Tinjauan Kepustakaan Sistem Pengawasan Hakim Konstitusi dalam Persepektif Independensi Peradilan dan Akuntabilitas Peradilan

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skirpsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Sistem Pengawasan Hakim Konstitusi dalam perspektif Independesi Peradilan dan Akuntabilitas Peradilan ” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari sebuah proses penemuan kebenaran ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaranaya secara ilmiah pula, insyAllah. Apabila ada skripsi yang sama maka akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Independensi Peradilan Dalam Kamus umum bahas Indonesia karangan Poerwadarminta yang dimaksud Independensi adalah berdiri sendiri. 20 Independensi secara harfiah dapat diartikan bebas, merdeka atau berdiri sendiri. 21 Jika merujuk dalam Black’s Law Dictionary karangan Garner, 22 20 Nur Agus Susanto, “Independesi Kekuasaan Kehakiman dan Efektivitas Sanksi untuk Kasus Hakim Penerima Suap” Jurnal Komisi Yudisial Volume-IV Nomor 1 April 2011 , hlm. 35. 21 Suparman Marzuki, “Kekuasaan Kehakiman : Independensi, Akuntabilitas, dan Pengawasan Hakim”, Bunga Rampai Komisi Yudisial Edisi tahun 2012, hlm. 285. 22 Nur Agus Susanto, Loc. Cit. Independensi diartikan sebagai “… not subject to control or influence of another, not associated with another entity, not dependent or contingent on something else”. Sementara itu, definisi Peradilan Jika Universitas Sumatera Utara merujuk dalam Black’s Law Dictionary karangan Garner, 23 Richard D. Aldrich menyatakan, “A governmental body consisting of one or more judges who is to adjudicate and administer justice” danatau” the building where the judge or judges converse to adjudicate dispute and administer justice”. 24 Akuntabilitas secara etimologi berasal dari bahasa Latin : accomptare mempertanggungjawabkan bentuk kata dasar computare memperhitungkan bahwa kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah “… that individual judges must remain free of influence, except for the dictates of law, the constitution, reasoned decision, legal precedent, and the dictates of the judges individual cosnsciences.” …bahwa para hakim tersendiri harus tetap bebas dari pengaruh, kecuali atas perintah hukum, konstitusi, keputusan yang dipertimbangkan pemikiran sehat, preseden hukum, dan perintah hati nurani para hakim sendiri. Dari doktrin yang mendefiniskan mengenai independensi peradilan diatas maka dapat dikatakan independensi peradilan adalah sebuah prinsip yang harus dimiliki oleh cabang kekuasaan yudikatif untuk bebas atau merdeka dari berbagai pengaruh atau intervensi dari pihak-pihak lain. Hakim hanya dapat dipengaruhi oleh hati nurani dan akal pikiran hakim serta peristiwa hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Akuntabilitas Peradilan 23 Nur Agus Susanto, Loc. Cit. 24 Ibid. hlm. 33. Universitas Sumatera Utara yang juga berasal dari kata putare mengadakan perhitungan. 25 Tuntutan akuntabilitas merupakan bagian dari prinsip good governance agar pengadilan bisa dikelola dengan baik. 26 Sementara itu, definisi Peradilan jika merujuk dalam Black’s Law Dictionary karangan Garner , 27 Menurut Salman Luthan, “A governmental body consisting of one or more judges who is to adjudicate and administer justice” danatau” the building where the judge or judges converse to adjudicate dispute and administer justice”. 28 25 Wikipedia, “Akuntabilitas” “Gagasan Akuntabilitas pada dasarnya muncul dari adanya pemberian kekuasaan kepada institusi atau seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas publik karena ia menjalankan tugas publik dalam bidang tertentu maka dia harus mempunyai pertanggungjawaban terhadap tugas publik yang ia laksanakan.” Dari pendapat yang mendefiniskan akuntabilitas peradilan diatas maka dapat dilihat bahwa akuntabilitas peradilan merupakan pertanggungjawaban dari peradilan khususnya hakim sebagai pihak yang diberikan kekuasaan untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman kepada publik sebagai pemberi kekuasaan tersebut agar tetap dapat menjamin hakim menjalankan kekuasaan kehakimanya tersebut sebagaimana seharusnya. http:id.wikipedia.orgwikiAkuntabilitas [diakses 6 Mei 2014] 26 Surya Jaya, “Independensi dan Akuntabilitas harus Seiring”, Buletin, Komisi Yudisial Volume VII No.2 September – Oktober 2012, hlm. 43. 27 Nur Agus Susanto, Loc.. Cit. hlm. 35. 28 Salman Luthan, Sinergitas Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam Pembaruan Peradilan, Bunga Rampai Komisi Yudisial Edisi tahun 2012, hlm. 41. Universitas Sumatera Utara 3. Sistem Pengawasan Peradilan Memahami frasa Sistem Pengawasan maka lebih baik mendefinisikan terlebih dahulu dari masing-masing kata pembentuknya, Sistem berasal dari bahasa Latin systēma dan bahasa Yunani sustēma adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. 29 Sedangkan pengawasan terbentuk dari Bahasa Melayu dengan kata dasar awas yang bermaksud pemerhatian teliti semasa melihat. 30 Secara terminologi menurut Ansyahrul, 31 “Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula. Bila ternyata ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan segera diambil tindakan koreksi.” Ketika kita gabungkan definisi sistem dan pengawasan menjadi frasa sistem pengawasan, secara sederhana dapat dikatakan merupakan suatu kesatuan komponen-kompenen yang memiliki korelasi keterkaitan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perbandingan antara kenyataan yang terjadi perbuatan apatur negara dengan yang seharusnya dilaksanakan peraturan yang ada sehingga apabila ada perbedaan akan ada upaya tindak lanjut. 29 Wikipedia, “Sistem” http:id.wikipedia.orgwikiSistem [diakses 4 Mei 2014] 30 Wikipedia, “Pengawasan” http:ms.wikipedia.orgwikiPengawasan [diakses 6 Mei 2014] 31 Ibid. hlm. 227. Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian