umumnya lebih sering digunakan karena harganya relatif murah dan mudah diperoleh Saragih, 2004.
Sumber nitrogen yang optimum dalam menghasilkan selulosa mikrobial sangat bervariasi sesuai dengan sumber karbon dari media yang digunakan.
Diantara beberapa sumber nitrogen yang telah dipelajari, pepton, amonium sulfat, dan hidrolisat kasein lebih baik untuk sintesis selulosa mikrobial dengan satu
sumber karbon seperti sukrosa, glukosa maupun manitol Ramana et al., 2000. Hasil penelitian Kholifah 2010 menyatakan bahwa penambahan pupuk ZA
sebagai sumber nitrogen dengan konsentrasi 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1 , dan 1,2 tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap rendemen, ketebalan, warna dan
kekerasan selulosa mikrobial.
2.5 Sukrosa
Sukrosa atau gula pasir merupakan senyawa karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis dalam industri pangan yang berasal dari bit atau tebu. Sukrosa adalah
gula utama yang digunakan dalam industri pangan Buckle et al., 1985. Winarno 1980 menyatakan industri-industri makanan biasa menggunakan sukrosa dalam
bentuk kristal halus atau kasar dan jika penggunaannya dalam jumlah banyak maka digunakan dalam bentuk cair. Sukrosa adalah disakarida yang banyak
terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Sukrosa berfungsi sebagai sumber karbon bagi A. xylinum. Gula ini pada
umumnya digunakan untuk memproduksi selulosa mikrobial karena mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Gula yang digunakan adalah gula yang
berwarna putih dengan tujuan agar menghasilkan selulosa mikrobial yang berwarna putih bersih Saragih, 2004.
Sumber karbon yang baik untuk meningkatkan produktivitas selulosa mikrobial adalah manitol, sukrosa, dan glukosa. Konsentrasi uptimum sukrosa
untuk produksi selulosa berada diantara 60 gl, hampir sama dengan manitol dan glukosa yang optimum pada konsentrasi 70 gl. Sukrosa, manitol, dan glukosa
digunakan sebagai sumber karbon yang optimal untuk produksi selulosa apabila kasein hidrolisat, pepton, glutamat atau amonium sulfat digunakan sebagai
sumber karbon. Sumber karbon yang lain, seperti sorbitol, galaktosa, maltosa, pati
dan asam asetat menghasilkan jumlah selulosa yang rendah. Jumlah selulosa yang dihasilkan dari sumber karbon tersebut adalah 0,4 - 2 gl Ramana et al., 2000.
2.6 Air Kelapa
Air kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang biasanya tidak digunakan lagi setelah pengolahan kelapa. Kandungan nutrisi yang tinggi pada air kelapa sangat
cocok digunakan sebagai media pertumbuhan A. xylinum. Air kelapa mengandung karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, sorbitol, 5-inositol, dan galaktosa
Ketaren, 1978. Nilai kalori yang terdapat di dalam air kelapa sebesar 17,4 kalori100 gram bahan Vigliar et al., 2006. Air kelapa juga mengandung mineral
yang cukup tinggi Kwiatkowski et al., 2008. Menurut penelitian Lestari et al. 2014, air kelapa merupakan media yang lebih efisien dalam pembentukan
selulosa mikrobial dibandingkan dengan media ekstrak nenas.
Tabel Komposisi Kimia Air Kelapa
Komponen
Air Kalium
Zat padat total Gula total
Gula reduksi Kalium oksida
Mineral abu Magnesium oksida
Asam fosfat Zat besi
Nitrogen 95,50
6,60 4,71
2,78 0,80
0,69 0,62
0,59 0,56
0,50 0,05
Sumber: Sutarminingsih, 2004
Air kelapa yang umum digunakan untuk pembuatan nata de coco adalah yang berasal dari kelapa tua dan sebaiknya yang baru dipetik dari pohon disimpan
sebelum digunakan Saragih, 2004. Komposisi air kelapa terutama kandungan gulanya dipengaruhi oleh umur air kelapa. Semakin tua umur buah kelapa maka
kandungan fruktosa dan glukosanya akan meningkat, sedangkan kandungan sukrosanya akan menurun Vigliar et al., 2006. Menurut Zambreet al. 2002 air
kelapa kurang tahan selama penyimpanan dan kompenen gula yang terdapat
didalamnya mudah mengalami fermentasi spontan sehingga rasanya cepat menjadi asam.Lama penyimpanan air kelapa juga mempengaruhi pembentukan
selulosa mikrobial oleh A. xylinum. Produksi selulosa mikrobial akan lebih baik jika media air kelapa yang digunakan disimpan dahulu selama 3 hari sebelum
dipakai Melliawati et al., 1998.
2.7 Aplikasi Selulosa Mikrobial