Pertumbuhan A. xylinum HASIL DAN PEMBAHASAN

perlakuan X3Y2 daya tarik yang lebih tinggi. Rendemen dan ketebalan kemungkinan turut mempengaruhi daya tarik selulosa mikrobial yang diperoleh dari kultur statik. Menurut Cheng et al. 2009 selulosa mikrobial yang diperoleh dari kultur agitasi kehilangan kekuatan mekanik terutama daya tarik. Selulosa mikrobial dengan penambahan CMC carboxy methyl cellulose yang dihasilkan dari kultur agitasi memiliki kekuatan mekanik 2,4 MPa. Daya tarik selulosa mikrobial berkorelasi dengan polimerisasi glukosa untuk membentuk selulosa. Krystynowiczet al. 2002 menambahkan pembentukan selulosa mikrobial pada kultur statik akan lebih tinggi dibandingkan dengan kultur agitasi. Pada kultur statik selulosa akan dibentuk dengan formasi yang kompak karena keterbatasan oksigen, sedangkan pada kultur agitasi yang berlimpah oksigen terjadi pertumbuhan sel yang tinggi sehingga menghambat pembentukan selulosa mikrobial. Selulosa mikrobial dengan kekuatan mekanik atau daya tarik yang lebih tinggi menjadikan biomaterial ini sangat bagus digunakan untuk berbagai keperluan medis. Dari penelitian ini didapatkan selulosa mikrobial yang memiliki kekuatan mekanik yang lebih baik pada perlakuan X2Y3 yaitu 3,234 MPa. Rajwade et al. 2015 menyatakan selulosa mikrobial dapat diproduksi dengan berbagai bentuk dan teknik pengkulturan, sehingga daya tarik dari biomaterial ini juga bervariasi tergantung dari faktor tersebut. Biomaterial yang digunakan untuk keperluan medis pada umumnya harus memiliki kekuatan mekanik yang tinggi. Selulosa mikrobial memiliki kekuatan mekanik yang lebih tinggi dari bahan biokompatibel lain seperti politetrafloroetilen.

4.5 Pertumbuhan A. xylinum

Pertumbuhan A. xylinum pada masing-masing perlakuan dihitung dengan cara TPC Total Plate Count pada media spesifik yaitu media HS Agar Hestrin Scrhamm. Hasil uji statistik dengan ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi sukrosa dan amonium sulfat tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan A. xylinum. Hasil perhitungan disajikan pada Gambar 4.5 Gambar 4.5 Pertumbuhan A. xylinum Fermentasi Tiga Hari Dari Grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah A. xylinum pada setiap peningkatan konsentrasi sukrosa. Jumlah tertinggi didapat pada perlakuan X2Y2, X3Y0, dan X3Y2 yaitu 25 x 10 4 CFUml. Pertumbuhan A. xylinum yang rendah pada perlakuan ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya jumlah A. xylinum pada starter dan waktu fermentasi yang pendek. Jumlah A. xylinum pada hari ke-0 adalah 12 x 10 3 CFUml dan pada perlakuan X0Y0 jumlah A. xylinum ialah 9 x 10 4 CFUml, sehingga dapat diketahui bahwa A. xylinum mengalami pertumbuhan meskipun tidak ada penambahan amonium sulfat dan sukrosa pada media air kelapa. Hal ini disebabkan masih tersedianya nutrisi pada air kelapa untuk pertumbuhan bakteri. Ketaren 1978 menyatakan air kelapa mengandung karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, sorbitol, 5-inositol, dan galaktosa. Sutarminingsih 2004 menambahkan bahwa pada air kelapa juga terdapat mineral, zat besi, asam fosfat, dan nitrogen. Air kelapa merupakan media yang lebih efisien dalam pembentukan selulosa mikrobial dibandingkan dengan media ekstrak nenas. Menurut Kholifa 2010 jumlah A. xylinum pada starter yang dihitung dengan metode hemacytometer ialah 5 x 10 7 CFUml dan waktu fermentasi yang digunakan ialah 7 hari. Jumlah A. xylinum yang didapatkan dari masing-masing perlakuan tidak semua berbanding lurus dengan rendemen dan ketebalan selulosa mikrobial. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh perhitungan jumlah bakteri hanya dilakukan dari sisa media hasil fermentasi, sedangkan pada bagian selulosa yang dihasilkan tidak dilakukan perhitungan. Menurut Hornung et al. 2009 pada bagian 12 9 8 10 15 20 21 19 22 20 23 25 20 25 24 25 13 5 10 15 20 25 30 Hari Ke-0 X0Y0 X0Y1 X0Y2 X0Y3 X1Y0 X1Y1 X1Y2 X1Y3 X2Y0 X2Y1 X2Y2 X2Y3 X3Y0 X3Y1 X3Y2 X3Y3 Ju m lah A . xy li n u m x 10 4 = x 10 3 C F U m l Perlakuan Konsentrasi Sukrosa dan Amonium Sulfat permukaan selulosa lebih tinggi biomassa sel, karena pada bagian ini lebih banyak tersedia oksigen atau disebut zona aerob. Pada bagian tengah dan bawah dari fiber selulosa hanya ditemukan sel yang inaktif karena oksigen sangat terbatas. Jumlah Acetobacter yang tidak jauh berbeda didapatkan pada penelitian Nainggolan 2009, pertumbuhan koloni Acetobacter yang paling baik terdapat pada perlakuan penambahan kadar gula 10 pada media rosela dan lama fermentasi 8 hari ialah 93,33 x 10 4 CFUml. Pertumbuhan Acetobacter terendah terdapat pada penambahan gula 8 dan lama fermentasi 8 hari yaitu 74,33 x 10 4 CFUml.

4.6 Pertumbuhan Konsorsium Bakteri