Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3.1.1. Sejarah Desa Lingga
Desa Lingga merupakan bekas kerajaan Lingga tanah Karo, yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar sibayak Lingga. Sibayak Lingga yang pertama
masih memiliki hubungan keluarga dengan Raja Linge di Gayo Aceh. Asal muasal warga karo-karo Lingga berasal dari kerajaan Lingga Raja Dairi Buntul
Lingga Aceh Gayo Lues. Pada suatu hari kerajaan Lingga mendapat bala yang menyedihkan sekali bagi keluarga dan penduduk karena Raja Lingga sakit keras.
Keadaan penyakit Raja Lingga semakin parah, akan tetapi dengan petunjuk Tuhan Yang Maha Esa dan pertolongan gurudukun mbelin pak-pak pitu sendalanen,
Raja Lingga dapat diobati dengan syarat anak yang termuda harus pergi dari Desa Lingga Raja untuk selamanya dan tidak akan kembali. Demi keselamatan kerajaan
Lingga Raja, maka anak yang bungsu menerima persyaratan dari guru mbelin pak- pak pitu sendalanen.
Sebelum Raja Lingga melepaskan anak bungsunya pergi, ia memberi beberapa pesan: memberi satu genggam tanah kerajaan lingga raja, memberi satu
tabu air lingga raja dan memberikan satu ekor kuda putih. Kegunaan air dan tanah adalah sebagai ukuran yang pas sebagai tempat tinggal bagi anak bungsu Raja
Lingga, dimana nantinya jika berat tanah dan air sama maka itulah tempat tinggal yang cocok sebagai barong-barong Desa. Sesampainya diperbatasan Karo dan
Dairi, anak Raja Lingga berhenti dan istirahat serta bermalam di lau Lingga dan sampai saat ini kampung itu disebut Lau Lingga. Esok harinya ia melanjutkan
perjalanan kearah tanah Karo. Selama perjalanan beberapa hari, maka sampailah ia di di tanah Sinuan Tanjung di sebelah barong-barong kaca ribu, tepatnya
dibagian barat dari Singa dan Simomo. Disanalah dia istirahat dan bermalam, kemudian ia menimbang tanah dan air
yang dibawanya dari kerajaan Lingga Raja tapi berat tanah dan air belum sama. Walau demikian, dia membuat gubuk sementara sebelum menemukan tanah dan
air yang sama beratnya. Pada suatu hari dia berburu kedaerah Singgelem sebelah
Universitas Sumatera Utara barat dari Kabanjahe. Siang harinya ia bertemu dengan mata air yang sama
dengan mata air yang ada di Lingga Raja, maka ditimbangnya berat tanah dan air Lingga Raja yang ada ditempat itu dan hasilnya mendekati sama. Oleh sebab itu,
anak bungsu Lingga Raja menetap disitu dan menikah dengan Beru Ginting yang ada di pemandian Sungai Lau Biang. Singkat ceria ia dikaruniai 5 anak yaitu 3
laki-laki dan 2 perempuan. Yang tertua menetap ke Surbakti, yang nomor dua ke Kacaribu, dan yang bungsu bernama Lingga tinggal di Singgelem kuta suah
dengan orang tuanya. Pada suatu hari Lingga dan ayahnya pergi berburu ke uruk Gungmbellin,
dan dia membawa air dan tanah kemudian mengukurnya dan mendapati hasil yang sama. Maka si Lingga menetap didaerah tersebut yang saat ini diberi nama
Desa Lingga. Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisata di Kabupaten Karo Sumatera Utara, yang terletak di ketinggian sekitar 1200 m dari
permukaan laut. Lebih kurang 15 km dari Brastagi dan 5 km dari Kabanjahe Kabupaten Karo. Lingga merupakan perkampungan Batak Karo yang unik,
memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berusia 250 tahun tapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 6-8 keluarga yang masih memiliki
hubungan kekerabatan. Rumah adat ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.
Pada zaman dahulu, Desa Lingga terbagi dalam beberapa sub desa yang disebut kesain. Kesain merupakan pembagian wilayah desa yang namanya
disesuaikan dengan marga yang menempati wilayah tersebut. Nama-nama kesain di desa Lingga adalah: Kesain Rumah Jahe, Kesain Rumah Bangun, Kesain
Rumah Berteng, Kesain Rumah Julu, Kesain Rumah Mbelin, Kesain Rumah Mbuah, Kesain Rumah Gara, Kesain Rumah Kencanen, Kesain Rumah Tualah,
yang kesemuanya merupakan kesain milik marga klan Sinulingga. Sedangkan untuk non Sinulingga terdiri dari 3 bagian yaitu: Kesain Rumah Manik, Kesain
Rumah Tarigan Dan Kesain Rumah Munte. Pemakaian nama-nama kesain masih dipakai hingga saat ini oleh sebahagian
penduduk. Saat ini seiring dengan pertumbuhan penduduk desa Lingga, maka dapat ditinjau dari segi wilayah dan juga penyebutan oleh penduduk setempat dan
penduduk desa sekitar yaitu Desa Lingga Lama dan Lingga Baru. Lingga lama
Universitas Sumatera Utara atau sering disebut juga Desa Budaya Lingga adalah wilayah desa yang awal,
sedangkan desa Lingga baru merupakan desa bentukan pemerintah untuk merelokasi perumahan penduduk yang dikhawatirkan akan mengganggu
kelestarian dan ketradisionalan Lingga Lama sebagai Desa Budaya.
3.1.2. Letak Geografis Desa Lingga