23 Ukuran perusahaan dianggap menarik karena ukuran perusahaan
yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil lebih
ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut
Anggit dan Shodiq, 2014:2. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang
kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil Anggraini, 2013:6. Selain itu, perusahaan berukuran besar juga lebih mendapatkan perhatian dari
masyarakat sehingga dalam melaporkan laporan keuangannya mereka akan melaporkannya sesuai dengan kondisi sebenarnya Anggit dan
Shodiq, 2014:9. Sedangkan menurut
Shen dan Chih 2007:1011
dalam penelitiannya
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan besar mungkin memiliki lebih banyak aset lancar, dengan kata lain perusahaan besar
memiliki kemampuan yang lebih untuk melakukan manajemen laba Kim et. al, 2003:5.
4. Manajemen Laba
Menurut Ronen dan Varda Yaari 2008 dalam Omid 2015:47 manajemen laba memiliki definisi yang berbeda-beda. Definisi ini
24 dapat diklasifikasikan menjadi WEM white earnings management,
GEM grey earnings management, dan BEM black earnings management
. WEM dapat meningkatkan transparansi laporan keuangan.
Berdasarkan definisi tersebut, manajemen laba dilakukan dengan mengambil keuntungan dari pemilihan metode akuntansi yang
fleksibel untuk memberi sinyal informasi pribadi manajer terhadap arus kas di masa depan. GEM merupakan manipulasi laporan
keuangan dalam batas-batas yang sesuai dengan standar yang berlaku, yang dapat
berupa oportunistik
atau penambahan efisiensi.
Berdasarkan definisi tersebut, manajemen laba adalah pemilihan metode akuntansi yang oportunistik hanya memaksimalkan utilitas
manajemen saja atau efisiensi ekonomi. BEM dilakukan dengan melakukan penipuan dan kekeliruan secara langsung. Berdasarkan
definisi tersebut, manajemen laba adalah praktek dari penggunaan penipuan untuk memutarbalikkan atau mengurangi transparansi dari
suatu laporan keuangan Ronen dan Varda Yaari, 2008; Omid ,2015:47.
Secara umum, manajemen laba merupakan intervensi yang disengaja oleh
manajamen dalam
proses pelaporan
keuangan perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan yang memanfaatkan
penilaian judgement mereka untuk mempengaruhi keputusan para penggunanya serta demi memperoleh keuntungan pribadi Anggraini,
25 2013:3. Menurut Anggit dan Shodiq 2014:4 manajemen laba
merupakan perilaku yang secara etik dimaknai negatif oleh investor meskipun secara prosedural akuntansi diperbolehkan.
Sedangkan menurut Liu dan Yu 2013:50 manajemen laba didefinisikan sebagai kewenangan manajemen tingkat atas yang
mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, yang dapat mengontrol atau mengatur laporan informasi laba akuntansi dengan
cara merubah penggunaan metode akuntansi, menentukan pemilihan kebijakan akuntansi. Dengan kata lain juga dapat menyesatkan
pemegang kepentingan lain untuk mendapatkan bunga dari grup yang dimaksimalkan dan keuntungan yang dimaksimalkan oleh perusahaan.
Indraswari 2010:2 mengatakan bahwa manajemen laba earnings management
muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen
informasi akuntansi, khususnya laba earnings, demi kepentingan pribadi dan atau perusahaan. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat
diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Pada
prinsipnya manajemen laba merupakan suatu cara dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang sudah disesuaikan dengan interest
atau kepentingan dari pihak manajer itu sendiri atau menguntungkan perusahaan.