yangmemungkinkan pertumbuhannya Van der Meulen et al., 2007. Jenis mikroba berbeda dapat mensintesis metabolit berbeda walaupun pada bahan
makanan yangsama. Jenis metabolit yang disintesis pada bahan makanan tertentu sangat dipengaruhi oleh jenis mikroba dalam proses fermentasinya de Reu et al.,
1994; Bauman Bisping, 1995; Denter et al., 1998; Hubert et al., 2008. Proses fermentasi nata de coco tidak hanya melibatkan Acetobacter saja
tetapi juga melibatkan sejumlah bakteri lain yang secara genetik bervariasi. Fermentasi nata dalam media yang tidak mengalami perlakuan pemanasan
meberikan hasil pertumbuhan Acetobacter dan nata yang lebih baik dibandingkan dengan media yang diberikan perlakuan pemanasan. Hal ini dikarenakan adanya
simbiosis yang baik dengan bakteri atau mikroorganisme lain dalam media fermentasi tanpa pemanasan Seumahu, 2005.
2.4 Amonium Sulfat
Amonium sulfat atau ZA Zwavelzuur Ammoniak merupakan senyawa kimia dengan rumus NH
4 2
SO
4
yang berbentuk kristal dan umumnya berwarna putih. Senyawa ini mengandung nitrogen antara 20,4-21 , bersifat tidak higroskopis
dan baru akan menyerap air bila kelembapan nisbi sudah mencapai 80 pada suhu 3 ÂșC. Sedangkan SNI 02-1760-2005 mensyaratkan kandungan nitrogen
untuk amonium sulfat minimal 25 . Pupuk ZA merupakan sumber nitrogen yang biasanya digunakan untuk tanaman dan dalam proses pembuatan pupuk ini
menggunakan katalis logam. Hasil penelitian Kholifah 2010, penggunaan pupuk ZA sebagai sumber nitrogen menghasilkan nata de coco mentah yang
mengandung logam Cu, Zn, dan Pb. Setelah dilakukan pengolahan lebih lanjut seperti pencucian, perebusan, penekanan, dan pengembangan, kandungan logam
pada nata de coco menurun sehingga memenuhi persyaratan dalam SNI 01-4317- 1996.
Amonium sulfat merupakan sumber nitrogen yang merangsang pertumbuhan bakteri A. xylinum untuk mempruduksi selulosa mikrobial. Selain
amonium sulfat, beberapa sumber nitrogen yang dapat digunakan antara lain ekstrak khamir, pepton, kalium nitrat, dan amonium fosfat. Senyawa ini pada
umumnya lebih sering digunakan karena harganya relatif murah dan mudah diperoleh Saragih, 2004.
Sumber nitrogen yang optimum dalam menghasilkan selulosa mikrobial sangat bervariasi sesuai dengan sumber karbon dari media yang digunakan.
Diantara beberapa sumber nitrogen yang telah dipelajari, pepton, amonium sulfat, dan hidrolisat kasein lebih baik untuk sintesis selulosa mikrobial dengan satu
sumber karbon seperti sukrosa, glukosa maupun manitol Ramana et al., 2000. Hasil penelitian Kholifah 2010 menyatakan bahwa penambahan pupuk ZA
sebagai sumber nitrogen dengan konsentrasi 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1 , dan 1,2 tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap rendemen, ketebalan, warna dan
kekerasan selulosa mikrobial.
2.5 Sukrosa