1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum dan dapat memberi manfaat guna
menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perjanjian secara khusus yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi
penyempurnaan peraturan dalam proses pelaksanaan jual beli, khususnya mengenai Analisa Kasus Atas Jual Beli Tanah Warisan
Studi Kasus Putusan MA. No. 680 KPDT2009. 2.
Manfaat Praktis Pembahasan tesis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang
memiliki permasalahan sengketa tanah dalam hal jual beli, sehingga dapat memberikan jalan keluar terhadap masalah yang akan diteliti dan
pengembangan ilmu pengetahuan hukum dalam bidang hukum agrarian.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap judul penelitian tesis yang ada pada Program Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara penelitian dengan judul “ Analisa Kasus Atas Jual Beli Tanah Warisan Studi Kasus Putusan MA. No. 680
KPDT2009 belum pernah dilakukan, tetapi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang jual beli adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Tesis atas nama Effendi, Nim 077611043 dengan judul Jual Beli Tanah
Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor dan Pendaftaran Haknya di Kantor Pertanahan Medan.
2. Tesis atas nama Linda, Nim : 067011048 dengan judul Perlindungan
Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Bangunan
3. Tesis atas nama Wuryandari Dwi, Nim: 017011066 dengan judul
Keabsahan Jual Beli Tanah Hak Tanpa Melalui PPAT Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan.
4. Tesis atas nama Febrina Lorence Sitepu, Nim : 097005022 dengan judul
Analisis Mengenai Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Berikut Bangunan Diatasnya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski
mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.
13
Atau menjelaskan gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-
fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
14
13
H.R. Otje Salman dan Anton F Susanto, Teori Hukum , Bandung : Refika Aditama, 2005, hal 21
14
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas - Asas, Jakarta: FE UI, 1996, hal. 203.
Universitas Sumatera Utara
Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dalam pengalaman empiris, sehingga teori tentang
ilmu merupakan penjelasan rasional yang sesuai dengan objek penelitian dijelaskannya dan untuk mendapat verifikasi, maka harus didukung oleh
data empiris yang membantu dalam mengungkapkan kebenaran.
15
Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan definisi tentang teori sebagai berikut :
16
a. Braithwaite mengemukakan bahwa teori adalah sekumpulan
hipotesis yang membentuk suatu sistem deduktif, yaitu yang disusun sedemikian rupa, sehingga dari beberapa hipotesis yang
menjadi dasar pikiran beberapa hipotesis, semua hipotesis lain secara logika mengikutinya.
b. Fred. N. Kerlinger menguraikan teori adalah sekumpulan
konstruksi konsep, definisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang secara sistematis tentang
fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.
c. Jack Gibbs, berpendapat bahwa teori adalah sekumpulan
pernayataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang
terbatas dari berbagai kejadian atau benda.
d. Kartini Kartono menyatakan bahwa teori adalah suatu prinsip
umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala- gejala yang saling berkaitan.
e. S. Nasution mengemukakan teori adalah susunan fakta-fakta yang
saling berhubungan dalam bentuk sistematis, sehingga dapat dipahami. Fungsi dan peranan teori dalam penelitian ilmiah adalah
mengarahkan, menerangkan serta meramalkan fakta.
Agar kerangka teori yang meyakinkan, maka harus memenuhi syarat-
syarat
17
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : CV. Mandar Maju, 1994, hal. 27.
:
16
Ibid ,hal 113-114
17
Jujun S Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,1997, hal. 318 – 321.
Universitas Sumatera Utara
a. teori yang digunakan dalam membangun kerangka berfikir harus
merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
b. analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berpikir
keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara ekspilist mengenai postulat, asumsi dan prinsip
yang mendasarinya.
c. mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin
keilmuan tersebut, teori merupakan pijakan bagi peneliti untukmemamahi persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai
dengan kerangka berfikir ilmiah.
Teori kepastian Hukum merupakan salah satu penganut aliran Positivisme yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau
hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya karena hukum itu otonom, sehingga semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian
hak dan kewajiban seseorang. Vant Kan berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu
dan terjamin kepastiannya.
18
Kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, yaitu teori
yang menjelaskan bagaimana hukum dapat mengatur perjanjian jual beli sehingga jual beli terjadi dengan aman dan tertib tanpa menimbulkan
sengketa atau perjanjian jual beli itu tidak menimbulkan resiko kerugian bagi pihak-pihak yang ada dalam jual beli, bahkan merugikan pihak lain
akibat adanya perjanjian jual beli tersebut.
18
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu,2006, hal 74
Universitas Sumatera Utara
Teori Kepastian Hukum mengandung pengertian yaitu adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan, dan berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena
adanya aturan hukum yang bersifat umum sehingga individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.
19
Tugas kaidah-kaidah hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum. Dengan adanya pemahaman kaidah-kaidah hukum
tersebut, masyarakat sungguh-sungguh menyadari bahwa kehidupan bersama akan tertib apabila terwujud kepastian hukum dalam hubungan
sesama manusia.
20
Tujuan Hukum menurut Van Apeldoorn adalah mengatur pergaulan hidup secara damai, hukum menghendaki perdamaian.
21
Kelengkapan data diri penjual pada dasarnya adalah kepastian akan kepemilikan pada pihak yang menjual suatu benda menjual merupakan
tindakan kepemilikan adalah orang yang memiliki hak milik atas benda
tersebut dengan kata lain, bahwa eigendom hak milik adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda. Orang yang mempunyai hak milik atas
suatu benda dapat berbuat apa saja dengan benda itu menjual,
19
J.B Daiyo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Prennahlindo,2001, hal 120
20
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum , Jakarta : Rieneka Cipta,1995, hal 49
21
L.J Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum , Jakarta : Pradnya Paramita,2005, hal 10
Universitas Sumatera Utara
menggadaikan, memberikan, bahkan merusak, asal saja ia tidak melanggar undang-undang atau hak orang lain.
Menurut Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menghendaki perjanjian jual beli harus dibuat dalam
bentuk akta otentik yang dibuat dihadapan pejabat yang berwenang, karena pengalihan tanah dari pemiliknya kepada penerima disertai dengan
penyerahan yuridis, penyerahan yang harus memenuhi formalitas undang- undang, meliputi pemenuhan syarat, dilakukan melalui prosedur yang telah
ditetapkan, menggunakan dokumen, dibuat olehdihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.
22
Menurut KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan hak
milik atas suatu benda dan pihak lain pembeli untuk membayar harga yang telah dijanjikan sesuai pasal 1457 KUHPerdata, adapun menurut pasal 1458
KUHPerdata jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak pada saat dicapai kata sepakat mengenai benda yang diperjualbelikan beserta
harganya walaupun benda belum diserahkan dan harga belum dibayar. Dengan terjadinya jual beli, hak milik atas tanah belum beralih kepada
pembeli walaupun harga sudah dibayar dan tanah sudah diserahkan kepada pembeli.
23
22
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Cetakan I, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1994, hal 55
Hal ini juga didukung oleh Pasal 1471
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbicara mengenai jual beli pada dasarnya dalam
23
Maria W Sumardjono, Puspita Serangkum Aneka Masalah Hukum Agraria, Yogyakarta : Andi Offset, 1982, hal 53
Universitas Sumatera Utara
jual beli tanah sama dengan jual beli pada umumnya, yang secara implisit mempersyaratkan bahwa penjual haruslah pemilik dari barang yang
dijual. Jual beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan dasar kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya,
kerugian dan bunga, jika ia tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain.
Dalam hal ini apabila tanah tersebut dijual setelah m enjadi tanah warisan, m aka yang m em iliki hak atas tanah tersebut adalah ahli
waris m enurut pasal yang diatur sebagai berikut :
Pasal 833 ayat 1 KUHPerdata yaitu : Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak
miik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal.
Pasal 832 ayat 1 KUHPerdata yaitu : Menurut Undang-Undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah
keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau isteri yang hidup terlama,
menurut peraturan-peraturan berikut ini. Seharusnya jual beli tanah warisan ini disetujui oleh semua ahli
waris sebagai pihak yang mendapatkan hak milik atas tanah tersebut akibat pewarisan, jika ingin dilakukan penjualan atau dapat membuat surat
persetujuan di bawah tangan yang dilegalisir notaris setempat atau dibuat surat persetujuan dalam bentuk akta.
Dalam hal jual beli tanah tersebut tidak ada persetujuan dari para ahli waris, maka tanah tersebut dijual oleh orang yang tidak berhak untuk
menjualnya karena yang sekarang memegang hak milik atas tanah tersebut yaitu para ahli waris. Oleh karena itu, berdasarkan
Pasal 1471 KUH Perdata di atas, maka jual beli tersebut dianggap tidak pernah ada,
Universitas Sumatera Utara
dan masing-masing pihak dikembalikan ke keadaannya semula sebelum terjadi peristiwa “jual beli” tersebut, yang mana hak milik atas tanah tetap
berada pada ahli waris. Selain itu, jual beli tanpa menyertakan sertipikat tanah juga bertentangan dengan persyaratan dalam proses jual beli tanah.
Para ahli waris yang merasa haknya dilanggar karena tanah milik mereka dijual tanpa persetujuan dari mereka, dapat melakukan gugatan
perdata atas dasar perbuatan melawan hukum, sebagaimana diatur dalamPasal 1365 KUHPerdata
,
yang berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.”
Unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH Perdata sebagai berikut:
24
a. Harus ada perbuatan positif maupun negatif b. Perbuatan itu harus melawan hukum
c. Ada kerugian d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu
dengan kerugian e. Ada kesalahan.
Dalam hal ini, perbuatan orang yang menjual tanah para ahli waris tanpa persetujuan ahli waris merupakan perbuatan yang melanggar hak
subjektif para ahli waris. Untuk dapat menggugat penjual tanah tersebut atas dasar perbuatan melawan hukum, harus dapat membuktikan bahwa orang
yang hendak digugat memenuhi semua unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana disebutkan di atas
.
24
Pasal 1365 KUHPerdata
Universitas Sumatera Utara
Hal ini didukung juga dengan adanya Pasal 834 KUHPerdata, yang memberikan hak kepada ahli waris untuk memajukan gugatan guna
memperjuangkan hak warisnya terhadap orang-orang yang menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, baik orang tersebut menguasai atas
dasar hak yang sama atau tanpa dasar sesuatu hak pun atas harta peniggalan tersebut.
Mengenai apakah dapat menarik kembali hak milik atas tanah yang telah dijual, hal itu bergantung pada apa dalam petitum gugatan dan
bergantung pada putusan hakim. Pasal 1365 KUHPerdata jo. Pasal 834 KUHPerdata telah memberikan
para ahli waris dasar untuk meminta kembali tanah warisan tersebut. Para ahli waris dapat memajukan gugatan untuk meminta agar diserahkan
kepadanya segala haknya atas harta peninggalan beserta segala hasil, pendapatan, dan ganti rugi
.
Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, jual beli dilakukan oleh para pihak di hadapan
Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang bertugas membuat aktanya. Dengan dilakukannya jual beli di hadapan PPAT, dipenuhi syarat terang
bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi- sembunyi. Akta jual beli yang ditandatangani para pihak membuktikan
telah terjadi pemindahan hak dari penjual kepada pembelinya dengan disertai pembayaran harganya, telah memenuhi syarat tunai dan
menunjukkan bahwa secara nyata atau riil perbuatan hukum jual beli yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan telah dilaksanakan. Akta tersebut membuktikan bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum pemindahan hak untuk selama-lamanya
dan pembayaran harganya. Karena perbuatan hukum yang dilakukan merupakan perbuatan hukum pemindahan hak, maka akta tersebut
membuktikan bahwa penerima hak pembeli sudah menjadi pemegang haknya yang baru. Akan tetapi, hal itu baru diketahui oleh para pihak dan
ahli warisnya, karena juga baru mengikat para pihak dan ahli warisnya karena administrasi PPAT sifatnya tertutup bagi umum.
25
Pengadilan adalah jalan terakhir untuk meminta hak atas tanahnya dikembalikan kepada pemilik tanah yang sebenarnya dan pengadilan
memiliki peranan untuk mewujudkan keadilan, maka penelitian ini juga didukung oleh teori keadilan.
Teori keadilan yang dikemukan oleh Aristoteles, keadilan akan terjadi apabila kepada seseorang diberikan apa yang menjadi miliknya. Seseorang
dikatakan berlaku tidak adil apabila orang itu mengambil lebih dari bagian yang semestinya. Orang yang tidak menghiraukan hukum juga adalah orang
yang tidak adil, karena semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dianggap sebagai adil. Jadi, keadilan adalah penilaian dengan memberikan
kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum.
26
25
Budi Harsono, Hukum Agraria : Sejarah Pembentukan Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan, 1997, hal 235 Selanjutnya disebut Budi Harsono II
26
Dardji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia , Cetakan kelima, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Jakarta,2004, hal 167
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut berarti, konsep keadilan diperlukan pada saat pengambilan keputusan setelah lahir sengketa. Dalam hal ini, keadilan
berarti merupakan suatu hasil yang diperoleh melalui suatu putusan. Putusan yang dihasilkan tentulah bersumber pada kaidah Normatif hukum. Rumusan
ini menjadi jelas apabila melihat putusan pengadilan yang selalu berkepala Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Isi putusannya
merupakan penerapan asas-asas hukum yang dikaitkan dengan perkara yang diselesaikannya.
27
Dalam pandangan Thomas Aquinas, suatu hukum disebut adil jika hukum tersebut dapat berfungsi efektif dalam menjamin atau melindungi
hak-hak subyek yang diaturnya, termasuk yang diatur dalam hukum positif. Keadilan merupakan “Kehendak yang kekal diantara satu orang dan
sesamanya untuk memberikan segala sesuatu yang menjadi haknya”. Definisi ini memberikan gambaran hubungan antara “hak dan keadilan” hak
yang dimiliki setiap manusia.
28
Setiap pelaku pelanggaran dari suatu hak atas tanah sebagai hak yang mutlak dapat diberikan keleluasaan untuk menuntutnya terhadap para
pelanggar melalui pengadilan agar hak-haknya diberikan dengan menuntut penghukuman pelanggar dari haknya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
dipersenjatai dengan putusan hakim, dan selanjutnya dapat menugaskan juru sita untuk melaksanakan suatu putusan hakim tersebut berdasarkan Undang-
Undang. Dengan putusan hakim yang berisikan penghukuman tentunya
27
Adrian Sutedi, Sertipikat Hak Atas Tanah , Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal 25
28
E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Cetakan kelima , Yogyakarta : Kanisius, 2002, hal 255
Universitas Sumatera Utara
diperoleh kepastian hukum antara pihak-pihak yang bersengketa harus selalu diberikan putusan yang adil.
29
Untuk itulah didalam menyelesaikan segala permasalahan hukum termasuk sengketa tanah, peran pengadilan sangat penting untuk
menciptakan kepastian hukum dan memberikan rasa adil bagi para pihak yang berperkara. Pengadilan merupakan penentu siapa pemilik tanah hak
milik yang sesungguhnya dari tanah yang diperkarakan.
2. Konsepsi.