Gambar 1. Inflamasi pada PPOK. Paparan rokok yang kronik mengakibatkan aktifasi netrofil, makrofag, sel epitel, sel dendritik, sel T, sel B, fibroblast dan sel otot
polos saluran napas sehingga terjadi pengeluaran sitokin, kemokin, dan protease. Amplifikasi sinyal sangat berperan dalam hal menambah respon inflamasi yang akan
mempengaruhi derajat berat PPOK.
20
1. Tekanan Oksidatif
Tekanan oksidatif dapat menjadi mekanisme penting dalam PPOK. Biomarker tekanan oksidatip misalnya, peroksida hidrogen, 8-isoprostan meningkat dalam sputum,
hembusan napas dan sirkulasi sistemik pada pasien PPOK. Tekanan oksidatip ini lebih meningkat pada eksaserbasi. Oksidan bisa dihasilkan oleh asap rokok dan partikel
lainnya serta partikel yang dilepaskan dari sel-sel inflamasi seperti makrofag dan neutrofil, dan dapat juga terjadi penurunan antioksidan endogen pada pasien PPOK.
Tekanan oksidatip menyebabkan aktifasi gen inflamasi, antiprotease menjadi tidak aktip, stimulasi sekresi mukus, dan stimulasi plasma meningkat.
14
Universita Sumatera Utara
2. Ketidakseimbangan protease-antiprotease
Proteinase berperan penting dalam patogenesis PPOK. Hipotesa proteinase- antiproteinase menyatakan bahwa kerusakan paru-paru penderita PPOK terjadi jika aksi
proteinase tidak lagi dikendalikan oleh antiproteinase. Ini dapat terjadi ketika ada kelainan genetik antiproteinase, seperti defisiensi α1-antitrypsin, atau kehilangan fungsi
antiproteinase dikarenakan proteolitik atau kerusakan oksidatip. Ketidakseimbangan juga dapat terjadi karena perekrutan yang berlebihan atau aktivasi proteinase.
Proteinase diklasifikasikan sebagai serine proteinase, sistein proteinase, dan MMP. Peran MMP dalam PPOK adalah mendegradasi protein matriks, antiproteinase
seperti α1-antitipsin dan α1-antichymotrypsin, memodifikasi sitokin dan menurunkan sejumlah protein seperti faktor adhesi dan substansi P.
21
21
3. Remodeling saluran napas kecil
Interaksi antara inflamasi dan remodeling saluran napas kecil telah diketahui mekanismenya melalui binatang percobaan. Ekspresi berlebihan dari Th2 sitokin IL-10
menyebabkan metaplasia sel mukus, sel B, sel T dan fibrosis subepitel saluran napas. Respon ini melibatkan banyak mekanisme. Metaplasia mukus tergantung pada sinyal IL-
13IL-4 reseptor- α STAT6. Selanjutnya ekspresi berlebihan dari IL-1β menginduksi
fibrosis peribronkial. Pada kultur trakea tikus, asap rokok menyebabkan peningkatan regulasi TGF-
β1. Sinyal faktor pertumbuhan fibroblast dan reseptor FGF FGFR tampaknya
terkait dengan saluran napas dan remodeling pembuluh darah pada bronkitis kronis. Studi imunohistokimia jaringan paru-paru dari pasien PPOK menunjukkan bahwa
FGF-1 dan reseptor FGFR-1 terdeteksi dalam otot polos pembuluh darah dan saluran
22
Universita Sumatera Utara
napas serta sel epitel saluran napas. Dasar FGFFGF-2 terlokalisasi di sitoplasma, inti epitel saluran napas, otot polos pembuluh darah dan sel endotel.
22
Gambar 2. Inflamasi perifer di paru dapat masuk ke sirkulasi sistemik. Pada pasien PPOK terutama saat eksaserbasi terdapat keterlibatan dari beberapa
sitokin inflamasi mencakup TNFα, IL-6, CXCL8 IL-8, IL-18, dan protein fase akut CRP, SAA, fibrinogen pada inflamasi sistemik. Sitokin ini juga mengalami
peningkatan di sputum dan cairan BAL pasien PPOK, hal ini menjadikan sebagian ahli memandang bahwa sitokin sistemik berasal dari tumpahan mediator inflamasi perifer
paru. Namun hubungan antara mediator di sputum dan di darah tidaklah erat, sehingga keterlibatan faktor lain diperkirakan berperan dalam proses ini. Akibat dari keterbatasan
aliran udara yang progresif menimbulkan aktivitas
23
fisik menjadi tidak aktif, hal ini merupakan faktor penting dalam mencetuskan beberapa penyakit penyerta, seperti
kelemahan otot rangka, osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular. PPOK mencakup proses inflamasi dan aterosklerosis diketahui berperan penting
sebagai komponen inflamasi kronik, CRP yang merupakan petanda inflamasi sistemik dan indikator penting pada penyakit kardiovaskular ditemukan juga meningkat pada
pasien PPOK dan berkontribusi terhadap progresivitas aterosklerosis. Hal ini menjadikan
23
Universita Sumatera Utara
sebagian ahli memandang bahwa proses inflamasi di paru adalah salah satu bagian dari manisfestasi atau ekspresi proses inflamasi sistemik pada penderia PPOK. Akibat
perbedaan konsep ini maka berbeda pula cara pandangnya terhadap penanganan PPOK, dimana konsep pertama menekankan terapi pada paru sedangkan pada konsep yang
kedua lebih menekankan pengendalian inflamasi sistemik.
24
2.1.4. Patologi 1.