menunjukkan pengetahuan petugas kesehatan tergolong kurang, dan selanjutnya kesiapsiagaannya juga kurang baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Priyanto 2006, bahwa pengetahuan terkait dengan persiapan menghadapi bencana pada kelompok rentan bencana menjadi fokus
utama. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi bencana ini seringkali terabaikan pada masyarakat yang belum memiliki pengalaman langsung
dengan bencana. Hasil penelitian di bab sebelumnya juga memperlihatkan umumnya responden menjawab salah mengenai mitigasi bencana dan kondisi bencana yang
merupakan kejadian unik. Hal ini memperlihatkan jelas pengetahuan yang kurang mengenai kesiapsiagaan becana, khususnya gempa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Triutomo 2007, bahwa masih banyak penduduk yang menganggap bahwa bencana itu merupakan suatu takdir. Pada
umumnya mereka percaya bahwa bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, sehingga merasa tidak perlu lagi berusaha untuk
mempelajari langkah-langkah pencegahan.
5.1.2 Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa persentase pelatihan petugas kesehatan tentang kesiapsiagaan gempa bumi di RSU Bunda
Thamrin tertinggi pada pelatihan yang cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pelatihan terhadap kesiapsiagaan
penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin. Hasil tabulasi silang membuktikan bahwa responden yang kurang siap siaga tertinggi pada
Universitas Sumatera Utara
yang tergolong memiliki pelatihan yang cukup, yaitu 31 orang 67,4 . Hal ini membuktikan bahwa pelatihan yang cukup belum maksimal untuk menjadikan
kesiapsiagaan menjadi baik. Diperlukan pelatihan yang dengan kualitas dan kuantitas yang maksimal, misalnya secara berkala dilaksanakan, untuk menjadikan tenaga
kesehatan di RSU Bunda Thamrin siap menghadapi bencana gempa. Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,
terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pelatihan juga merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang. Dimensi program pelatihan yang efektif diberikan perusahaan kepada pegawai dapat
diukur melalui: a. Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan sejalan dengan
kebutuhan pelatihan, dan apakah pelatihan itu up to date. b. Kesesuain materi, yaitu apakah metode pelatihan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan apakah metode pelatihan tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta pelatihan.
c. Keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempuyai kemampuan dan keterampilan dalam penyampaian materi sehingga mendorong orang untuk
belajar. d. Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dapat
dikendali oleh instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan Siagian, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian di bab sebelumnya juga memperlihatkan umumnya responden menjawab materi–materi pelatihan kesiapsiagaan bencana yang selama ini dilakukan
tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menggambarkan kualitas pelatihan yang dilakukan belum maksimal untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana gempa.
5.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pelatihan terhadap Kesiapsiagaan