Alasan yang Menyebabkan Perusahaan Tidak Mengikuti Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

34 b Upah maksimum dilaporkan ceiling wage ditetapkan Rp. 7 juta httpwww.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada tanggal 03 November 2015 Pukul 18.03 WIB.

2.6.3 Alasan yang Menyebabkan Perusahaan Tidak Mengikuti Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dugaan penyebab perusahaan tidak mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja adalah: 1. Kesadaran Hukum yang Kurang Kesadaran hukum merupakan hal yang penting. Jika peraturan perundang- undangan dan penegakan hukum baik namun tidak didukung kesadaran hukum maka akan terjadi pelanggaran. Kesadaran hukum masyarakat dalam hal ini pengusaha sangat diperlukan agar tidka terjadi pelanggaran dalam menjalankan ketentuan jaminan sosial tenaga kerja. Adanya kesadaran hukum menjadikan pengusaha taat terhadap ketentuan perundang-undangan khususnya yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja. Pengusaha dalam pengertian Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah: a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri manjalankan perusahaan bukan miliknya. c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia. 35 2. Lebih Mengutamakan Kepentingan Uang Bisnis Pihak pengusaha memang lebih mengutamakan kepentingan bisnis, lebih mengutamakan uang profit oriented. Tujuan utama pengusaha mendirikan usaha adalah untuk mendapatkan laba, sehingga selalu dihindari hal-hal yang tidak mendatangkan keuntungan, antara lain ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Keikutsertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dianggap suatu pemborosan belaka karena tidak mendatangkan keuntungan atau laba. 3. Kurang Memperhatikan Nasib Tenaga Kerja Pihak pengusaha kurang memperhatikan nasib tenaga kerja, yang diperhatikan hanya kelangsungan perusahaannya saja dan keuntungan yang bakal didapat dan didapat. Padahal dengan memperhatikan nasib tenaga kerja berarti juga akan mendukung kelangsungan perusahaan. Produktivitas tenaga kerja akan berpengaruh langsung terhadap kelancaran perusahaan tersebut. 4. Upah Terlalu Kecil dan Sifat Pekerjaan Tidak Tetap Ketentuan upah minum telah ditetapkan, namun pengusaha selalu saja nerusaha untuk tidak memenuhinya. Pengusaha selalu berusaha menghindari ketentuan yang dianggap tidak menguntungan . pengusaha memberi upah terlalu kecil, sehingga tidak memenuhi persyaratan ketentuan kepesertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan tentunya perusahaan tidak ingin mengikutsertakan tenaga kerjanya secara sukarela. Penjelasan pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan adanya kepesertaaan secara sukarela, yaitu: “Namun demikian bagi perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara dapat mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja kemauan sendiri atau sukarela”. 36 5. Anggapan Tenaga Kerja Bukan Aset Perusahaan Banyak pengusaha beranggapan bahwa aset perusahaan adalah mesin dan peralatan-peralatan perusahaan, sedangkan tenaga kerja bukan aset. Anggapan ini sebenarnya merugikan pengusaha sendiri, sebab tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam proses produksi. Kelancaran proses produksi tergantung pada pengendaliannya dalam hal ini adalah tenaga kerja itu sendiri. 6. Keikutsertaan dalam Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Merupakan Beban. Bagi pengusaha kewajiban membayar upah itu sudah cukup, tidak perlu dibebani kewajiban lainnya. Keikutsertaan tenaga kerja dalam program jaminna sosial tenaga kerja mengharuskan pengusaha membayar premi atau Iuran pada badan penyelenggara. Hal ini dianggap beban tambahan yang harus dihindari. Pengusaha lebih memilih tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program asuransi tenaga kerja, sehingga tidak perlu membayar iuaran yang merupakan pengeluaran tambahan bagi pengusaha. Untuk menghindari kepesertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja semakin menurun, maka diperlukan pengawasan. Jaminan sosial tenaga kerja dilapangan tidak akan terlaksana dengan baik bila pelaksanaanya tidak diawasi oleh suatu instansi pengawasan yang ahli. Pihak pengusaha dapat berharap bahwa pengawasa akan menjamin pelaksanaan peraturan jaminan sosial di semua perusahaan secara seragam uniform dan tidak memihak, sehingga pihak pengusaha terlindung dari persaingan tidak sehat unfair competition oleh perusahaan lain dan pengusaha akan menikmati keuntungan masyarakat yang terjadi karena adanya pelaksaan peraturan secara efisien Ramli, 1997:17-20. 37

2.7 Kerangka Pemikiran