BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengawasan terhadap Hakim Konstititusi sebagai penyelenggara negara sangat penting untuk memastikan bahwa semua Hakim Konstitusi memiliki karakter
ideal seorang hakim sesuai Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi dalam menjalankan tugas yudisialnya maupun dalam keseharianya. Pengaturan dari
pengawasan tersebut membentuk suatu sistem pengawasan yang saling berkorelasi, antara lain :
a. Subjek yang Diawasi Pemberian kekuasaan kepada Hakim Konstitusi dalam menjalankan
kewenangannya yang terdapat dalam Pasal 24 C ayat 1 dan 2 Undang- Undang Dasar 1945. Sebagai pemegang pemegang amanah, Hakim Konstitusi
berkewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yaitu melalui pengawasan
terhadap Hakim Konstitusi. b. Objek yang Diawasi
Pengawasan dari sistem pengawasan bertujuan untuk memelihara kehormatan dan keluhuran martabat Hakim Konstitusi maka dibentuklah Kode Etik dan
Perilaku Hakim yang merupakan instrumen dan sekaligus tolak ukur yang harus terimplementasikan. Kode Etik dan Perilaku ini diatur dalam Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Mahkmah Konstitusi Nomor 09PMK 2006 Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi, peraturan ini mengahruskan Hakim Konstitusi memiliki
prinsip Independensi, Ketidakberpihakan, Integritas, Kepantasan dan Kesopanan, Kesetaraan, Kecakapan dan Keseksamaan, serta Prinsip Kearifan
dan Kebijaksanaan. c. Subjek yang Mengawasi
Struktur yang menjadi pengawas terhadap Hakim Konstitusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengawas internal dan pengawas eksternal. Pengawas
internal dari Hakim Konstitusi adalah Dewan Etik Hakim Konstitusi dan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi. Sedangkan Pengawasan eksternal
yang dahulu pernah dilakukan oleh Komisi Yudisial dan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi ini telah dihapuskan. Jadi saat ini Hakim Konstitusi hanya
memiliki pengawasan internal oleh Dewan Etik Hakim Konstitusi dan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi.
d. Proses Pengawasan Dari kewenangan Dewan Etik Hakim Konstitusi bentuk pengawasan yang
dimiliki adalah pengawasan pendekatan preventif yaitu dilakukan dengan pemantauan persidangan, pemantauan terhadap hakim tertentu secara rutin atau
incidental. Sedangkan pengawasan dengan pendekatan represif penindakan yaitu dijalankan dengan program pemanggilan dan pemeriksaan, serta
penjatuhan sanksi baik karena tindakan murni perilaku maupun putusannya. Pengawasan dengan pendekatan represif bukan hanya Dewan Etik Hakim
Universitas Sumatera Utara
Konstitusi, Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi juga memiliki pengawasan dengan pendekatan represif untuk pelanggaran berat.
2.a. Kekuasaan kehakiman membutuhkan independensi peradilan sebagai proteksi penyelenggara yudikatif salah satunya yaitu Hakim Konstitusi sebagai
penegak keadilan yang harus dilindungi dari kemungkinan intervensi darimanapun agar dapat menjalankan kekuasaannya dengan baik dan benar.
Inilah peran penting dari adanya pengawasan terhadap Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi lebih lanjut terhadap Independensi Hakim Konstitusi yaitu
untuk mencegah munculnya penyalagunaan wewenang dan kekuasaaan, perbuatan asusila, pelanggaran hukum, dan bentuk-bentuk misconduct lainya.
Pada akhirnya, harapan dari seluruh pengaturan sistem pengawasan terhadap Hakim Konstitusi tersebut bukan hanya adanya normatif independensi Kode
Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi tetapi juga harus dapat membentuk budaya independesi.
2.b.Kekuasaan kehakiman dituntut memiliki akuntabilitas peradilan karena gagasan akuntabilitas pada dasarnya muncul dari adanya pemberian kekuasaan
kepada institusi atau seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas publik. Realisasi dari pertanggungjawaban Hakim Konstitusi adalah dengan adanya
pengawasan terhadap Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi karena berfungsi sebagai serangkaian aturan tertulis yang mengatur cara berperilaku
yang pantas dan etis dalam suatu kumpulan norma sekelompok orang. Kode etik ini diinstitusionalisasikan ke dalam sistem nilai dan budaya organisasi
untuk menjadikan pegangan bagi individu-individu dalam organisasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran