BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK
2.1.1 Defenisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang persisten, bersifat
progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracunberbahaya, disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat
berat penyakit.
14
2.1.2 Epidemiologi PPOK
Di Indonesia tidak ditemukan data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1992 menemukan angka kematian emfisema,
bronkitis kronik dan asma menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Pada tahun 1997 penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP
Persahabatan sebanyak 124 39,7, sedangkan rawat jalan sebanyak 1837 atau 18,95. Di RSUD dr. Moewardi Surakarta ditemukan penderita PPOK rawat inap sebanyak 444
15, dan rawat jalan 2368 14. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab morbiditas dan kematian
ke-4 terbesar di dunia dan WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 PPOK menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia. Angka prevalensi, morbiditas, dan
mortalitas PPOK bervariasi antar negara dan di antara kelompok populasi, umumnya berkaitan dengan prevalensi perokok serta kondisi polusi udara akibat pembakaran yang
juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko PPOK.
15
14
Universita Sumatera Utara
Menurut Raherison 2009 prevalensi PPOK diperkirakan 7,6 95 CI 6 - 9,2. Berdasarkan 38 penelitian, prevalensi bronkitis kronis diperkirakan 6,4 95 CI
5,3-7,7. Prevalensi emfisema melalui rontgen dada diperkirakan 1,8 95 CI 1,3- 2,6 berdasarkan delapan studi. Mayoritas studi 62 menunjukkan umur pasien lebih
dari 40 tahun, dengan rentang usia antara 40 dan 64 tahun. Prevalensi PPOK meningkat sesuai dengan usia, dengan peningkatan risiko menjadi lima kali lipat bagi mereka yang
berusia di atas 65 tahun dibandingkan dengan pasien berusia kurang dari 40 tahun. Prevalensi PPOK meningkat sesuai dengan status merokok, tetapi perlu ditekankan
bahwa prevalensi PPOK pada perokok adalah 4, menunjukkan adanya faktor risiko lain, seperti merokok pasif, atau faktor paparan akibat kerja. PPOK terjadi pada laki-laki
dua kali lebih banyak dibanding perempuan, tetapi perbedaan ini akan berkurang, mengingat fakta bahwa semakin banyak perempuan yang merokok terutama di negara
berkembang, dan bahwa perempuan yang tidak merokok terkena produk hasil pembakaran dari biomassa di negara berkembang.
Menurut Purba 2010 berdasarkan studinya menemukan penderita PPOK stabil yang berobat jalan di Poli RS H. Adam Malik sekitar 82 orang dalam satu tahun, laki-
laki sekitar 85,4, umur lebih dari 60 tahun sekitar 63,4.
16
17
Kondisi tersebut menunjukkan angka kematian yang disebabkan PPOK terus mengalami peningkatan
tanpa disadari masyarakat.
2.1.3 Patogenesis PPOK