Karakteristik Responden Gambar 4.1. Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara

4.2.1. Karakteristik Responden Gambar 4.1. Jenis Kelamin

Sumber: P1FC.3 Dari diagram di atas diketahui bahwa dari 97 reponden, 54 orang 55, 7 berjenis kelamin laki-laki dan 43 orang 44, 3 berjenis kelamin perempuan. Maka dapat di jelaskan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan responden laki-laki lebih banyak memberikan jawaban pada kuesioner yang di sebarkan di lokasi penelitian yaitu desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara. Selain itu juga dikarenakan peneliti ingin melihat persepsi dan partisipasi masyarakat yang dilihat dari responden laki-laki terhadap aksi dari proses program pembangunan kebersihan lingkungan desa di daerah tersebut. Gambar 4.2. Usia Sumber: P2FC.4 54 43 55,7 44,3 10 20 30 40 50 60 Laki- Laki Perempuan Frekuensi 21 24 27 25 21,6 24,7 27,8 25,8 5 10 15 20 25 30 15-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46 keatas Frekuensi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa dari 97 responden yang terpilih sebagai sampel, mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 27 orang 27,8 yang berusia 36-45 tahun. Ini dikarenakan mereka menganggap acara ini mengenang masa lalu yang telah mereka ikuti sejak dulu dan dijadikan sebagai sosialisasi terhadap satu masyarakat dengan masyarakat lainnya atau sering disebut dengan istilah “temu kangen”. Selain dari pada itu, di usia ini mereka sudah jauh lebih matang dalam menyerap informasi yang disampaikan, sehingga kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dapat direalisasikan oleh masyarakat desa Lingga. Hal lainnya dikarenakan agar para orang tua lebih mendidik generasi muda agar lebih terlatih dan terampil dalam acara tersebut yang banyak mengajarkan generasi muda terhadap tradisi budaya serta belajar adat sehingga mereka dapat mewariskan ke generasi berikutnya, yang diharapkan tidak akan terkontaminasi oleh perkembangan zaman nantinya. Gambar 4.3. Pendidikan Sumber: P3FC.5 Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel, mayoritas responden dalam penelitian ini berpendidikan SMA sebanyak 36 orang 37,1. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk desa Lingga berpendidikan SMA. Hal lain dikarenakan banyaknya masyarakat tidak melanjutkan pendidikan sehingga banyak yang tetap tinggal di desa Lingga, dengan berkarir di bidang pertanian. Hal ini terlihat jelas, banyak hasil-hasil pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang berkualitas dihasilkan dari desa ini. Dengan demikian secara otomatis masyarakat yang tinggal di desa Lingga memiliki banyak waktu untuk berbagai kegiatan seperti berpartisipasi 8 17 36 27 9 8,2 17,5 37,1 27,8 9,3 5 10 15 20 25 30 35 40 SD SMP SMA D3 S1 Frekuensi Universitas Sumatera Utara dalam acara Guro-guro Aron sampai ke program yang direalisasikan sebagaimana pesan pembangunan yang disampaikan melalui acara tersebut, berupa pesan pembangunan dalam menjaga kebersihan lingkungan desa. Gambar 4.4. Pekerjaan Sumber: P4FC.6 Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, terdapat 30 orang 30,9, mayoritas masyarakat desa Lingga bekerja sebagai petani. Hal ini diperjelas karena mengingat bahwa desa Lingga merupakan daerah pertanian sehingga masyarakat daerah tersebut bermata pencarian di bidang pertanian yang terbukti tanah karo khususnya desa Lingga merupakan daerah penghasil sayur dan buah terbesar yang berkualitas baik. Selain dari pada itu, petani lebih banyak memiliki waktu yang luang jika dibandingkan dengan profesi lainnya, sehingga masyarakat bisa dengan mudah merealisasikan berbagai program pembangunan yang disosialisasikan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang saya lakukan kepada salah satu tokoh adat yang bernama Pengarapen Ginting, bahwa masyarakat yang mayoritas tinggal di desa Lingga berprofesi sebagai petani, sehingga mereka memang sejak lama sudah menetap di desa tersebut. Karena profesinya yang tidak terikat, jadi masyarakatnya memberikan waktu lebih terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungannya. Sealin dari pada itu mereka merasa hal tersebut perlu dilestarikan mengingat desa Lingga merupakan desa budaya yang keberadaannya perlu diperhatikan. 8 8 19 7 25 30 8,2 8,2 19,6 7,2 25,8 30,9 5 10 15 20 25 30 35 PNS pegawai swasta wiraswasta mahasiswa pelajar petani Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Salah Satu Pesan Pembangunan Yang Disampaikan Berupa Gotong Royong Dalam Program Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P5FC.7 Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 97 respoden yang yang terpilih sebagai sampel, terdapat 67 responden 69,1 memilih jawaban setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan salah satu pesan pembangunan yang disampaikan berupa gotong royong dalam program pembangunan lingkungan desa. Hal ini dikarenakan bahwa gotong royong itu sangat berperan aktif dalam pembangunan lingkungan desa. Selain itu kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat masyarakat menjadi bersatu dalam menjaga suatu lingkungan yang asri, bersih dan tertata. Ini dimaksudkan pula, sebagai desa budaya masyarakat sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara terhadap responden yang bernama Nella Sinulingga, bahwa dalam pertunjukan Guro-guro Aron selalu disisipkan pesan pembangunan melalui sosialisasi dari kepala desa dan perkololong-kolong melalui adu perkolong-kolong yang disampaikan dalam dialog dan lagu misalnya lagu gotong royong. 7 67 23 7,2 69,1 23,7 10 20 30 40 50 60 70 80 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Lagu-lagu yang Dinyanyikan Sarat dengan Pesan Pembangunan dan Pesan Moral Sumber: P6FC.8 Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 97 respoden yang yang terpilih sebagai sampel, dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu 69 orang 71,1 setuju terhadap lagu-lagu yang dinyanyikan sarat dengan pesan pembangunan dan pesan moral. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam acara tersebut, selain mengandung unsur hiburan masyarakat dibekali dengan pesan-pesan pembangunan dan pesan moral melalui lagu-lagu karo yang banyak mengandung makna sesuai dengan hal yang ditujukan. Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan kepada responden atas nama Santi Paridawati Purba yang menyatakan bahwa banyak lagu-lagu yang dinyanyikan dalam acara Guro-guro Aron yang diadakan pada acara Kerja Tahun tersebut. Namun dalam sosialisasi terhadap pembangunan kebersihan lingkungan desa, perkolong-kolong menyanyikan lagu “Gotong Royong” untuk menyampaikan pesan pembangunan kepada masyarakat agar selalu menerapkan gotong royong dan bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan desa dan membangun desa agar lebih maju dan tertata. Selain itu ia menyatakan bahwa selain lagu-lagu yang bernuansa pembangunan, pesan moral juga disisipkan melalui lagu “Anceng Cian Cikurak”, agar sesama warga tidak dibenarkan untuk memiliki sifat-sifat yang buruk seperti iri, sombong, dengki dan lain sebagainya. 7 17 69 4 7,2 17,5 71,1 4,1 10 20 30 40 50 60 70 80 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Lagu yang menyampaikan pesan pembangunan adalah lagu gotong royong Sumber: P7FC.9 Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 97 respoden yang yang terpilih sebagai sampel, dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu 53 orang 54,6 setuju terhadap salah satu lirik lagu yang menyampaikan pesan pembangunan adalah lagu gotong royong. Hal ini dikarenakan lirik lagu gotong royong tersebut memang mengandung arti untuk mengajak masyarakat selalu bergotong royong demi kebersihan dan kemajuan desa, dan sebagai ajang pemersatu masyarakat agar selalu bekerja sama dalam menjaga lingkungan yang aman, bersih dan tertata. Hal tersebut senada dengan wawancara yang dilakukan kepadamasyarakat desa Lingga yang bernama Nella Sinulingga yang pernah menjadi anggota Aron, bahwa lagu yang menyampaikan pesan pembangunan adalah lagu gotong royong. Hal ini dapat diperjelas dengan lirik lagu yang terdapat dalam lagu gotong royong sebagai berikut: Gotong royong Bapa Nande kita ndube, majuken kuta tenda maka tembe, mari dage bapa nandeku, gotong royong kerja bersama, maka mejile kutanta, saluh gotong royong maka seh sura- sura, adi gotong royong bapa nande ola pertewas, adi pertewas labo banci mbelang bekas, mari dage bapa nandeku, gotong royong kita kerina, maka mejile dalanta. 3 53 41 3,1 54,6 42,3 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8 Masyarakat diajak untuk belajar adat karo secara lebih mendalam khususnya muda-mudi Sumber: P8FC.10 Dari penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, Maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 85,6 atau sebanyak 83 orang setuju terhadap pertanyaan pada kuesioner yang menyatakan masyarakat diajak untuk belajar adat karo secara lebih mendalam khususnya muda-mudi. Hal ini dikarenakan pada acara tersebut fungsi kedua dari Guro-guro Aron itu sendiri sedang berlangsung yaitu belajar adat karo, misalnya bagaimana cara ertutur berkenalan, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menjadi pasangan menurut adat atau mana yang tidak, dan lain sebagainya. Hal ini juga ditekankan agar muda-mudi terlatih dengan kesenian khas karo yang sudah menjadi turun temurun dan dilestarikan keberadaannya melalui acara kerja tahunan di desa tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh responden yang bernama Pengarapen Ginting dalam hasil wawancara yang menyatakan bahwa masyarakat diajak untuk belajar adat karo secara mendalam khususnya muda-mudi. Ini disebabkan karena minat generasi muda yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Begitu pula dengan cara ertutur, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Itu harus ditanamkan pada generasi muda, agar mereka sadar terhadap ertutur kepada tiap-tiap marga. Selain dari pada itu, generasi muda harus dibekali dengan acara-acara tradisi seperti ini, agar mampu mengajarkan hal yang sama pada generasi berikutnya. 7 83 7 7,2 85,6 7,2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Masyarakat diajak untuk lebih memahami cara ertutur berkenalan terhadap yang boleh dilakukan maupun yang tidak Sumber: P9FC.11 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 79,4 atau sebanyak 77 orang setuju terhadap pertanyaan pada kuesioner yang menyatakan masyarakat diajak untuk lebih memahami cara ertutur berkenalan terhadap yang boleh dilakukan maupun yang tidak. Hal ini dikarenakan pada acara tersebut sedang berlangsung ataupun dalam kehidupan sehari-hari mereka masih menanamkan dan mengukuhkan tradisi ertutur terhadap siapa saja yang boleh maupun yang tidak sesuai dengan adat istiadat mereka. Misalnya saja terhadap mertua laki-laki dan menantu perempuan tidak dibenarkan bertutur sapa dalam hal apapun, kemudian bagi yang semarga tidak dibenarkan untuk menjalin hubungan yang lebih jauh seperti berpacaran dan sampai menikah, karena melanggar aturan dalam budaya karo. Hal inilah yang perlu ditanamkan sejak dini bagi penerus, agar menjadi pedoman bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan responden yang bernama Santi Paridawati Purba bahwa dalam acara tradisional Guro-guro Aron tersebut, masyarakat diajak untuk lebih memahami cara ertutur terhadap yang boleh dilakukan maupun tidak. Karena jika seseorang berdekatan berpacaran dengan semarga apalagi sampai menikah, itu merupakan aib bagi masyarakat karo pada umumnya. Disini peran para orang tua sangat disiplin dalam mengajarkan anaknya untuk patuh pada aturan adat karo. 7 77 13 7,2 79,4 13,4 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10 Masyarakat diajak bersuka cita dalam acara tradisional tersebut Sumber: P10FC.12 Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, terdapat 58 orang responden 59,8 memilih jawaban sangat setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat diajak bersuka cita dalam acara tradisional tersebut. Maka dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan Guro-guro Aron di desa Lingga mayoritas masyarakat setuju dimana masyarakat diajak bersuka cita dalam acara tradisional tersebut. Hal ini dijelaskan karena selain memberikan hiburan, masyarakat juga diajak untuk bersuka cita, dimana penampilan acara ini hanya digelar sekali dalam setahun dalam Kerja Tahun sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas keberhasilan yang diraih. Dengan kata lain masyarakat diajak untuk bersuka cita dan menyambut penuh bahagia dimana acara tradisional tersebut merupakan acara bersama dan sudah menjadi tradisi masyarakat desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara bahwa tingginya antusias masyarakat yang mengikuti jalannya acara karena masyarakat menyadari bahwa acara tersebut digelar dari masyarakat dan untuk masyarakat yang berada di daerah tersebut. Selain daripada itu, masyarakat sangat merindukan hal-hal yang bersifat tradisional karena mereka merasa rindu dengan kebudayaan dan tradisi mereka sendiri yang muali terkikis dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, dalam kesempatan Kerja Tahun yang digelar sekali setahun mereka bersuka cita dan merayakan acara tersebut sebagai hari raya mereka yang sekaligus acara adat. 5 1 33 58 5,2 1,0 34,0 59,8 10 20 30 40 50 60 70 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Neteral Setuju Sangat Setuju Frekuensi Persent Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 Masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan yang Maha Esa Sumber: P11FC.13 Berdasarkan penjelasan diagram di atas diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, dapat dijelaskan mayoritas masyarakat di desa Lingga setuju terhadap masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan yang Maha Esa yang dapat dilihat dari jumlah tertinggi jawaban responden sebanyak 79 orang atau sekitar 81,4. Hal ini terlihat dari semangat para peserta Guro-guro Aron yang menjalankan perannya masing-masing, maupun masyarakat yang antusias dalam menyaksikan acara tersebut, begitupun kepala desa, pemuka adat, ketua karang taruna dan lain sebagainya yang memberikan sosialisasi pada masyarakat untuk selalu bergotong royong dan melestarikan tradisi serta adat yang merupakan identitas budaya yang mereka lestarikan turun temurun. Maka tidak heran dalam acara itu, seluruh masyarakat desa merayakan kerja tahun tersebut, baik itu dalam acara tradisional Guro-guro Aron yang diadakan di jambur, dirumah masing-masing mereka juga membuat berbagai jenis makanan dan masakan layaknya seperti hari raya serta saling berkunjung ke tetangga dan keluarga. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu responden yang merupakan tokoh masyarakat di desa Lingga. Beliau menyatakan bahwa acara ini digelar selain sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ini juga dijadikan sebagai acara perkumpulan masyarakat desa. Banyaknya warga yang berada diluar desa, pulang pada saat acara ini digelar. Agar semuanya bersukur dengan nikmat yang telah didaptkan selama ini sebagai anugrah Tuhan. 79 18 81,4 18,6 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12 Masyarakat diberi kesempatan untuk mensosialisasikan aspirasinya mengenai kebersihan lingkungan Sumber: P12FC.14 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, terdapat 59 responden 60,8 memilih jawaban setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat diberi kesempatan untuk mensosialisasikan aspirasinya mengenai kebersihan lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada setiap acara tersebut digelar, masyarakat ikut berpartisipasi sesuai tugasnya masing-masing, dimana pada acara pembuka masyarakat diberi kesempatan untuk mensosialisasikan segala aspirasinya berkaitan dengan kemajuan desa yang diharapkan megenai kebersiahan lingkungan. Sebagaimana sosialisasi yang diharapkan masyarakat, sangat diterima baik oleh kepala desa dan menjadi bahan masukan terhadap kemajuan masyarakat desa kedepannya yang diharapkan agar jauh lebih baik. Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan kepada responden sebagai tokoh masyarakat terkait dengan hal tersebut. Beliau mengatakan bahwa di desa Lingga ini, kebersihan lingkungan sangat dikedepankan. Kepala desanya pun mau turun kelapangan dalam membersihkan lingkungan desa. Misalnya saja sehabis acara di jambur, kepala desa mau mengutip sampah, menyapu jambur dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan kegiatan yang sama. Jadi ketika acara ini digelar, masyarakat selalu diberi kesempatan untuk mensosialisasinya terhadap kebersihan lingkungan desa. Hal ini dilakukan sebagai bahan masukan antar warga masyarakat secara terbuka yang bersifat umum. Demi tercapainya tujuan bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan asri. 4 34 59 4,1 35,1 60,8 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13 Pelaksanaan Guro-guro Aron yang ditampilkan sekali setahun pada kerja tahun sudah tepat Sumber: P13FC.15 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, terdapat 58 responden 59,8 memilih jawaban setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan pelaksanaan Guro-guro Aron yang ditampilkan sekali setahun pada kerja tahun sudah tepat. Jadi dalam hal ini, masyarakat menganggap bahwa acara tersebut penyelenggaraannya sudah tepat. Hal ini terlihat dari efektivitas acara tersebut terhadap masyarakatnya, dimana masyarakat menganggap acara itu sebagai acara pemersatu masyarakat di desa tersebut. Dan dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap berbagai program yang telah disosialisasikan dan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap berbagai rezeki yang telah diperoleh selama setahun. Selain itu karena sudah menjadi tradisi dari turun temurun, maka masyarakat menganggap biasa acara tersebut dilakukan sekali setahun, hal itu menurut mereka sudah tepat, karena memang sudah menjadi tradisi pada masyarakat desa Lingga. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan salah satu anggota Aron yang bernama Nella Sinulingga. Beliau menyatakan bahwa Hal ini terlihat pada minat masyarakat itu sendiri terhadap media tradisional yang masih tinggi dan mereka sangat antusias, ini bisa dibuktikan dengan setiap ada berbagai acara yang ada di daerah ini, misalnya Pesta Tahunan atau Kerja Tahun mereka selalu mengadakan acara tradisional Guro-guro Aron. Selain itu, orang meninggal, pesta perkawinan, memasuki rumah baru, menyambut tahun baru dan beberapa acara lainnya, sebahagian masih memakai media tradisional, namun lebih pastinya pada saat kerja tahun acara Guro-guro Aron digelar. 38 58 1 39,2 59,8 1,0 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.14 Durasi penampilan Guro-guro Aron selama dua hari sudah memadai Sumber: P14FC.16 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 79,4 atau sebanyak 77 orang menjawab tidak setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan durasi penampilan Guro-guro Aron selama dua hari sudah memadai. Karena diambil jawaban responden yang mayoritas, untuk dijadikan suatu kesimpulan dalam butir pertanyaan ini, maka dapat dijelaskan bahwa masyarakat tidak setuju jika durasi penampilan acara Guro-guro aron hanya dilaksanakan dalam dua hari hari, karena menurut mereka acara tersebut merupakan acara seluruh masyarakat dalam satu desa, jadi banyak hal-hal yang perlu dilaksanakan dan waktu dua hari tersebut sudah cukup memadai untuk berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden yang bernama Benyamin Ginting selaku kepala desa Lingga Kecamatan Simpang Empat. Beliau mengatakan bahwa itu sudah menjadi kebiasaan setiap tahun, dimana hari pertama disebut dengan istilah “motong” bikin cimpa, motong lembu. Sedangkan hari kedua disebut dengan “matana” dimana itu merupakan hari H nya yang masyarakat berkumpul di jambur dan tenda yang sudah disediakan oleh panitia. Oleh sebab itu ia menegaskan bahwa acara Guro-guro Aron yang diadakan dua hari berturut-turut itu sudah efektif bagi masyarakat desa Lingga. 18 77 2 18,6 79,4 2,1 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.15 Isi pesan yang diangkat dalam acara Guro-guro Aron sangat jelas Sumber: P15FC.17 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 50,5 atau sebanyak 49 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan isi pesan yang diangkat dalam acara Guro-guro Aron sangat jelas. Hal ini terlihat dari adu perkolong-kolong yang disajikan dalam acara Guro-guro Aron tersebut. Dimana perkolong-kolong mengemas sedemikian rupa pesan yang telah dikomunikasikan dengan kepala desa, ketua karang taruna atau pemuka adat sebelumnya. Pesan yang diolah perkolong-kolong selain mengandung unsur hiburan, juga menyisipkan pesan moral dan sosialisasi terkait dengan kemajuan masyarakat desa seperti gotong royong dan lain sebagainya, jadi secara tidak langsung hal itu merupakan bagian dari unsur pendidikan terhadap masyarakat di desa tersebut. Hal ini senada dengan hasil wawancara denga responden yang menyatakan bahwa isi pesan yang disampaikan dalam acara tersebut sangat jelas dan dapat diterima baik oleh masyarakat. Dimana bahasa yang digunakan dalam penyampaiannya menggunakan bahasa daerah. Hal ini sangat efektif bagi mempengaruhi pola fikir masyarakat dimana penggunaan bahasa daerah ditambah dengan lagu-lagu yang membuat masyarakat tersentuh menjadikan masyarakat terbentuk pola fikirnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan khususnya yang berkaitan dengan pembangunan kebersihan lingkungan desa budaya Lingga. 35 49 13 36,1 50,5 13,4 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.16 Prosedurnya masih sarat dengan nilai-nilai budaya karo Sumber: P16FC.18 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 89,7 atau sebanyak 87 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan prosedurnya masih sarat dengan dengan nilai-nilai budaya karo. Hal ini terlihat dari proses acara tersebut, dimana para peserta memakai pakaian adat karo, menggunakan tudung dan bulang-bulang, menggunakan berbagai asesoris dari kebudayaan karo, dan menggunakan gendang keyboard sebagai musik pengiring dari pengganti musik gendang lima sendalanen sebagai musik tradisional karo. Kemudian memberikan sirih pada tamu-tamu undangan sebagai rasa penghormatan, dan menjalankan berbagai fungsi dari Guro-guro Aron itu seperti bagaimana cara ertutur dan lain sebagainya. Adanya perkolong-kolong yang menyanyikan lagu-lagu karo mulai dari lagu-lagu tempo dulu dan masa sekarang. Keseluruhannya masih kental dengan nilai-nilai budaya karo, dimana acaranya dilaksanakan oleh komunitas masyarakat karo. Jadi secara otomatis, acara yang digelar masih sarat dengan nilai-nilai budaya karo. Hal ini senada dengan hasil wawancara kepada responden yang bernama Pengarapen Ginting yang merupakan pemuka adat desa Lingga. Beliau menyatakan bahwa acara Guro-guro Aron masih sarat dengan nilai-nilai budaya karo. Dimana para pesertanya masih menggunakan kelengkapan adat karo, mulai dari pakaian, makanan sampai acaranya pun masih khas dengan budaya karo. 87 10 89,7 10,3 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.17 Alur cerita yang ditampilkan dalam adu perkolong-kolong menekankan pada segi pembangunan dan hiburan Sumber: P17FC.19 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 56,7 atau sebanyak 55 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan alur cerita yang ditampilkan dalam adu perkolong-kolong menekankan pada segi pembangunan dan hiburan. Hal ini terlihat dari adu perkolong-kolong yang ditampilkan dalam acara Guro-guro Aron tersebut. Dimana perkolong-kolong mengemas sedemikian rupa pesan yang telah dikomunikasikan dengan kepala desa, ketua karang taruna atau pemuka adat sebelumnya. Pesan yang diolah perkolong-kolong selain mengandung unsur hiburan, juga menyisipkan pesan moral dan sosialisasi terkait dengan kemajuan masyarakat desa seperti pembangunan desa dalam gotong royong dan lain sebagainya. Hal ini juga terlihat jelas dari lagu-lagu yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong, dimana dalam menekankan masyarakat untuk selalu bergotong royong dalam kemajuan lingkungan dan kebersihan desa, lagu itu selalu dinyanyikan dalam acara tersebut. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan responden, bahwa alur ceritanya menekankan pada segi pembangunan dan hiburan. Kalau hiburan sudah pasti, tapi pesan pembangunannya pun selalu disisipkan sebagai sosialisasi terhadap masyarakat agar misi desa Lingga yang dalam hal ini ditekankan pada segi pembangunan kebersihan lingkungan desa dapat lebih terealisasikan, yang berupa “melaksanakan Gotong Royong dan Penyadaran”. 7 55 35 7,2 56,7 36,1 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.18 Gaya Atau Bahasa Tubuh Yang Ditampilkan Oleh Peserta Selama Proses Acara Sangat Menarik Sesuai Dengan Etika Khas Suku Karo Sumber: P18FC.20 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 51,5 atau sebanyak 50 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan gaya atau bahasa tubuh yang ditampilkan oleh peserta selama proses acara sangat menarik sesuai dengan etika khas suku karo. Dalam point ini, masyarakat menganggap biasa saja, karena sudah menjadi acara turun temurun, jadi penampilannya sudah terlihat biasa namun masih tetap menarik masyarakat untuk mengikuti dan merayakannya. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan salah satu responden yang pernah menjadi anggota Aron dalam kerja tahun tersebu. Beliau mengatakan hal ini dapat dilihat dari proses acara tersebut, dimana dalam menari pun muda-mudi menari dengan teratur, serentak dan kompak sehingga terlihat selaras, serasi dan seimbang. Kemudian peserta yang menari dengan pasangannya masing-masing tidak dibenarkan menari dengan yang semarga, jadi mereka menari menurut tutur dan etika yang berlaku diadat tersebut sehingga tidak menyalahi aturan yang telah turun-temurun dijalankan oleh masyarakat suku karo. Kemudian setelah menari, para peserta duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka tidak menyatu dengan masyarakat umum, namun sebahagian bertugas sesuai dengan tugasnya masing-masing, seperti penerima tamu, memberikan sirih kepada tamu, dan lain sebagainya. Disini, dia menjelaskan perlunya kreativitas dalam penampilan peserta dalam tariannya. 7 50 40 7,2 51,5 41,2 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.19 Pemilihan musik atau lagu-lagu sebagai pendukung acara sudah tepat Sumber: P19FC.21 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 35,1 atau sebanyak 34 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan pemilihan musik atau lagu-lagu sebagai pendukung acara sudah tepat. Hal ini dapat dilihat dari proses acara tersebut, dimana sebelum memulai acara, biasanya kepala desa, ketua karang taruna, pemuka adat, anggota masyarakat atau siapapun yang ingin menyalurkan aspirasinya melalui lagu, mereka terlebih dahulu mendiskusikannya kepada perkolong-kolong agar dalam dialog dan adu perkolong-kolong, penyanyi dapat menyisipkan tema atau pesan kepada masyarakat, sehingga dalam hal ini perkolong-kolong bernyanyi dalam lagu-lagu yang terkait dengan hal tersebut. Walaupun penampilan yang ditampilkan sangat mengandung unsur hiburan, namun hal ini tidak menyulitkan perkolong-kolong untuk menyampaikan berbagai pesan melalui olah lagu. Jadi dalam hal ini pemilihan musik dan lagu-lagu sebagai pendukung acara sudah tepat sesuai yang diharapkan. Hal ini senada dengan wawancara terhadap responden yang menerangkan bahwa dalam hal ini pemilihan lagu-lagu dalam acara sudah tepat. Dalam hal ini pemilihan perkolong-kolong juga sangat berpengaruh terhadap pesan yang akan disosialisasikan melalui lagu-lagu yang ditampilkan. Pemilihan perkolong-kolong yang sedang in, dan terkenal yang banyak terdapat di kaset atau 9 21 33 34 9,3 21,6 34,0 35,1 5 10 15 20 25 30 35 40 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara cd musik karo, menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih semangat dalam menyaksikan pertunjukan Guro-guro Aron. Apalagi jika perkolong-kolong tersebut pintar dalam mengolah pesan sehingga menciptakan suasana yang seru, lucu dan sangat menghibur. Apabila hal ini terpenuhi, maka secara otomatis masyarakat mengerti dan lebih memahami maksud dan tujuan dari acara tersebut. Karena jika seluruh masyarakat desa mau hadir dalam acara tersebut, pesan yang akan disosialisasikan akan lebih merata ke masyarakatnya. Dengan adanya faktor tersebut, perhatian masyarakat akan lebih tertuju dan tepat sasaran sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dalam hal ini, perkolong-kolong yang sering diundang dan mendapat perhatian yg tinggi pada masyarakat sehingga menarik minat masyarakat dalam mengikuti acara ini seperti Perkolong-kolong Keleng Barus, Samuel Sembiring, Sridewi br Tarigan, Anita br Sembiring dan Nana br Ginting. Diagram 4.20 Pengemasan isi pesan dalam acara Guro-guro Aron sangat menarik masyarakat dengan menyampaikan pesan pembangunan Sumber: P20FC.22 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 62,9 atau sebanyak 61 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan pengemasan isi pesan dalam acara dalam acara tersebut sangat menarik masyarakat dengan menyampaikan pesan pembangunan. Hal ini terlihat dari 15 61 21 15,5 62,9 21,6 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara antusias masyarakat terhadap pembangunan di desa tersebut, dimana dalam acara ini selalu ditegaskan agar masyarakat senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan selalu menerapkan kerja sama serta gotong royong. Hal ini diterima jelas oleh masyarakat untuk dapat diaplikasikan sesuai dengan arahan dari kepala desa Lingga. Sebagai wujud dari program tersebut, desa ini mendapat julukan sebagai salah satu desa budaya di tanah karo. Hal ini senada dengan wawancara terhadap responden yang menerangkan bahwa dalam hal ini pengemasan isi pesannya memang sangat menarik, apalagi jika dipadukan dengan hiburan dan perkolong- kolong yang pandai membawakan pesannya menjadi hidup dengan menciptakan suasana meriah dan hikmat sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima masyarakat untuk dapat diaplikasikan kedepannya. Gambar 4.21 Acara Guro-guro Aron menjadi hiburan bagi seluruh masyarakat Sumber: P21FC.23 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 61,9 atau sebanyak 60 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan acara Guro-guro Aron menjadi hiburan bagi seluruh masyarakat. Hal ini dikarenakan pada setiap acara tersebut digelar, masyarakat sangat antusias dalam menyaksikan acara tersebut dimana penampilan yang disuguhkan masih sangat berbudaya dan prosesnya belum terkontaminasi oleh budaya lain. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan responden yang bernama Santi Purba. Beliau menerangkan bahwa acara tersebut masih sangat berbudaya sehingga menjadi hiburan bagi 37 60 38,1 61,9 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara masyarakat pendukungnya. Hanya saja yang terjadi disini adalah pergeseran dari musik itu sendiri, yang dahulunya menggunakan gendang lima sendalanen, sekarang menjadi gendang keyboard, yang dapat mengkolaborasikan suatu jenis musik dengan musik yang lain, sehingga memunculkan musik are-are. Namun dewasa ini, musik are-are sangat digemari oleh masyarakat khususnya muda- mudi, karena musik tersebut memiliki irama yang lebih ngebit dan menjadikan suasana lebih meriah. Disamping itu bagi para muda-mudi dan peserta Aron sangat menikmati perannya masing-masing karena berkesempatan menjadi para pserta yang dapat memeriahkan acara tradisional tersebut terhadap seluruh masyarakat setempat yang menyaksikannya. Gambar 4.22 Saya sering menyaksikan acara Guro-guro Aron Sumber: P22FC.24 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 49,5 atau sebanyak 48 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan saya sering menyaksikan acara Guro-guro Aron. Dalam hal ini dapat dijelaskan, walaupun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin berkembang, minat masyarakat terhadap acara tradisional di desa Lingga ini masih tinggi. Antusias masyarakat masih terlihat jelas pada kehadiran warga dalam menyaksikan acara tersebut. Mereka beranggapan bahwa acara tradisional yang digelar sekali setahun itu merupakan tradisi dan acara adat yang wajib dijaga kelestariannya dari generasi ke generasi 3 11 29 48 6 3,1 11,3 29,9 49,5 6,2 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara sebagai identitas budaya. Hal ini senada dengan hasil wawancara kepada responden yang menerangkan bahwa mereka sering menyaksikan acara Guro-guro Aron. Hal ini terlihat dari realita yang terdapat pada lokasi penelitian ini, masyarakatnya masih sering dan senang menyaksikan acara tradisional yang diadakan di jambur. Ini lebih menjelaskan bahwa perhatian mereka sangat tinggi akan cinta terhadap suatu budaya. Walaupun saat ini, banyak dijual berbagai macam jenis kaset yang bisa ditonton dirumah, namun minat mereka untuk menyaksikan acara tradisional secara langsung masih tinggi, sehingga acara tradisional ini masih sangat hidup didalam komunitas pendukungnya. Mereka lebih suka terlibat langsung dan berpartisipasi dalam memeriahkan acara adat yang tiap tahun digelar tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas rizki yang diperoleh. Selain itu beliau menegaskan bahwa masyarakat menjadikan moment ini sebagai hari besar yang wajib dirayakan dan perkumpulan saudara, tetangga, teman dan lain sebagainya. Gambar 4.23 Saya berpartisipasi dalam acara Guro-guro Aron setiap tahun Sumber: P23FC.25 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 50,5 atau sebanyak 49 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan saya berpartisipasi dalam acara Guro-guro Aron setiap tahun. Hal ini merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan suatu acara, dimana partisipasi masyarakat itu sangat dibutuhkan dalam kelancaran acara tersebut. Hal ini senada 1 11 30 49 6 1,0 11,3 30,9 50,5 6,2 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara dengan hasil wawancara dengan responden yang berkaitan dengan point di atas, dimana masyarakat banyak berpartisipasi dalam acara tersebut setiap tahun. Dilihat dari kondisi masyarakat dewasa ini yang begitu sibuk dengan berbagai aktivitasnya, tidak menyurutkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pergelaran acara tradisional tersebut. Masyarakatnya masih sangat peduli akan tradisi ini, merka bersama-sama membantu jalannya acara ini, mulai dari penyedian sarana dan prasarana agar acara tersebut berjalan dengan lancar, seperti penyediaan sumbangan, tikar, minuman, makanan dan lain sebagainya. Walaupun kesemua itu sudah disiapkan oleh panitia penyelenggara, namun masyarakat masih saja antusias dalam berpartisipasi dalam acra tersebut. Apalagi jika anak atau anggota keluarganya menjadi peserta atau akan menampilkan kreasi dalam acara tersebut, maka para orang tua bahu membahu menyiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga partisipasinya pun sangat terlihat di acara tersebut. Gambar 4.24 Saya menyaksikan acara Guro-guro Aron pada saat perayaan kerja tahun Sumber: P24FC.26 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 64,9 atau sebanyak 63 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan saya menyaksikan acara Guro-guro Aron pada saat perayaan kerja tahun. Hal ini terlihat dari antusias masyarakat dalam menyaksikan acara tradisional tersebut, mereka bersuka cita menyambut dan mengikuti proses acara tersebut, karena bagi 4 18 63 12 4,1 18,6 64,9 12,4 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara mereka hal itu merupakan suatu tradisi yang harus dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Hal ini senada dengan hasil wawancara kepada responden di lokasi penelitian yang pernah menjadi anggota panitia dalam acara tradisional tersebut. Beliau mengatakan meskipun saat ini telah banyak beredar akses yang bisa dengan mudah melihat acara tradisional ini, tapi masyarakat pada umumnya lebih sengang menonton acara ini pada saat perayaan kerja tahun. Dimana hal-hal yang ditampilkan lebih fresh dan karena acara ini merupakan acara adat yang sudah dilaksanakan turun temurun, jadi masyarakat lebih senang menyaksikannya pada saat kerja tahun, dimana selain untuk memeriahkan kerja tahunan, juga merupakan ungkapan rasa sukur agar kedepannya mendapat keberkahan hidup yang lebih baik. Gambar 4.25 Menurut saya acara tradisional Guro-guro Aron masih layak untuk ditonton Sumber: P25FC.27 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 60,8 atau sebanyak 59 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan menurut saya acara Guro-guro Aron masih layak untuk ditonton. Hal ini dapat dilihat dari tema-tema yang diangkat dalam acara tersebut. Selain mengandung unsur hiburan, pesan-pesan pembangunan dan pesan moral selalu disisipkan dalam dialog dan lagu-lagu yang ditampilkan. Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan kepada responden yang menyatakan bahwa acara ini masih sangat layak untuk ditonton. Beliau menegaskan bahwa hal ini selalu dijadikan 30 59 8 30,9 60,8 8,2 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara masyarakat sebagai bahan masukan, supaya dapat mendidik masyarakat dan mengubah pola fikir ke arah yang lebih baik. Jadi acara ini masih sangat layak untuk ditonton, sebagai buktinya acara ini tiap tahun digelar dan dirayakan bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disamping itu, karena acara ini marupakan acara tradisional dan acara adat, maka acara ini memang perlu dijaga kelestariannya dan keoriginalnya. Sehingga dengan perkembangan zaman, tradisi ini tidak terkikis dan hilang serta tetap layak untuk ditampilkan sebagai warisan budaya karo terhadap generasi-generasi penerus berikutnya. Gambar 4.26 Saya suka dengan acara tradisional Guro-guro Aron karena menjadi ajang perkumpulan masyarakat desa Sumber: P26FC.28 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 46,4 atau sebanyak 45 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan saya suka dengan acara tradisional Guro-guro Aron karena menjadi ajang perkumpulan masyarakat desa. Hal ini terlihat dari meriahnya acara tersebut dan kehadiran masyarakat menyaksikan acara tradisional itu. Acara ini juga mengajak masyarakat untuk menjalin keakraban satu dengan yang lainnya. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian. Beliau mengatakan hal ini terlihat dari masyarakat asli yang berdomisili di daerah lain, pulang dan berkumpul di acara tersebut. Sehingga 3 8 45 18 23 3,1 8,2 46,4 18,6 23,7 10 20 30 40 50 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara acara ini juga dijadikan sebagai ajang temu kangen dan ramah tamah agar masyarakat lebih memahami akan sosialisasi dalam acara tersebut. Selain dari pada itu, banyak masyarakat dari luar kampung yang datang untuk menyaksikan acara tersebut, sehingga dijadikan sebagai ajang perkumpulan masyarakat dalam bersama-sama menyaksikan acara adat tersebut. Sehingga secara otomatis, kaekraban antar warga masyarakat pun terjalin dan mempererat tali silaturahmi pada masyarakat luas. Gambar 4.27 Saya menyukai tari-tarian yang ditampilkan dalam acara Guro-guro Aron yang dibawakan oleh muda-mudi Sumber: P27FC.29 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 37,1 atau sebanyak 36 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan saya menyukai tari-tarian yang ditampilkan dalam acara Guro-guro aron yang dibawakan oleh muda-mudi. Hal ini terlihat dari acara tersebut, dimana kekompakan muda-mudi dalam menari sangat disukai oleh masyarakat. Mereka bangga atas kegigihan muda-mudi dalam latihan tari-tarian tersebut. Dimana dengan kecanggihan teknologi saat ini, muda-mudi masih sangat tertarik dan memiliki minat yang tinggi terhadap tari-tarian tradisional sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden atas nama Nella Sinulingga yang menerangkan bahwa tarian yang dibawakan peserta memang sangat menarik dan menampilkan khas suku karo. Walaupun saat ini sudah terkontaminasi dengan musik are-are, namun di 3 28 36 30 3,1 28,9 37,1 30,9 5 10 15 20 25 30 35 40 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara desa Lingga ini tarian yang masih khas dengan adat kebudayaan karo masih dilestarikan. Apalagi dengan adanya sanggar tari Rudang Mayang yang mengasuh mulai dari anak-anak sampai ke muda mudi dalam latihan menari sesuai dengan etika dan khas adat karo. Sehingga penampilannya di acara tradisional tersebut sangat disukai oleh semua penontonnya. Gambar 4.28 Peran peserta Guro-guro Aron Pengulu Aron Kemberahen Aron, Bapa dan Nande Aron Sangat Khas Dengan Tradisi Budaya Karo Sumber: P28FC.30 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 43,3 atau sebanyak 42 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan peran peserta Guro-guro Aron, pengulu aron kemberahen aron, bapa dan nande aron sangat khas dengan tradisi budaya karo. Hal ini terlihat dari peran mereka sebagai peserta sangat dijalankan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Misalkan saja pengulu aron kemberahen aron, bapa dan nande aron mereka bertugas untuk menjaga dan mengawasi serta memimpin aron atau muda mudi dengan pengatur pengelompokan aron. Aron dikelompokkan menurut beru-nya masing-masing, misalnya Aron beru Ginting, Aron beru Karo, Aron beru Perangin-angin, Aron beru Sembiring, Aron beru Tarigan. Si pemuda menyesuaikan tempat duduknya dengan kelompok pemudi itu, misalnya bere-bere Karo di aron Beru Karo, bere- 5 42 32 18 5,2 43,3 33,0 18,6 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara bere Sembiring di Aron Beru Sembiring, bere-bere Ginting di Aron Beru Ginting dan bere-bere Tarigan di Aron Beru Tarigan, ini untuk menjaga aturan adat, agar pasangan yang tidak boleh manikah tidak duduk dan menari bersama Darwan, 2004: 281. Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan kepada responden dilokasi penelitian yang bernama Santi Purba. Beliau menerangkan bahwa pengulu aron kemberahen aron, bapa dan nande aron sangat khas dengan tradisi budaya karo. Peserta ini memerankan fungsinya dengan semaksimal mungkin, sehingga acara adat yang digelar tiap tahun tersebut bernuansa sakral dan hikmat dalam komunitas dan masyarakatnya. Gambar 4.29 Acara Guro-guro Aron masih sangat berbudaya Sumber: P29FC.31 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 45,4 atau sebanyak 44 orang menjawab sangat setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan acara Guro-guro Aron masih sangat berbudaya. Hal ini terlihat dari acara tersebut, misalnya bahasa yang digunakan masih memakai bahasa karo asli, pesertanya juga masih asli masyarakat karo, perkolong-kolong dan bintang tamu serta pemusiknya masih asli suku karo dan masih banyak lagi yang keseluruhannya masih khas dengan adat budaya karo. Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan kepada masyarakat. Mereka mengatakan acara tersebut memang masih 4 16 33 44 4,1 16,5 34,0 45,4 10 20 30 40 50 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara sangat berbudaya. Mulai dari pakaian, makanan yang disuguhkan berupa cimpa lepat dan lemang yang merupakan makanan khas karo, lagu-lagu yang ditampilkan sampai ke tradisi-tradisi yang dijalankan seperti man bellow, kundulen Guro-guro aron dan lain sebagainya. Ini merupakan warisan budaya yang mencerminkan identitas dari suatu budaya. Meskipun dengan seiringnya waktu yang tak jarang membuat acara tradisional dapat terkontaminasi oleh budaya luar, namun hal ini tidak terlalu mencolok pada nilai-nilai keasliannya. Realitanya hanya musiknya saja yang bergeser dari musik khas suku karo yaitu musik lima sendalanen menjadi musik gendang keyboard. Namun hal ini tidak menyurutkan efektifitas dari acara tradisional tersebut, dan acara ini masih sangat berbudaya terhadap nilai-nilai yang lainnya. Gambar 4.30 Informasi yang disampaikan melalui media tradisional Guro-guro Aron sangat dibutuhkan masyarakat dan tepat sasaran Sumber: P30FC.32 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 35,1 atau sebanyak 34 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan informasi yang disampaikan melalui acara tradisional Guro-guro Aron sangat dibutuhkan masyarakat dan tepat sasaran. Hal ini dilihat dari materi informasi yang disampaikan dalam Guro-guro Aron sangat dibutuhkan, itulah corong yang 3 13 34 33 14 3,1 13,4 35,1 34,0 14,4 5 10 15 20 25 30 35 40 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara paling bagus untuk menyampaikan kebijakan dan pesan-pesan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa informasi yang disampaikan melalui acara tersebut sangat dibutuhkan masyarakat desa Lingga dalam menjaga pembangunan kebersihan lingkungan desa. Dimana bahasa yang digunakan menggunakan bahasa daerah, jadi dengan mudah dapat diterima oleh komunitasnya. Disinilah keunggulan media tradisional itu dapat kita sesuaikan dan bahasanya bisa dimengerti masyarakat. Daya tarik pesan yang dikemasdisampaikan dewasa ini cukup tinggi karena penyampaian pesan ini dalam bentuk hiburan sekaligus pesan, jadi tidak membosankan, sehingga masyarakat bisa bertahan sampai tengah malam bahkan sampai pagi. Gambar 4.31 Acara Tradisional Guro-guro Aron masih sangat diminati oleh masyarakat Sumber: P31FC.33 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 48,5 atau sebanyak 47 orang menjawab sangat setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan acara tradisional Guro-guro Aron masih sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari berlangsungnya acara tersebut, bukan masyarakat desa yang menggelar acara tersebut saja yang datang untuk menyaksikan acara itu, 2 9 39 47 2,1 9,3 40,2 48,5 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara melainkan masyarakat dari desa tetangga, atau desa lain juga banyak menyaksikan acara tersebut. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa acara tersebut masih sangat diminati oleh masyarakat, bukan hanya dari masyarakat desa Lingga, tapi masyarakat dari desa lainnya pun senang menyaksikan acara tersebut. Hal ini dikarenakan karena masyarakat rindu akan hal-hal yang masih bersifat tradisional. Selain itu mereka sangat mencintai budaya yang mereka miliki oleh sebab itu, acara-acara tradisional masih sangat digemari dan diminati oleh masyarakat desa. Tidak jarang juga masyarakat kota berminat dengan acara tradisional ini, mereka menyempatkan waktunya untuk hadir di acara kerja tahun tersebut. Gambar 4.32 Acara tradisional Guro-guro Aron mengandung unsur pendidikan Sumber: P32FC.34 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 60,8 atau sebanyak 59 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan acara tradisional Guro-guro Aron mengandung unsur pendidikan. Hal ini terdapat dari acara tersebut dimana unsur ini terlihat pada fungsi dari Guro-guro Aron itu sendiri. Seperti Latihan Kepemimpinan Persiapan Suksesi, maksudnya bahwa dalam Guro-guro Aron, muda-mudi dilatih memimpin, mengatur,mengurus pesta 17 1 59 20 17,5 1,0 60,8 20,6 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara tersebut. Untuk itu ada yang bertugas sebagai Pengulu Aron, Bapa Aron atau Nande Aron. Mereka dengan mengikuti Guro-guro Aron ini dipersiapkan sebagai pemimpin desa kuta dikemudian hari. Belajar Adat Karo, dalam melaksanakan Guro-guro Aron, muda-mudi juga belajar tentang Adat Karo Darwan, 2004: 280- 281. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Benyamin Ginting. Beliau mengatakan bahwa acara ini juga mengandung unsur pendidikan, diluar dari unsur hiburannya. Disini muda-mudi dilatih untuk belajar adat karo. Selain dari itu, masyarakat yang berada di luar pada pulang saat kerja tahun dan menyumbang. Sehingga membuat generasi muda termotivasi. Hal lain misalnya bagaimana cara Ertutur berkenalan, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adat atau mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain. Metik Tata Rias, dengan diselenggarakanya Guro-guro Aron, maka muda-mudi, yakni anak perana lajang dan singuda-nguda gadis belajar tata rias metik guna mempercantik diri. Mereka belajar melulur diri, membuat tudung atau bulang-bulang topi untuk pria dan lain sebagainya. Belajar etika, dalam melaksanakan Guro-guro Aron ini, anak perana dan singuda-nguda juga belajar etika atau tata krama pergaulan hidup dengan sesamanya. Diagram 4.33 Acara tradisional Guro-guro Aron dapat dinikmati oleh segala umur dan lapisan masyarakat Sumber: P33FC.35 15 1 21 60 15,5 1,0 21,6 61,9 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 61,9 atau sebanyak 60 orang menjawab sangat setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan acara tradisional dapat dinikmati oleh segala umur dan lapisan masyarakat. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Benyamin Ginting. Beliau mengatakan bahwa acara ini dapat dinikmati oleh semua umur. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang melihat acara tersebut, dimana mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia ikut menyaksikan acara tersebut. Begitupun juga mulai dari pelajar, pegawai swasta, pegawai negeri, petani sampai pedagang pun banyak menyaksikan acara ini. Mereka senantiasa mengikuti acara tradisional itu, karena merupakan acara rutin yang digelar sekali setahun sebagai ungkapan rasa syukur dan menjadi suatu hiburan yang menimbulkan kesan tersendiri di hati peminatnya. Gambar 4.34 Dapat mempengaruhi pola fikir masyarakat terhadap program pembangunan yang disosialisasikan Sumber: P34FC.36 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan 18 58 21 18,6 59,8 21,6 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 59,8 atau sebanyak 58 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan dapat mempengaruhi pola fikir masyarakat terhadap program pembangunan yang disosialisasikan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Nella Sinulingga. Beliau mengatakan bahwa acara ini dapat mempengaruhi pola fikir masyarakat terhadap program pembangunan yang disosialisasikan. Hal ini terlihat dari semangat masyarakat dalam membangun desanya agar menjadi lebih baik. Semangat gotong royong yang disosialisasikan menyebabkan masyarakat lebih peduli terhadap pembangunan desa mereka. Mereka menyadari bahwa hal itu merupakan tanggung jawab bersama dan perlu direalisasikan dalam suatu tindakan yang nyata secara bersama pula. Gambar 4.35 Mengajarkan kita untuk peduli terhadap lingkungan sekitar Sumber: P35FC.37 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 48,5 atau sebanyak 47 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan mengajarkan kita untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa hal itu 3 18 47 19 10 3,1 18,6 48,5 19,6 10,3 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara mengajarkan kita untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dari pesan-pesan yang disosialisasikan dan lagu-lagu yang dinyanyikan. Jadi secara tidak langsung mengajarkan kita untuk selalu peduli terhadap lingkungan sekitar, sebagai contoh kecil dengan menjaga kebersihan lingkungan berupa tidak membuang sampah sembarangan. Dalam hal ini perhatian kepala desa memang sangat tinggi dalam mengajak masyarakt untuk selalu menerapkan kebersihan lingkungan agar lingkungan tempat tinggal bersama menjadi sehat dan asri. Kepa desa selalu mengingatkan masyarakat, untuk selalu menjaga kebersihan di rumah masing-masing sebelum menjaga kebersihan lingkungan desanya. Gambar 4.36 Adanya Pertemuan Setiap Akan Membuat Perencanaan Dalam Kegiatan Sumber: P36FC.38 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 53,6 atau sebanyak 52 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan adanya pertemuan setiap akan membuat perencanaan dalam kegiatan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Benyamin Ginting. Beliau mengatakan bahwa adanya pertemuan setiap akan membuat perencanaan dalam kegiatan. Hal ini terlihat dalam setiap akan diadakannya kegiatan, terlebih dahulu mereka akan mengadakan pertemuan oleh masyarakat untuk membahas suatu kegiatan yang 6 33 52 6 6,2 34,0 53,6 6,2 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara akan dibuat dalam pertemuan tersebut mulai dari perencanaan, dimana perencanaan –perencanaan sangat mendukung demi kelancaran suatu kegiatan yang akan direalisasikan. Ini merupakan hal terpenting dari suatu perencanaan yang akan disusun, dimana jika mulai dari perencanaan pun sudah tersusun secara sistematis maka hasil yang dicapai akan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Misalkan seperti dalam kegiatan gotong royong yang akan dilakukan dalam satu desa yang memiliki empat 4 dusun ini, maka perencanaanya akan terarah pada dusun-dusun mana yang lebih membutuhkan sehingga pelaksanaannya akan lebih didahulukan dan diutamakan. Gambar 4.37 Kepala Desa Memberikan Perhatian Terhadap Kebutuhan dan Kesejahteraan Masyarakat Dalam Program Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P37FC.39 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 49,2 atau sebanyak 48 orang menjawab netral dan setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan kepala desa memberikan perhatian terhadap kebutuhan akan kesejahteraan masyarakat dalam program pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa kepala desa memberikan perhatian terhadap kebutuhan akan kesejahteraan 9 40 48 48 9,3 41,2 49,2 49,2 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara masyarakat dalam program pembangunan lingkungan desa. Hal ini menjukkan bahwa terdapat dua jawaban yang sama yaitu netral dan setuju terhadap pernyataan kebutuhan akan kesejahteraan masyarakat dalam perogram pembangunan lingkungan desa, hal ini dapat dijelaskan bahwa sebahagian masyarakat menganggap hal ini biasa saja dan sebahagian lagi merasa hal ini sudah diterapkan di desa tersebut. Kepala desa memberikan perhatian akan kebutuhan masyarakat dalam program lingkungan desa. Hal ini dilihat dari semangat masyarakat yang terus dipantau dan didukung oleh kepala desa agar bersama-sama menjadikan desa Lingga lebih maju lagi sehingga masyarakatnya akan sejahtera. Gambar 4.38 Selalu Tercipta Suasana Yang Bersahabat Dan Bergaul Dilingkungan Masyarakat Desa Sumber: P38FC.40 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 46,4 atau sebanyak 45 orang menjawab netral dan setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan selalu tercipta suasana yang bersahabat dan bergaul dilingkungan masyarakat desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa selalu tercipta suasana yang bersahabat di lingkungan desa. Dalam hal ini, masyarakat menganggap pernyataan ini biasa saja. Dimana 45 45 7 46,4 46,4 7,2 10 20 30 40 50 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara suasana yang bersahabat dan bergaul yang diterapkan masyarakat dilingkungan desa tersebut sudah menjadi hal sehari-hari yang diterapkan. Jika dibandingkan dengan jawaban responden yang menjawab setuju maka jelas di desa ini selalu menerapkan keramah tamahan terhadap sesama agar tercipta suasana yang bersahabat dan bergaul antar anggota masyarakat. Gambar 4.39 Pimpinan Membagikan Tugas Kepada Masyarakat Terhadap Program Yang Akan Direalisasikan Sumber: P39FC.41 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 50,5 atau sebanyak 49 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan pimpinan membagikan tugas kepada masyarakat terhadap program yang akan direalisasikan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Benyamin Ginting. Beliau mengatakan bahwapimpinan membagikan tugas kepada masyarakat terhadap program yang akan direalisasikan. Hal ini terlihat dimana masyarakat setuju dengan pembagian tugas yang sudah direalisasikan oleh pimpinan. Karena dengan pembangian tugas yang jelas dan sudah disepakati sebelumnya maka masyarakat mengerti akan kewajibannya masing-masing sehingga tercapainya segala tujuan yang diharapkan. 49 48 50,5 49,5 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.40 Masyarakat Selalu Memberikan Ide Gagasan Tentang Lokasi Mana Yang Cocok Dilaksanakan Kegiatan Sumber: P40FC.42 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 83,5 atau sebanyak 81 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat selalu memberikan idegagasan tentang lokasi mana yang cocok dilaksanakan kegiatan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Benyamin Ginting. Beliau mengatakan bahwa masyarakat selalu memberikan ide ataupun gagasan dalam rapat desa. Hal ini dimaksutkan karena masyarakat lebih sering berada dan dekat dengan lokasi yang mungkin mengalami kerusakan dan harus segera mendapatkan perhatian. Jadi pada saat rapat diadakan, masyarakat langsung memberikan idegagasan tentang lokasi-lokasi yang penting untuk direalisasikannya program. 5 81 11 5,2 83,5 11,3 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.41 Membicarakan Program Yang Akan Disosialisasikan Pada Masyarakat Secara Terbuka Sumber: P41FC.43 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 67,0 atau sebanyak 65 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan membicarakan program yang akan disosialisasikan pada masyarakat secara terbuka. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Santi Purba. Beliau mengatakan bahwa selalu membicarakan program yang akan disosialisasikan pada masyarakat secara terbuka. Ini dimaksutkan agar segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat yang akan direncanakan dan direalisasikan mendapat kesepakatan bersama sehingga tidak mengakibatkan masalah dikemudian hari. Sehingga jalannya kegiatanpun akan berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 27 65 5 27,8 67,0 5,2 20 40 60 80 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.42 Selalu Mengadakan Diskusi Antar Anggota Masyarakat Sumber: P42FC.44 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 89,7 atau sebanyak 87 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan selalu mengadakan diskusi antar anggota masyarakat dalam rapat desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Beliau mengatakan bahwa hal ini dimaksutkan agar segala kegiatan dan program yang akan dilaksanakan mendapat kesepakatan masyarakat. Dimana diskusi dalam suatu rapat desa sangat efektif sebagai masukan yang mungkin bisa dijadikan fokus yang penting untuk direalisasikan. Diskusi yang bersifat membangun ini menjadi suatu interaksi yang dapat menyatukan segala pendapat dan aspirasi masyarakat dengan menentukan solusi serta mengambil suatu kesimpulan yang akan disepakati bersama. 8 87 2 8,2 89,7 2,1 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.43 Memberikan tanggapan terhadap program yang ditawarkan Sumber: P43FC.45 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 86,6 atau sebanyak 84 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat memberikan tanggapan terhadap program yang ditawarkan kepala desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Ini dimaksudkan masyarakat sudah mempercayakan sepenuhnya kepada kepala desa selaku yang memimpin mereka agar apa saja yang menjadi arahan yang berkaitan dengan program lingkungan desa sudah bagus dan akan dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Dimana segala kegiatan yang akan dilakukan pun sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dan kesepakatan bersama. 6 84 7 6,2 86,6 7,2 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.44 Masyarakat Selalu Dilibatkan Untuk Berperan Serta Dalam Proses Pembuatan Keputusan Terhadap Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P44FC.46 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 87,6 atau sebanyak 85 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat selalu dilibatkan untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan terhadap pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Ini dimaksudkan agar apapun yang menjadi keputusan nantinya dalam rapat desa, telah disetujui oleh masyarakat. Karena program pembangunan lingkungan ini merupakan dari dan untuk masyarakat. 5 85 7 5,2 87,6 7,2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.45 Masyarakat Relatif Mudah Memperoleh Informasi Yang Berkaitan Langsung Dengan Kegiatan Sumber: P45FC.47 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 87,6 atau sebanyak 85 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat relatif mudah memperoleh informasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Dari diagram diatas masyarakat merasa netral terhadap perolehan informasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan. Ini disebabkan karena tidak semua masyarakat menghadiri rapat desa, jadi walaupun mungkin nantinya suatu informasi terbaru telah disebarkan luaskan, namun tergantung pada individunya kembali seberapa besarkah perhatian yang mereka berikan atas informasi yang telah disosialisasikan. 7 85 5 7,2 87,6 5,2 20 40 60 80 100 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.46 Masyarakat Terdorong Untuk Meningkatkan Kualitas Kegiatan Demi Kemajuan Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P46FC.48 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 62,9 atau sebanyak 61 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat terdorong untuk meningkatkan kualitas kegiatan demi kemajuan pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini dimaksudkan karena masyarakat menyadari, sebagai desa yang mendapat penghargaan desa budaya Lingga, maka kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian dan kebersihan lingkungan harus dijaga sebaik- baiknya. Oleh sebab itu masyarakat terdorong untuk meningkatkan kualitas kegiatan demi kemajuan pembangunan lingkungan desa yang salah satunya berupa semangat dalam melaksanakan kegiatan tersebut. 61 34 2 62,9 35,1 2,1 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.47 Antusias masyarakat yang tinggi dalam kegiatan menjadi modal utama bagi keberhasilan program Sumber: P47FC.49 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 56,7 atau sebanyak 55 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan antusias masyarakat yang tinggi dalam kegiatan menjadi modal utama bagi keberhasilan program. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini terlihat dari keterlibatan dan semangat masyarakat dalam bergotong royong demi kemajuan masyarakat desa. Mereka menyadari dengan semangat yang tinggi, maka segala kegiatan yang terkait dengan lingkungan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik. 42 55 43,3 56,7 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.48 Keikutsertaan dalam Kegiatan Program Pembangunan Lingkungan Desa atas Kehendak Sendiri Sumber: P48FC.50 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 54,6 atau sebanyak 53 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan keikutsertaan dalam kegiatan program pembangunan desa atas kehendak sendiri. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini dimaksudkan karena masyarakat menyadari dan peduli terhadap desa mereka yang merupakan daerah tempat tinggal yang perlu dijaga kelestariannya. Apalagi disana masih banyak terdapat peninggalan sejarah yang perlu dijaga keberadaannya seperti rumah adat yang masih kokok berdiri tegak meskipun sudah ratusan tahun usianya. Ditambah lagi karena merupakan desa budaya, jadi keadaan lingkungan yang bersih dan tertata harus lebih diperhatikan masyarakat desa. 53 44 54,6 45,4 10 20 30 40 50 60 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.49 Hasil Pelaksanaan Program Pembangunan Lingkungan Sangat Bermanfaat Bagi Masyarakat Terhadap Identitas Desa Budaya Sumber: P49FC.51 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 58,8 atau sebanyak 57 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan hasil pelaksanaan program pembangunan lingkungan sangat bermanfaat bagi masyarakat terhadap identitas desa budaya. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil program menjadikan desa tersebut tetap menjadi desa budaya Lingga. Masyarakat sangat senang, dimana predikat desa budaya yang mereka miliki dapat mereka jaga identitasnya dengan sebaik mungkin. Sehingga hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Yang manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat, berupa kebersihan, keindahan dan lain sebagainya. 40 57 41,2 58,8 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.50 Program Pembangunan Lingkungan Desa Sangat Berperan Aktif Dalam Kesehatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Sumber: P50FC.52 Berdasarkan penjelasan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 63,9 atau sebanyak 62 orang menjawab netral terhadap pertanyaan yang menyatakan program pembangunan lingkungan desa sangat berperan aktif dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini jelas sebagai efek dari program yang direalisasikan dimana lingkungan yang bersih akan menjadikan lingkungan yang sehat pula sehingga baik untuk kehidupan masyarakatnya di bidang kesehatan sehingga masyarakat menjadi sehat dan sejahtera. 62 35 63,9 36,1 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.51 Masyarakat Diajak Berkomunikasi Dan Berkonsultasi Mengenai Semua Masalah Yang Berhubungan Dengan Kegiatan Program Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P51FC.53 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 66,0 atau sebanyak 64 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan masyarakat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah yang berhubungan dengan kegiatan program pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini dimaksudkan agar hal-hal yang menjadi maslah selama kegiatan berlangsung dapat dengan cepat diselesaikan dengan baik dan dengan solusi yang disepakati bersama. 10 64 23 10,3 66,0 23,7 10 20 30 40 50 60 70 Sangat tidak setuju Tidak setuju netral setuju sangat setuju Frekuensi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.52 Kepala Desa Secara Terbuka Menjelaskan Hasil Laporan Kegiatan Kepada Masyarakat Selama Berlangsungnya Pelaksanaan Program Pembangunan Lingkungan Desa Sumber: P52FC.54 Berdasarkan penjelasan diagram di atas dapat diketahui bahwa 97 respoden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 62,9 atau sebanyak 61 orang menjawab setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan kepala desa secara terbuka mau mendengarkan saran dan laporan dari masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan lingkungan desa. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang berada di lokasi penelitian yang bernama Pengarapen Ginting. Hal ini dimaksudkan agar segala sesuatunya dalam berbagai kegiatan yang dilakukan bersifat transaparan dan masyarakat puas dengan hasil yang direalisasikan bersama.

4.3. Analisis Tabel Silang