Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan dan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan

5.1.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa persentase pengetahuan petugas kesehatan tentang kesiapsiagaan gempa bumi di RSU Bunda Thamrin tertinggi pada pengetahuan yang kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin. Hasil tabulasi silang membuktikan bahwa responden yang kurang siap siaga tertinggi pada yang memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu 33 orang 75 . Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia mendasari sikap seseorang terhadap sesuatu, dan sikap selanjutnya mendasari seseorang untuk bertindak. Sama halnya seperti penelitian ini, dimana pengetahuan tentang kesiapsiagaan sangat penting untuk membangun kesiapsiagaan petugas kesehatan di RSU Bunda Thamrin. Bila pengetahuan baik, maka akan baik pula kesiapsiagaannya. Namun hasil penelitian Universitas Sumatera Utara menunjukkan pengetahuan petugas kesehatan tergolong kurang, dan selanjutnya kesiapsiagaannya juga kurang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyanto 2006, bahwa pengetahuan terkait dengan persiapan menghadapi bencana pada kelompok rentan bencana menjadi fokus utama. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi bencana ini seringkali terabaikan pada masyarakat yang belum memiliki pengalaman langsung dengan bencana. Hasil penelitian di bab sebelumnya juga memperlihatkan umumnya responden menjawab salah mengenai mitigasi bencana dan kondisi bencana yang merupakan kejadian unik. Hal ini memperlihatkan jelas pengetahuan yang kurang mengenai kesiapsiagaan becana, khususnya gempa. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Triutomo 2007, bahwa masih banyak penduduk yang menganggap bahwa bencana itu merupakan suatu takdir. Pada umumnya mereka percaya bahwa bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, sehingga merasa tidak perlu lagi berusaha untuk mempelajari langkah-langkah pencegahan.

5.1.2 Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan