Hasil penelitian di bab sebelumnya juga memperlihatkan umumnya responden menjawab materi–materi pelatihan kesiapsiagaan bencana yang selama ini dilakukan
tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menggambarkan kualitas pelatihan yang dilakukan belum maksimal untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana gempa.
5.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pelatihan terhadap Kesiapsiagaan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa pengetahuan dan pelatihan yang memiliki pengaruh terhadap kesiapsiagaan
penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin, dimana variabel dominannya adalah pelatihan. Pelatihan sangat penting dimaksimalkan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan mengenai bencana gempa dan kesiapan mereka menghadapinya. Bila pengetahuan telah baik,
maka cenderung akan baik pula kesiapsiagaannya. Hasil penjabaran variabel kesiapsiagaan per item juga memperlihatkan umumnya responden pernah
memperoleh pelatihan bencana, namun masih memiliki koordinasi dan mitigasi bencana yang kurang baik.
Pendidikan responden umunya adalah S1 Keperawatan, namun pengetahuan mengenai bencana gempa dan kesiapsiagaan mereka menghadapi bencana tersebut
masih kurang. Hal ini dikarenakan pengetahuan mengenai bencana sangat jarang diperoleh di pendidikan formal. Oleh karena itu diperlukan pelatihan yang berkualitas
baik untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa dokumentasi dari pihak manajemen melalui rekaman closed-circuit television CCTV di Rumah Sakit Bunda Thamrin membuktikan ketidaksiapsiaagaan
para petugas kesehatan di rumah sakit tersebut. Misalnya saja saat terjadi gempa bumi tanggal 30 September 2009 atau yang lebih dikenal dengan gempa padang,
terekam petugas kesehatan dengan tidak tenang berhamburan berlari keluar rumah sakit dan lupa akan tugasnya masing-masing. Saat itu para pasien malah tidak
dipedulikan oleh mereka dan malah ada petugas kesehatan yang terlihat terjatuh saat melarikan diri. Terlihat jelas belum adanya kesiapsiagaan mereka untuk keadaan
bahaya seperti gempa bumi tersebut. Kekacauan tersebut masih terjadi pada gempa pada tanggal 11 April 2012 di Aceh.
Sesuai dengan hasil penelitian LIPI 2006, menunjukkan pengaruh paling besar dalam perhitungan tingkat kesiapsiagaan masyarakat perdesaan Aceh adalah
tingkat pengetahuan yang dinilai cukup baik untuk individurumah tangga, sehingga nilai indeks pengetahuan rumah tangga sebesar 72 yang dapat dikategorikan siap.
Selain pendapat di atas, Twigg 2007 juga mengatakan bahwa apabila pengetahuan masyarakat akan bahaya, kerentanan, risiko dan kegiatan-kegiatan
pengurangan risiko cukup memadai maka akan dapat menciptakan aksi masyarakat yang efektif baik secara sendiri maupun bekerjasama dengan para pemangku
kepentingan lainnya dalam menghadapi bencana. Pelatihan mengeai kesiapsiagaan petugas kesehatan dalam menghadapi
bencana di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin telah dua kali diadakan, yaitu tahun 2010 dan 2011, namun hasilnya belum memperlihatkan hasil yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa hal yang dikaitkan terkait belum maksimalnya hasil dari pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya adalah media pelatihan yang kurang menarik dan tidak
memberikan contoh yang real. Selain itu, banyak petugas kesehatan yang menganggap pemateri juga kurang memiliki wawasan dan pengalaman yang luas
dalam menghadapi bencana. Sampai saat ini belum pernah lagi diadakan pelatihan kesiapsiagaan bencana. Padahal dirasa penting untuk melaksanakan pelatihan secara
berkala, minimal setahun sekali agar petugas kesehatan lebih siap menghadapi bencana dan tahu akan perkembangan-perkembangan terkini dalam hal kesiapsiagaan
bencana.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan