Defenisi operasional METODOLOGI PENELITIAN

3.8. Defenisi operasional

1. Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditentukan dari ijasah tertinggi yang diterima pasien dari institusi formal 2. Pekerjaan adalah ditentukan dari pekerjaan pasien yang ditekuni pasien minimal 6 bulan terakhir ketika datang berobat ke RSHAM 3. Umur adalah ditentukan dari sejak pasien lahir sampai pasien tercatat dalam hitungan waktu tahun sebagai sampel penelitian, dikelompokkan: - 40 - 44 tahun - 60 - 64 tahun - 45 - 49 tahun - 65 - 69 tahun - 50 - 54 tahun - 70 tahun - 55 - 59 tahun 4. Pemeriksaan fisis pasien PPOK didapati tanda-tanda sebagai berikut yaitu inspeksi: bentuk dada barrel chest, atau normal, penggunaan otot bantu napas, pelebaran sela iga, hipertropi otot bantu napas. Dari palpasi didapati: fremitus melemah, sela iga melebar dan dari perkusi dijumpai hipersonor; dari auskultasi ditemukan suara napas vesikuler melemah atau normal dan ekspirasi memanjang. 5. Penderita PPOK eksaserbasi adalah subjek yang ditegakkan menderita PPOK melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thoraks dan spirometri yang secara klinis sedang mengalami gejala eksaserbasi yaitu sesak bertambah, produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum sputum menjadi purulen. 6. Penderita PPOK stabil adalah subyek yang ditegakkan menderita PPOK melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan foto thoraks yang secara klinis jika pasien tersebut tidak mengalami eksaserbasi selama 2 bulan. Adapun kriteria stabil adalah: Universita Sumatera Utara - Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik, - Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisis gas darah menunjukkan PH normal PCO 2 60mmHg dan PO 2 - Sputum tidak berwarna atau jernih 60 mmHg, - Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK hasil spirometri - Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan - Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan. 7. CRP adalah high sensitive C-Reactive Protein yang diambil dari serum subyek yang telah disentrifus 3000 rpm selama 10 menit, dan dinilai secara metode immunotubidimetri, dengan nilai normal 0,00 – 5,00 mgL. 8. Uji bronkodilator, - Dilakukan pada penderita PPOK stabil, dengan menggunakan spirometri - Pasien sebaiknya tidak menggunakan bronkodilator inhalasi kerja cepat enam jam sebelum uji, bronkodilator kerja lama 12 jam sebelum uji, atau teofilin lepas lambat 24 jam sebelum uji. Dilakukan pengukuran VEP 1 - Kemudian diberikan 400 μg bronkodilator β sebelum pemakaian bronkodilator 2 - Bila didapati peningkatan kurang dari 20 atau kurang dari 200 ml paska bronkodilator dibandingkan dengan hasil pre bronkodilator, maka dipastikan didapati adanya hambatan aliran udara yang bersifat non reversibel. agonis kerja singkat melalui Metered-Dose Inhaler. Dilakukan pengukuran setelah 10-15 menit setelah pemberian inhalasi bronkodilator 9. Derajat Intensitas merokok Indeks Brinkman dibedakan sebagai berikut: Universita Sumatera Utara - Ringan : 0-199 - Sedang : 200-599 - Berat : 600 10. Status merokok adalah riwayat mengenai perilaku merokok pada pasien PPOK dan dikategorikan berdasakan: - Perokok : orang yag telah merokok 20 bungkustahun atau 1 batang rokok perhari selama 1 tahun dan masih merokok dalam 1 bulan terakhir. - Bekas perokok : perokok yang telah berhenti merokok pada 1 bulan terakhir. - Bukan perokok : orang yang tidak merokok atau merokok kurang dari 100 batang 11.Sindroma metabolik didefenisikan berdasarkan the IDF Consensus Worldwide definition of the metabolic syndrome yaitu seseorang yang memiliki obesitas sentral lingkar pinggang 102 cm untuk pria, dan 88 cm untuk wanita ditambah 2 dari empat faktor dibawah ini: - Kadar trigliserida 150 mgdl. - Kadar kolesterol HDL 40 mgdl untuk pria dan 50 mgdl untuk wanita. - Peningkatan tekanan darah sistolik 130 mmHg atau diastolik 85 mmHg. - Peningkatan kadar gula darah puasa 110 mgdl.

3.9. Cara penelitian

Dokumen yang terkait

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

4 95 88

Gambaran EKG Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

6 113 83

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

1 34 78

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 2.1.1 Defenisi PPOK - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 23

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 22