3.3.3.3 Analisis Kandungan Air
Selulosa mikrobial disterilkan dengan air panas dan di rendam berulang. Analisis kandungan air pada selulosa mikrobial menggunakan metode
termogravimetri berdasarkan SNI 01-2891-1992. Botol timbang dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105 ºC selama 1 jam. Setelah itu didinginkan di
dalam desikator. Botol timbang yang telah dingin ditimbang menggunakan neraca analitik. Selulosa mikrobial sebanyak 1 g dimasukkan kedalam botol timbang.
Kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik. Botol timbang yang telah berisi sampel dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105 ºC selama 3 jam.
Lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Langkah ini diulangi sampai diperoleh berat konstan. Kandungan air dihitung dengan menggunakan rumus :
Kandungan air = x 100
W = berat sampel sebelum dikeringkan g W1 = berat sampel konstan sesudah dikeringkan g
3.3.3.4 Uji Tarik
Selulosa mikrobial yang telah disterilkan dari masing-masing perlakuan dicetak dengan alat dumbbell cutter. Pengujian tarik dilakukan menggunakan alat
Gotech AI-7000M di Laboratorium Penelitian Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.3.4 Pertumbuhan Acetobacter xylinum
Media yang masih tersisa dari masing-masing perlakuan diambil sebanyak 1 ml secara aseptis. Kemudian dilarutkan dalam 9 ml akuades steril dan dilakukan
pengenceran sampai 10
-4
. Sebanyak 0,1 ml dari pengenceran 10
-4
disebarkan pada media Hestrin-Scramm menggunakan hockey stick. Masing-masing perlakuan
diamati dan dihitung jumlah koloni Acetobacter xylinum setelah inkubasi 48 jam.
3.3.5 Pertumbuhan Konsorsium Bakteri
Media yang masih tersisa dari masing-masing perlakuan diambil sebanyak 1 ml secara aseptis. Kemudian dilarutkan dalam 9 ml akuades steril dan dilakukan
pengenceran sampai 10
-4
. Sebanyak 0,1 ml dari pengenceran 10
-4
disebarkan pada media PCA menggunakan hockey stick. Masing-masing perlakuan diamati dan
dihitung jumlah koloni bakteri setelah inkubasi 24 jam.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rendemen Selulosa Mikrobial
Penambahan sukrosa dengan konsentrasi 0, 2, 4, dan 6 dikombinasikan dengan konsentrasi amonium sulfat 0, 0,5, 1, dan 1,5 . Hasil uji statistik dengan
ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi sukrosa dan amonium sulfat tidak berbeda nyata terhadap rendemen selulosa mikrobial yang
dihasilkan. Pengaruh perbedaan perlakuan terhadap rendemen selulosa mikrobial disajikan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Rendemen Selulosa Mikrobial Fermentasi Tiga Hari Hasil penelitian diperoleh bahwa rendemen meningkat seiring dengan
penambahan konsentrasi sukrosa. Peningkatan rendemen selulosa ini tidak signifikan setelah diuji secara statistik dengan SPSS 20.0, hal ini kemungkinan
disebabkan perbedaan penambahan konsentrasi amonium sulfat dan sukrosa yang terlalu kecil. Konsentrasi sukrosa 6 menghasilkan rendemen yang paling tinggi
kemudian diikuti oleh konsentrasi sukrosa 4 dan 2 . Sedangkan rendemen yang paling rendah dihasilkan dari media tanpa penambahan konsentrasi sukrosa.
Perlakuan X3Y2 dengan konsentrasi sukrosa 6 dan amonium sulfat 1 menghasilkan rendemen yang paling tinggi yaitu 31,23 . Selain dipengaruhi
oleh konsentrasi sukrosa, rendemen selulosa mikrobial kemungkinan juga dipengaruhi oleh lama fermentasi. Dengan waktu fermentasi selama 3 hari
22.10 22.59 23.90
22.76 22.78 26.01
29.92 28.30
29.77 30.33 31.17 30.77 30.09 30.50 31.23 30.93
5 10
15 20
25 30
35
X0Y0 X0Y1 X0Y2 X0Y3 X1Y0 X1Y1 X1Y2 X1Y3 X2Y0 X2Y1 X2Y2 X2Y3 X3Y0 X3Y1 X3Y2 X3Y3
R e
n d
e m
e n
Perlakuan Konsentrasi Sukrosa dan Amonium Sulfat