Hasil Uji Asumsi Klasik

65 65 tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder yang diolah. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa grafik scatterplot menunjukkan data tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat pola 66 66 yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi. Untuk lebih meyakinkan pengujian, maka dilakukan pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Adapun hasil uji heteroskedastisitas dengan uji glejser dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser Sumber: Data sekunder yang diolah. Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut Absut. Ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model persamaan regresi sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi discretionary accruals yang memicu manajemen laba berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhinya, yaitu diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan. 67 67 d. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data adalah dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.2 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot Sumber: Data sekunder yang diolah. 68 68 Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa grafik probability plot P-Plot menunjukkan titik-titik data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi normalitas. Selain dengan grafik, uji normalitas juga dilakukan dengan menggunakan metode uji Kolmogorov-Smirnov, berikut hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Sumber: Data sekunder yang diolah. Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui nilai signifikansi variabel dependen yaitu manajemen laba sebesar 0,127 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data manajemen laba berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi. Hasil uji 69 69 Kolmogorov-Smirnov ini konsisten dengan hasil uji grafik probability plot , yang menandakan bahwa data terdistribusi secara normal.

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen, yaitu diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan menjelaskan variabel dependen, yaitu manajemen laba yang menggunakan proksi discretionary accruals . Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sumber: Data sekunder yang diolah. Hasil uji koefisien determinasi pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,139. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba dapat dijelaskan sebesar 0,139 atau 13,9 oleh variabel diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya 86,1 100-13,9 dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Variabel tersebut yaitu status internasional, legal origin, konsentrasi kepemilikan perusahaan, masa perikatan audit, audit tenure, ukuran 70 70 KAP, siklus hidup perusahaan, dan corporate governance Aryati dan Walansendouw 2013, Indraswari 2010, Fatmawati dan Sabeni 2013, Dinuka dan Zulaikha 2014, Mehdi dan Seboui 2011, Shen dan Chih 2007, Anggit dan Shodiq 2014 dan Anggraini 2013.

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda multiple regression analysis , yaitu dilakukan melalui uji statistik t, dan uji statistik F. a. Hasil Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Berikut ini adalah tabel 4.9 yang menunjukkan hasil uji statistik t. Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t Sumber: Data Sekunder yang diolah 71 71 Tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji statistik t antara variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut: Hasil uji hipotesis 1: Pengaruh diversifikasi operasi terhadap manajemen laba. Tabel 4.7 menunjukkan hasil bahwa variabel diversifikasi operasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,046. Tingkat signifikansi tersebut kurang dari 0,05 yang berarti Ha 1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa diversifikasi operasi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif sebesar -2,701. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki segmen operasi yang lebih banyak maka akan semakin kecil nilai akrual diskresionernya. Perusahaan yang terdiversifikasi secara operasi biasanya memiliki segmen bisnis yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan para manajer di anak-anak perusahaan kesulitan untuk memanipulasi nilai akrual karena nilai akrual yang dihasilkan dari unit-unit usaha cenderung dihapuskan. Ini menyebabkan manajemen laba semakin rendah dilakukan oleh perusahaan yang terdiversifikasi secara operasi Mehdi dan Seboui, 2011. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan earnings volatility hypothesis yang menyatakan bahwa diversifikasi perusahaan dapat menghasilkan variabilitas laba yang lebih rendah, karena laba yang 72 72 dihasilkan dari berbagai unit perusahaan ini kurang berkorelasi sempurna. Hal ini disebabkan akrual pada perusahaan yang terdiversifikasi cenderung dihapuskan. Sehingga dapat disimpulkan manajemen laba cenderung lebih sedikit dilakukan pada perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian El Mehdi dan Seboui 2011 serta Indraswari 2010 yang menunjukkan hasil bahwa diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil uji hipotesis 2: pengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba. Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa variabel diversifikasi geografis memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,101. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha 2 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa diversifikasi geografis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Tidak berpengaruhnya diversifikasi geografis terhadap manajemen laba mungkin disebabkan oleh perusahaan yang beroperasi di satu negara justru melakukan praktik manajemen laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi di dua negara. Ini berarti bahwa tingkat kompleksitas organisasi perusahaan yang disebabkan adanya diversifikasi geografis tidak 73 73 mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba yang lebih agresif Dinuka dan Zulaikha, 2014. Kemungkinan tidak berpengaruhnya diversifikasi geografis terhadap manajemen laba dalam penelitian ini juga disebabkan oleh sedikitnya jumlah perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang melakukan diversifikasi geografis. Hal tersebut menyebabkan hasil perhitungan diversifikasi geografis menjadi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Dinuka dan Zulaikha 2014, yang menyatakan bahwa diversifikasi geografis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mehdi dan Seboui 2011 serta Fatmawati dan Sabeni 2013 yang menyatakan bahwa diversifikasi geografis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil uji hipotesis 3: Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,011. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha 3 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,149.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

4 106 86

Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

4 44 154

PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI OPERASI DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang list di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Australia dan Bursa Efek Singapura tahun 2014)

0 6 171

PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia).

1 4 13

DIVERSIFIKASI, KINERJA PERUSAHAAN DAN PELAPORAN PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia).

0 3 21

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, FREE CASH FLOW, DAN DEBT RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 27

Hubungan diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis terhadap manajemen laba (studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.

3 9 141

PENGARUH DIVERSIFIKASI TERKAIT DAN DIVERSIFIKASI TIDAK TERKAIT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 – 2013.

0 1 21

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 18