Cut off CRP Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar CRP

Lacoma dkk. 2011 dalam studinya memeriksa kadar PCT, CRP dan neopterin, pada 46 pasien PPOK stabil, 217 PPOK eksaserbasi, 55 PPOK dengan pneumonia dengan hasil PCT dan CRP meningkat pada pasien pneumonia kemudian eksaserbasi p0,0001, sementara neopterin tidak menunjukkan perubahan. Ketiga biomarker ini meningkat lebih tinggi pada pasien yang meninggal dalam waktu satu bulan setelah pemeriksaan darah dibanding dengan yang meninggal dalam waktu lebih dari satu bulan. Dari 217 pasien PPOK eksaserbasi, 23 orang pasien diperiksakan kembali menemukan kadar PCT, CRP dan neopterinnya satu bulan kemudian dan hasilnya bahwa kadar PCT P=฀0.0788 dan CRP P=฀0.0181 mengalami penurunan setelah satu bulan episode eksaserbasi fase pemulihan sementara kadar neopterin meningkat P =฀0.0325. Halvani dkk. 2006 dalam studi komperatif-deskriptif pada 45 pasien PPOK stabil dengan jenis kelamin laki-laki tanpa penyakit jantung iskemi dan 45 orang sehat sebagai kontrol menemukan bahwa kadar hsCRP pada pasien PPOK secara signifikan p=0,04 berhubungan dengan derajat sesak napas dengan berdasarkan skala MMRC dimana derajat I, II, III masing-masing 22,78 ngml; 28,88 ngml dan 36.90 ngml. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar CRP dan beratnya penyakit, episode eksaserbasi dan penggunaan kortikosteroid inhalasi. CRP merupakan marker inflamasi sistemik dan faktor utama yang menyebabkan komplikasi ekstrapulmonal. 41 42

2.2.4 Cut off CRP

Hurst dkk. dalam studi kohort menyimpulkan bahwa cutoff CRP dapat dipilih untuk memaksimalkan sensitivitas dan spesifisitas sesuai kebutuhan. Namun CRP saja tidak cukup sensitif maupun spesifik untuk mengkonfirmasi eksaserbasi. Bircan dkk. 2008 dalam studinya pada 30 pasien PPOK stabil, 51 pasien PPOK eksaserbasi, 32 pasien PPOK dengan foto thorax pneumonia PCOPD , 30 pasien laki- 7 Universita Sumatera Utara laki normal sebagai control, dengan kesimpulan bahwa nilai cutoff CRP untuk mendiagnosa PPOK atau infeksi bakteri sebagai penyebab eksaserbasi akut masih belum diketahui. Dalam studinya Bircan dkk. menggunakan cutoff CRP 10 mgl untuk eksaserbasi akut dengan sensitivitas dan spesifisitas 72,5 dan spesifisitas 100. Nilai kisaran normal yang digunakan adalah 0-10 mgl. Hasilnya yaitu rata-rata kadar CRP pada PCOPD adalah 108.1 + 61.8 mgl, SCOPD: 3,9 + 1,4 mgl, AECOPD: 36,8+ 43,9 mgl, kontrol normal : 2.1+ 0.9 mgl. Hasil ini menunjukkan tidak satupun dari kontrol yang sehat dan pasien PPOK stabil memiliki kadar CRP 10 mgl, sementara semua pasien PPOK eksaserbasi memiliki kadar CRP 10 mgl. Broekhuizen dkk 2006 dalam studinya pada 102 penderita PPOK dengan hasil penderita PPOK dengan GOLD derajat III dan IV memiliki kadar CRP yang lebih tinggi dibanding GOLD derajat II II: 1.92 0.36–16.00 mgl; III: 4.43 0.47–75.60 mgl; IV: 4.90 0.47–65.70 mgl; p0.03. Nilai cut off yang digunakan untuk membedakan kadar CRP orang normal rata-rata 1,49 mgl dan yang mengalami peningkatan rata – rata 12,50 mgl adalah 4,21 mgl. 43 44

2.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar CRP

Telah banyak laporan bahwa pada beberapa populasi kadar CRP pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Data dari Ausburg juga menunjukkan demikian bahwa kadar CRP pada wanita 2,9 mgL secara signifikan lebih tinggi dibanding pria 1,5 mgL dan kebalikannya ditemukan pada populasi di Jepang. Alavi dkk. 2011 berdasarkan studinya menyatakan bahwa kadar hsCRP meningkat pada penderita PPOK eksaserbasi dengan BMI yang dibawah normal dan diatas normal dibandingkan dengan yang normal, pasien dengan PaCO 45 2 yang lebih tinggi juga menunjukkan kadar hsCRP yang lebih tinggi. 13 Universita Sumatera Utara Sin dkk. 2004 dalam studinya mengikutsertakan 41 pasien PPOK ringan sampai sedang, menemukan efek prednisolon oral 30 mghari menurunkan kadar CRP 71 dan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi flutikason 1000 dan 2000 μghari menurunkan kadar CRP 50 pada pasien PPOK ringan sampai berat. Pinto-plata dkk. 2006 dalam studinya mengikutsertakan 88 pasien PPOK dan 33 kontrol merokok dan 38 kontrol tidak merokok, dengan hasil bahwa kadar CRP sekitar 20 lebih rendah pada pasien yang menggunakan dosis tinggi kortikosteroid inhalasi budesonid 800- 1200 μghari, kadar CRP lebih tinggi pada pasien PPOK rata- rata 1,51 mgl dibanding orang sehat baik merokok 1,04 mgl maupun tidak merokok 1,04 mgl. 46 47 Sementara itu Karadag dkk. 2008 menemukan tidak ada perbedaan kadar serum CRP, TNF-alfa atau IL-6 pada pasien PPOK yang sedang ataupun yang sudah berhenti menggunakan steroid inhalasi dengan dosis medium budesonide 400-800 μghari. Kadar CRP juga diketahui secara signifikan lebih tinggi pada pasien PPOK dengan BMI yang rendah. Kherad dkk. 2010 dalam studinya memeriksa kadar CRP 86 orang dan PCT 81orang penderita AECOPD dengan hasil medium kadar CRP 33 mgl dan PCT 0,06 μgl pada kasus yang ditemukan infeksi bakteri. Dan pada kasus yang ditemukan infeksi virus kadar medium CRP dan PCT adalah 45 mgl dan 0,08 μgl, namun hasil ini tidak ada perbedaan secara signifikan dengan pasien tanpa infeksi bakteri maupun virus. 48 49 Universita Sumatera Utara 2.3 . Kerangka konsep Asap rokok Polusi udara Stres oksidatif Gen Tumbuh kembang paru Sos. ekonomi Arteri: aterosklerosis, plak ruptur Otot: kelelahan, kelemahan Tulang: osteoporosis Liver: ↑CRP, ↑IL-6, ↑αAT, Gejala klinis Sirkulasi sistemik Sirkulasi pulmonal IL-8, IL-6 TNF- α, oksidan Dinding sal. napas IL-8, IL-6, TNF- α, IL-1 β,GM- CSF,TGF- β1 Masuknya PMN, MO, limfosit Oksidan, fibroblast, hambatan sal. napas, proliferasi otot polos, apoptosis, emfisema Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang: Spirometri, Foto thorax Diagnosis PPOK PPOK stabil PPOK eksaserbasi ↑CRP ↑TNF-α, oksidan ↑IL-6 Kelompok A, B, C, D ↑CRP›››› ↑CRP ›› Gambar 6. Kerangka konsep penelitian

2.4 Hipotesis

Dokumen yang terkait

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

4 95 88

Gambaran EKG Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

6 113 83

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

1 34 78

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 2.1.1 Defenisi PPOK - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 23

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 22