19
bahwa perundang-undangan sosial, khususnya perundang-undangan perburuhaan belum mengatur selengkapnya atau kalau sudah mengatur
keseluruhannya, tetapi terbelakang oleh kemajuan masyarakat Sunindhia widiyanti, 1987:29-30.
2.4 Program
Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu
kali tetapi berkesinambungan. Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program,
maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Program adalah unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang
teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek seperti: 1 Adanya tujuan yang mau dicapai, 2 Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya
pencapaian tujuan tersebut, 3 Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati, 4 Adanya pemikiran
atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan, 5 Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas Wahab dalam Siagian dan Agus, 2010: 117.
2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS 2.5.1 Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial, resiko
keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakan dan bahkan kematian, akan
20
diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial UU BPJS,
secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November 2015 Pukul 17.00 WIB.
2.5.2 Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan danatau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat danatau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial. 7.
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima
bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial, pembayaran manfaat danatau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi
dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta
21
httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November 2015 Pukul 17.09 WIB.
2.5.3 Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran.
2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati- hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya. 7.
Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8.
Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,
22
kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai
badan hukum publik httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November 2015 Pukul 17.23 WIB.
.
2.6 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan 2.6.1 Pengertian BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh tenaga kerja termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 enam bulan di Indonesia Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2011 tentang SJSN, pasal 1 ayat 8, pasal 4 dan pasal 5 ayat 1. Jaminan sosial
tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaam yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan sukarelah oleh pengusaha atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang
ditujukan terhadap kebutuhan pada umunya yang tidak dapat dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja. BPJS Ketenagakerjaan terbentuk setelah
mengalami proses yang cukup panjang, dimulai dari: 1.
Pembentukan Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang kecelakaan kerja.
23
2. Peraturan Menteri Perburuhan PMP Nomor 48 Tahun 1952 dan Peraturan
Menteri Perburuhan Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh.
3. Peraturan Menteri perburuhan Nomor 15 Tahun 1957 tentang Pembentukan
Yayasan Sosial Buruh. 4.
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 5 Tahun 1964 tentang Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS.
5. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok
Tenaga Kerja. 6.
Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1997 tentang pembentukan wadah penyelenggara Asuransi Tenaga Keraja ASTEK yaitu Perum Astek.
7. Pada tahun 1992 lahirlah Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang
jaminan sosial tenaga kerja jamsostek. 8.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 maka PT. Jamsostek ditetapkan sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program
Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko sosial.
9. Pada tahun 2011 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, dan sesuai amanat Undang- Undang tersebut pada tanggal 1 januari 2014 PT. jamsostek akan berubah
menjadi BPJS ketenagakerjaan. 10.
Pada tanggal 1 juli 2015 ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan hari tua, dimana pada
24
peraturan ini dana JHT berubah dan dapat dicairkan dari 5 tahun kepesertaan menjadi 10 tahun dan pencairannya dibatasi 10 persen untuk kebutuhan
sehari-hari, 30 persen untuk kebutuhan membayar atau membeli rumah, dan tidak dapat dicairkan keduanya. Jika buruh atau peserta BPJS
Ketenagakerjaan ingin mencairkan dana Jaminan Hari Tua JHT sepenuhnya maka peserta harus menunggu hingga usia 56 tahun, meninggal dunia, atau
mengalami cacat total tetap dari masa kerja 5 lima tahun menjadi 10 sepuluh tahun .
11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 kemudian direvisi dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 dan mulai berjalan pada tanggal 1 September 2015, dimana prosedur pencairan uang JHT yang dibatasi hanya
10 persen untuk persiapan pensiun, 30 persen untuk biaya perumahan, dan 100 persen ketika sudah berumur 56 tahun, itu nantinya hanya berlaku bagi
peserta-peserta BPJS Ketenagakerjaan yang masih aktif bekerja. Sementara yang sudah berhenti bekerja, baik itu di PHK, dan mengundurkan diri, JHT
bisa diambil sepenuhnya setelah menunggu satu bulan masa berhenti httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November
2015 Pukul 17.30 WIB.
2.6.2 Ruang Lingkup Program BPJS Ketenagakerjaan
Adapun ruang lingkup program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan adalah:
1. Program Jaminan Hari Tua JHT
Jaminan hari tua JHT adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala.
25
Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara sekaligus
apabila : a
Peserta mencapai usia 56 tahun. b
Meninggal dunia. c
Cacat total tetap Yang dimaksud usia pensiun termasuk peserta yang berhenti bekerja karena
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja; atau peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya. Hasil pengembangan JHT paling
sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate bank pemerintah. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika
mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut: a
Diambil max 10 dari total saldo sebagai persiapan usia pension. b
Diambil max 30 dari total saldo untuk uang perumahan Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi
peserta, apabila: a
Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan
berhenti bekerja. b
BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 satu kali dalam
setahun. c
Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT sebagai berikut :
a. Jandaduda
26
b. Anak
c. Orang tua dan cucu
d. Saudara Kandung
e. Mertua
f. Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
g. Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke
Balai Harta Peninggalan d
Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi tanggungjawab perusahaan.
2. Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK
Jaminan Kecelakaan Kerja adalah santunan berupa uang sebgai pengganti biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, biaya pengobatan atau perawatan, biaya
rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya baik, fisik maupun mental, santunan kematian sebagai akibat
peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakan Kerja JKK.
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk
menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik
fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar Iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 persen sampai dengan 1,74 persen sesuai kelompok jenis
usaha.
27
Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim
selama selama 2 dua tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan manual ataupun elektronik atas kejadian
kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah
dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
3. Program Jaminan Kematian JKM
Jaminan Kematian JKM adalah santunan kematian berupa uang tunai dan santunan berupa uang pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah sewa
atau retribusi, peti jenazah, kain kafan, transportasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan
kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian JKM. Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang meninggal buka karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian JKM diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk
biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Wajib menanggu Iuran Program Jaminan Kematian JKM bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30 nol
koma tiga puluh persen dari gaji atau upah sebulan. Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 enam ribu delapan ratus Rupiah setiap bulan.
28
Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif manfaat perlindungan 6 bulan tidak
berlaku lagi, terdiri atas: a
Santunan sekaligus Rp16.200.000,00 enam belas juta dua ratus ribu rupiah. b
Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 = Rp4.800.000,00 empat juta delapan ratus ribu rupiah yang dibayar sekaligus.
c Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000,00 tiga juta rupiah.
d Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iur paling singkat 5 lima tahun yang diberikan sebanyak Rp12.000.000,00 dua belas
juta rupiah untuk setiap peserta. Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi
secara berkala paling lama setiap 2 dua tahun. 4.
Bukan Penerima Upah BPU Pekerja Bukan Penerima Upah BPU adalah pekerja yang melakukan
kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi: pemberi kerja, pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima upah, contoh tukang ojek, supir angkot,
pedagang keliling, dokter, pengacaraadvokat, artis, dan lain-lain. Kepesertaan meliputi:
a Dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan
memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta. b
Dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan atau mendaftar melalui wadah atau kelompokmitrapayment poin
29
aggregatorperbankan yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama IKS dengan BPJS Ketenagakerjaan.
Jenis Program dan manfaat meliputi: a
Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya
rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja STMB, santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian
sesuai label, biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap.
b Jaminan Kematian JK, terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala.
c Jaminan Hari Tua JHT, terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor,
beserta hasil pengembangannya. Iurannya meliputi:
a Jaminan kecelakaan kerja beriuaran 1 persen berdasarkan nominal tertentu
sesuai kemampuan penghasilan. b
Jaminan Kematian beriuan Rp. 6.800,- c
Jaminan Hari Tua beriuaran 2 persen berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan. Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta
Cara mendaftar menjadi peserta, yaitu: a
Mempunyai NIK Nomor Induk Kependudukan. b
Mengisi formulir F1 BPU untuk pendaftaran wadahKelompokMitra Baru. Cara menghubunginya melalui :
a Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat.
b Wadah.
30
c MitraPayment Point AggregatorPerbankan yang bekerjasama dengan
BPJS Ketenagakerjaan. d
Pembayaran iuran dapat dilakukan oleh peserta sendiri atau melalui WadahMitraPayment Point Aggregator atau Perbankan selama bulanan3
bulan6 bulan1 tahun sekaligus. 5.
Jasa Konstruksi Sektor konstruksi adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196MEN1999
Tanggal 29 September 1999. Tahapan kepesertaan yaitu setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor
yang melaksanakan proyek jasa konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja boronganharian lepas dan musiman yang
bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK dan Jaminan Kematian JKM. Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :
a Proyek-proyek APBD.
b Proyek-proyek atas Dana Internasional.
c Proyek-proyek APBN.
d Proyek-proyek swasta, dll
Cara menjadi peserta, meliputi: a
Pemborong bangunan kontraktor mengisi
Formulir pendaftaran
kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat sekurang - kurangnya 1 satu minggu sebelum
memulai pekerjaan.
31
b Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja
SPK atau Surat Perjanjian Pemborong SPP Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung
sepenuhnya oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut: a
Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah sebesar 0,24 dari nilai kontrak kerja konstruksi.
b Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah sampai
dengan Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah sebesar penetapan angka 1 ditambah 0,19 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi
dikurangi Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah. c
Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah sampai dengan Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah sebesar penetapan angka
2 ditambah 0,15 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah.
d Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah sampai
dengan Rp 5.000.000.000,- lima miliar rupiah sebesar penetapan angka 3 ditambah 0,12 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi
dikurangi Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah. e
Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- lima miliar rupiah sebesar penetapan huruf d ditambah 0,10 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak
Kerja Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- lima miliar rupiah Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai PPN sebesar 10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150MEN1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian
32
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut:
a Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu
yang bekerja kurang dari 3 tiga bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 tiga bulan
wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja. b
Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 satu bulan kalender. Apabila
upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 enam hari dalam 1 satu minggu adalah upah sebulan dibagi 25 dua
puluh lima , sedangkan yang bekerja 5 lima hari dalam 1 satu minggu adalah upah sebulan dibagi 21 dua puluh satu.
c Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 tiga bulan
penetapan upah sebulan adalah 1 satu hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 satu bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 tiga bulan, upah
sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 tiga bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 dua belas
bulan terakhir. d
Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam
perjanjian kerja 6.
Jaminan Pensiun Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun diatur dalam UU Nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN pasal 39 - 42 sebagai berikut:
33
a Prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.
b Manfaat pasti, berdasarkan formula yang ditetapkan.
c Usia pensiun ditetapkan dengan peraturan perundangan.
Jenis manfaat jaminan pensiun; a
Pensiun hari tua b
Pensiun cacat c
Pensiun jandaduda d
Pensiun anak manfaat pensiun anak berakhir apabila menikah, bekerja tetap, atau mencapai usia 23 tahun
e Pensiun orang tua
f Pembayaran secara berkala diberikan apabila peserta mencapai masa iuran
minimal 15 tahun. Apabila masa iuran tidak mencapai 15 tahun maka manfaat diberikan berdasarkan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangan. g
Ketentuan lebih lanjut tentang manfaat diatur dengan Peraturan Presiden. h
Iuran untuk penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu yang ditanggung bersama antara pekerja dan pemberi kerja.
i Ketentuan lebih lanjut tentang iuran diatur oleh Peraturan Pemerintah.
BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk menyelenggarakan Program Jaminan Pensiun sesuai UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial BPJS pasal 6 ayat 2. Rancangan Peraturan Pemerintah RPP tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun saat ini diinformasikan telah
ditandatangani oleh Presiden dan dalam proses pengundangan. RPP tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:
a Iuran ditetapkan 3 pekerja 1 dan pengusaha 2
34
b Upah maksimum dilaporkan ceiling wage ditetapkan Rp. 7 juta
httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November 2015 Pukul 18.03 WIB.
2.6.3 Alasan yang Menyebabkan Perusahaan Tidak Mengikuti Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dugaan penyebab perusahaan tidak mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja adalah:
1. Kesadaran Hukum yang Kurang
Kesadaran hukum merupakan hal yang penting. Jika peraturan perundang- undangan dan penegakan hukum baik namun tidak didukung kesadaran hukum maka
akan terjadi pelanggaran. Kesadaran hukum masyarakat dalam hal ini pengusaha sangat diperlukan agar tidka terjadi pelanggaran dalam menjalankan ketentuan
jaminan sosial tenaga kerja. Adanya kesadaran hukum menjadikan pengusaha taat terhadap ketentuan perundang-undangan khususnya yang mengatur tentang jaminan
sosial tenaga kerja. Pengusaha dalam pengertian Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah:
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri. b.
Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri manjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
35
2. Lebih Mengutamakan Kepentingan Uang Bisnis
Pihak pengusaha memang lebih mengutamakan kepentingan bisnis, lebih mengutamakan uang profit oriented. Tujuan utama pengusaha mendirikan usaha
adalah untuk mendapatkan laba, sehingga selalu dihindari hal-hal yang tidak mendatangkan keuntungan, antara lain ikut serta dalam program jaminan sosial
tenaga kerja. Keikutsertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dianggap suatu pemborosan belaka karena tidak mendatangkan keuntungan atau laba.
3. Kurang Memperhatikan Nasib Tenaga Kerja
Pihak pengusaha kurang memperhatikan nasib tenaga kerja, yang diperhatikan hanya kelangsungan perusahaannya saja dan keuntungan yang bakal
didapat dan didapat. Padahal dengan memperhatikan nasib tenaga kerja berarti juga akan mendukung kelangsungan perusahaan. Produktivitas tenaga kerja akan
berpengaruh langsung terhadap kelancaran perusahaan tersebut. 4.
Upah Terlalu Kecil dan Sifat Pekerjaan Tidak Tetap Ketentuan upah minum telah ditetapkan, namun pengusaha selalu saja
nerusaha untuk tidak memenuhinya. Pengusaha selalu berusaha menghindari ketentuan yang dianggap tidak menguntungan . pengusaha memberi upah terlalu
kecil, sehingga tidak memenuhi persyaratan ketentuan kepesertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan tentunya perusahaan tidak ingin mengikutsertakan
tenaga kerjanya secara sukarela. Penjelasan pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan adanya kepesertaaan secara sukarela, yaitu: “Namun demikian bagi perusahaan yang belum wajib mengikuti program
jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara dapat mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja kemauan sendiri atau sukarela”.
36
5. Anggapan Tenaga Kerja Bukan Aset Perusahaan
Banyak pengusaha beranggapan bahwa aset perusahaan adalah mesin dan peralatan-peralatan perusahaan, sedangkan tenaga kerja bukan aset. Anggapan ini
sebenarnya merugikan pengusaha sendiri, sebab tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam proses produksi. Kelancaran proses
produksi tergantung pada pengendaliannya dalam hal ini adalah tenaga kerja itu sendiri.
6. Keikutsertaan dalam Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Merupakan
Beban. Bagi pengusaha kewajiban membayar upah itu sudah cukup, tidak perlu
dibebani kewajiban lainnya. Keikutsertaan tenaga kerja dalam program jaminna sosial tenaga kerja mengharuskan pengusaha membayar premi atau Iuran pada badan
penyelenggara. Hal ini dianggap beban tambahan yang harus dihindari. Pengusaha lebih memilih tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program asuransi
tenaga kerja, sehingga tidak perlu membayar iuaran yang merupakan pengeluaran tambahan bagi pengusaha. Untuk menghindari kepesertaan dalam program jaminan
sosial tenaga kerja semakin menurun, maka diperlukan pengawasan. Jaminan sosial tenaga kerja dilapangan tidak akan terlaksana dengan baik bila pelaksanaanya tidak
diawasi oleh suatu instansi pengawasan yang ahli. Pihak pengusaha dapat berharap bahwa pengawasa akan menjamin pelaksanaan peraturan jaminan sosial di semua
perusahaan secara seragam uniform dan tidak memihak, sehingga pihak pengusaha terlindung dari persaingan tidak sehat unfair competition oleh perusahaan lain dan
pengusaha akan menikmati keuntungan masyarakat yang terjadi karena adanya pelaksaan peraturan secara efisien Ramli, 1997:17-20.
37
2.7 Kerangka Pemikiran
Sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, amatlah wajar bila para pekerja atau buruh diberikan perlindungan, pemeliharaan serta secara bertahap
ditingkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upah dan memberi jaminan sosial. Begitu juga dengan
Solidaritas Buruh Sumatera Utara SBSU sebagai salah satu organisasi serikat buruh yang memprioritaskan buruh dampingannya untuk tergabung dalam program BPJS
Ketenagakerjaan agar tercatat untuk mengikuti program jaminan sosial. Sehubungan dengan upaya dalam memberikan perlindungan dan pemeliharaan keselamatan kerja,
demi meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, maka pemerintah telah mengambil kebijakan penting dengan membuat peraturan dan Undang-Undang Perlindungan
Tenaga Kerja . Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam
memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja maupun buruh di Indonesia adalah Jamsostek. Jaminan sosial tersebut selanjutnya diubah menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS ketenagakerjaan yang dapat memberikan perlindungan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua dan
jaminan pensiun. Adapun respon buruh meliputi 3 hal, yaitu sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan,
pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan, dimana pada ketiga respon tersebut akan terbagi lagi dalam 3 hal yaitu persepsi buruh, sikap
buruh dan partisipasi buruh, yang kemudian akan menghasilkan respon positif maupun respon negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi
narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variabel-variabel
38
peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema Siagian, 2011:132.
Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
39
Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir
Kesejahteraan Buruh Dampingan Solidaritas Buruh Sumatera Utara
SBSU
Jaminan Sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan melalui :
a. Jaminan Hari Tua
b. Jaminan Kecelakaan Kerja
c. Jaminan Kematian
BURUH
a. Persepsi
b. Sikap
c. Partisipasi
a. Sosialisasi
b. Pendaftaran
c. Pelayanan
40
2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep