Letak Geografis Desa Lingga Sejarah Masuknya Guro-guro Aron ke Desa Lingga

Universitas Sumatera Utara atau sering disebut juga Desa Budaya Lingga adalah wilayah desa yang awal, sedangkan desa Lingga baru merupakan desa bentukan pemerintah untuk merelokasi perumahan penduduk yang dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian dan ketradisionalan Lingga Lama sebagai Desa Budaya.

3.1.2. Letak Geografis Desa Lingga

Secara geografis Desa Lingga terletak di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara, adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Surbakti b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kacaribu c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sirumbia d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lingga Julu Desa lingga terdiri dari 4 dusun, dan memiliki luas ± 1.600 Ha atau 40 Km², dengan perincian sebagai berikut: a. Dusun I : ± 400 Ha b. Dusun II : ± 300 Ha c. Dusun III : ± 500 Ha d. Dusun IV : ± 400 Ha Desa Lingga berada pada ketinggian antara ± 1.000 sd 1.300 m diatas permukaan air laut yang terletak diantara 2º - 50º LU sampai dengan 3º - 19º LS, 97º - 55º BB sampai dengan 98º - 38º BT. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000 mm sd 3.000 mmtahun dan suhu temperaturnya adalah 16º C sd 27º C.

3.1.3. Sejarah Masuknya Guro-guro Aron ke Desa Lingga

Guro-guro Aron pada hakekatnya adalah bersuka ria dengan gendang musik yang dijelmakan dalam seni bunyi-bunyian, tari dan nyanyi. Manfaatnya adalah menjalin kesatuan, tolong menolong, sarana belajar berbagai hal dalam hidup, bersuka ria, melestarikan budaya, menghayati rasa muda mudi, penghiburan bagi masyarakat, yang merupakan produk dari situasi dan kondisi alam dataran dan pegunungan yang dialami suku karo di jaman dulu yang penuh tantangan bagi kehidupan masyarakat. Maka diciptakanlah lagu-lagu dengan tariannya, yaitu lagu perang siap berkelahi membela diri Roberto, 2006: 175. Universitas Sumatera Utara Begitupun lagu gotong royong yang berisikan bekerja keras dan bersama- sama membangun suatu kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana juga pelaku- pelaku seperangkat gendang alat-alat musik tradisional, baik dalam cara duduk meniup serunai, penabuh gendang, yang memukul gong induk dan gong anak. Jadi kesemua itu tidak terlepas dari keadaan alam tempat orang karo bermukim. Pendud uk yang masih jarang pada waktu itu, selalu diadakan usaha “si saro- saron” bersitolongan antara beberapa orang disetiap desa pada waktu-waktu yang ditentukan. Dengan adanya usaha atau kegiatan tersebut yang fungsinya bukan hanya untuk menghalau binatang buas, tapi juga untuk melaksanakan penanaman padi diladang, maka panen pun menjadi lebih baik. Sebagai tanda syukur atas hasil tanaman padi yang baik, maka mufakatlah penduduk untuk mengadakan pesta panen dengan menggunakan alat-alat musik tradisional, dimana mereka bersukaria dengan menyanyi dan menari yang dinamakan gendang Guro-guro Aron Roberto,2006: 175-176. Selain dari pada itu, mereka secara bergotong royong saling membantu untuk mengurus ladang atau sawah masing-masing anggota secara bergantian. Apakah setiap hari atau setengah hari ganti. Dengan aron ini, tercipta perpaduan fikiran untuk mengurus bersama sesuatu yang dihadapi, bukan hanya keladang atau kesawah, tapi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial. Biasa pula kalau malam hari diadakan acara untuk mengasah cangkul dihalaman rumah seorang gadis anggota aron. Mereka disana saling bercengkrama sambil memakan cimpa. Bercengkrama tersebut tentu menurut norma adat, dimana antara wanita dan laki- laki semarga tidak boleh berpacaran, kecuali yang berlainan marga. Jadi fungsi aron terutama di zaman dulu sangat bermanfaat sekali dalam pelaksanaan gotong royong untuk kepentingan bersama Roberto, 2006: 177. Dari ringkasan sejarah diatas, itulah asal mula terjadinya acara tradisional Guro-guro Aron yang masuk ke desa Lingga pada tahun 1931 dan dijadikan acara adat yang tiap tahun digelar pada perayaan Kerja Tahun yang merupakan acara rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen pada satu tahun terakhir yang serangkaian dengan Guro-guro Aron berupa pesta muda-mudi di desa Lingga sebagai acara yang salah satunya dijadikan masyarakat sebagai proses belajar adat karo yang lebih mendalam. Universitas Sumatera Utara 3.1.4. Struktur Organisasi Desa Lingga Gambar 3.1. Struktur Organisasi Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Kec. Simpang Empat Tanah Karo Tahun 2013.

3.1.5. Visi dan Misi Desa Lingga