Keberadaan bakteri lain ini diduga dapat menunjang kebutuhan dari A. xylinum. Hal ini sesuai dengan penelitian Seumahu 2005, pada fermentasi nata dengan
hasil yang baikdijumpai jenis kelompok bakteri yang cukup bervariasi dibandingkan pada fermentasi dengan hasil yang jelek. Berdasarkan hasil
ARDRA Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis dan kurva pola pertumbuhan didapatkan 22 jenis bakteri yang terdapat pada cairan media hasil
fermentasi nata.
4.2 Ketebalan Selulosa Mikrobial
Ketebalan yang diperoleh dari hasil penelitian ini berkorelasi positif terhadap rendemen selulosa mikrobial. Semakin tebal selulosa mikrobial yang dihasilkan
maka akan semakin tinggi pula rendemennya. Hasil uji statistik dengan ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi sukrosa dan amonium
sulfat tidak berbeda nyata terhadap ketebalan selulosa mikrobial yang dihasilkan. Pengaruh perbedaan perlakuan terhadap ketebalan selulosa mikrobial disajikan
pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Ketebalan Selulosa Mikrobial Fermentasi Tiga Hari Ketebalan selulosa mikrobial yang dihasilkan meningkat seiring dengan
penambahan konsentrasi sukrosa. Ketebalan selulosa mikrobial yang paling tinggi dihasilkan dari media dengan penambahan konsentrasi sukrosa sebesar 6 dan
yang paling rendah dihasilkan dari media tanpa penambahan konsentrasi sukrosa. Penambahan amonium sulfat dengan konsentrasi 1 dapat menghasilkan
5.80 6.85 7.10 7.07 6.61
7.81 8.25
7.87 7.87 8.65 8.68 8.49
7.78 8.54 8.77 8.28
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
X0Y0 X0Y1 X0Y2 X0Y3 X1Y0 X1Y1 X1Y2 X1Y3 X2Y0 X2Y1 X2Y2 X2Y3 X3Y0 X3Y1 X3Y2 X3Y3
K e
te b
al an
m m
Perlakuan Konsentrasi Sukrosa dan Amonium Sulfat
ketebalan yang maksimum 8,77 mm pada setiap kombinasi X0Y2, X1Y2, X2Y2, dan X3Y2, sedangkan pada konsentrasi 1,5 menyebabkan penurunan
ketebalan selulosa mikrobial 7,07 mm. Menurut penelitian Ramana et al. 2000 penambahan amonium sulfat sebagai sumber nitrogen dan sukrosa sebagai sumber
karbon menghasilkan selulosa mikrobial dengan ketebalan yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi sumber karbon dan nitrogen yang lain. Hasil yang
berbeda didapatkan pada penelitian Khalifah 2010, konsentrasi sukrosa sebesar 0,6 menghasilkan ketebalan yang lebih tinggi yaitu 1,23 cm. Sedangkan
konsentrasi amonium sulfat yang menghasilkan ketebalan maksimum ialah 0,6 dengan ketebalan 0,96 cm. Hasil yang berbeda juga didapatkan dalam penelitian
Jagannath et al. 2008, ketebalan maksimum selulosa mikrobial oleh A. xylinum NCIM 2526 diperoleh pada pH 4 dengan konsentrasi sukrosa 10 dan amonium
sulfat 0,5 . Konsentrasi sukrosa 6 dan konsentrasi amonium sulfat 1
menghasilkan selulosa mikrobial dengan ketebalan tertinggi yaitu 8,77 mm. Konsentrasi amonium sulfat lebih dari 1 dapat menurunkan ketebalan selulosa
mikrobial seperti halnya dengan rendemen. Ketebalan selulosa mikrobial juga dipengaruhi oleh waktu fermentasi dan volume atau ketinggian media pada wadah
yang digunakan. Wadah yang permukaannya lebih luas dan dangkal akan lebih cepat membentuk selulosa mikrobial dibandingkan dengan wadah yang sempit
dan dalam. Menurut Masaoka et al. 1993 hanya bakteri di permukaan saja yang dapat membentuk selulosa karena adanya keterbatasan oksigen pada wadah
fermentasi. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Kholifah 2010 dengan waktu fermentasi 7 hari dan Jagannath et al. 2008 yang menggunakan
wadah lebih luas berupa baki dan difermentasi selama 15 hari menghasilkan ketebalan yang lebih tinggi.
Waktu fermentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 3 hari, dengan tujuan untuk mendapatkan selulosa mikrobial dengan ketebalan yang
merata pada setiap sisinya. Menurut Hornung et al. 2009 waktu fermentasi yang lebih dari 3 hari pada kultur statik menyebabkan jumlah oksigen menurun dan
tidak merata pada bagian bawah media, sehingga pembentukan selulosa mikrobial juga tidak merata.
4.3 Kandungan Air Selulosa Mikrobial