33
2.3 Rumah Tahanan Negara
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.0PR.07.03 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi Tahanan Negara diklasifikasikan dalam 3
tiga klas berdasarkan kapasitas dan lokasi, yaitu : 1.
Rumah Tahanan Negara Klas I 2.
Rumah Tahanan Negara Klas II A 3.
Rumah Tahanan Negara Klas II B serta didukung oleh Cabang Rumah Tahanan Rumah Tahanan sebagai salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan
program pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan. Namun sampai akhir Desember 2012, dari 439 lapas rutan kapasitas 102.466 orang di Indonesia dengan
jumlah narapidana 193.339, sementara jumlah tahanan 48.732 orang dan tersebar di 33 wilayah belum semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
namun sudah dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga binaan. Berdasarkan Undang – Undang No. 12 tahun 1995, Warga Binaan
Pemasyarakatan WBP adalah insan tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan
anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian yaitu keadaan kesehatan baik
fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan pada tahanan, narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat dipakai sebagai salah satu tolak
ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara nasional maupun internasional.
Universitas Sumatera Utara
34 Salah satu prinsip – prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar
Perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan adalah rutan lapas memiliki kewajiban untuk melayani narapidana. Standar kesehatan yang ada di masyarakat
sekurang – kurangnya sama dengan standar perawatan kesehatan di Rutan atau Lapas. Tak seorang pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya
karena mereka di penjara. Dokter dan perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus
membantu mengidentifikasikan narapidana yang mungkin sakit dan memberikan pertolongan pertama kepada narapidana yang cedera. Petugas lapas tidak boleh
menghalangi warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan, justru mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga
berlaku untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu sangat jahat sekalipun. Semua tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan
terhadap warga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas Rumah Tahanan atau Lapas Nemberini, 2007.
Semua narapidana ketika masuk ke lapas harus menerima pemeriksaan medis khususnya penyakit kronis dan penyakit menular. Obat – obatan harus tersedia
bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas perlu memahami tentang kontrol penyakit menular, mereka harus dilatih dalam upaya pencegahan penyakit menular.
Cara ini efektif untuk melindungi petugas, rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan tubuh seperti air liur, air seni, darah
dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan dapat dicegah.
Universitas Sumatera Utara
35 Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan terjangkit
atau tidaknya petugas dan nadapidana di lapas. Perlakuan setiap orang seakan – akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas akan
memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan – akan itu menular, dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan yang
telah disetujui dan efektif.
2.4 Kerangka Konsep