurut Jimly Asshidiqie, Mahkamah Konstitusi dalam Undang-Undang Dasar 1945 memiliki dua fungsi yang ideal yaitu “Pertama, Mewujudkan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang modern dan terpercaya. Kedua, Membangun konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi” Visi dan Misi inilah yang hendak dicapai oleh seluruh komponen yang terdapat dalam Mahkamah Konstitusi. 91 89 Mahkamah Konstitusi, Visi dan Misi, Membangun konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi [diakses 1 Juni 2014] 90 Ibid. 91 Jimly Asshidiqie, Loc. Cit. hlm. 187. : a. Sebagai Pengawal Konstitusi The Guardian of Constitution Universitas Sumatera Utara Dia berfungsi untuk menjamin, mendorong, mengarahkan, membimbing, serta memastikan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh Penyelenggara Negara dan subjek hukum konstutusi lainya seperti Warga Negara, supaya nilai- nilai yang terkandung didalamnya dijalankan dengan benar dan bertanggung jawab. b. Sebagai Penafsir Konstitusi The Interpreter of Constitution Sebab Mahkamah Konstitusi di konstruksikan sebagai lembaga tertinggi, satu-satunya penafsir resmi Undang-Undang Dasar 1945. Melalui fungsinya yang kedua ini Mahkamah Konstitusi berfungsi untuk menutupi segala kelemahan danatau kekuarangan yang terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Lebih lanjut menurut Jimly Asshidiqie dalam rangka kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum, Mahkamah Konstitusi juga dapat dikatakan sebagai pengawal proses demokratisasi dengan cara menyediakan saran dan jalan hukum untuk menyelesaikan perbedaan pendapat diantara penyelenggara pemilu dengan peserta pemilu yang dapat memicu konflik politik dan bahkan konflik sosial di tengah masyarakat. Jadi menurut beliau, “disamping berfungsi sebagai i pengawal konstitusi; ii dan penafsir konstitusi, Mahkamah Konstitusi juga adalah iii pengawal demokrasi The Guardian of Democratization dan iv pelindung hak asasi Manusia The Protector of Human Rights.” 92 Kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi dapat disimpulkan merupakan hasil dari evaluasi sistem ketatanegaraan di Indonesia pasca reformasi untuk memperbaiki berbagai kekurangan dan kekosongan hukum yang ada. Kewenangan ini tidak terlepas dari tuntutan reformasi untuk menguatkan check 92 Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga-Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta : Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia , 2006, hlm. 153. Universitas Sumatera Utara and balances diantara lembaga-lemabaga negara sehingga munculah kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi tersebut.

B. Hakim Konstitusi