remediasi; c. rehabilitasi; restorasi; danatau Penegakan hukum administrasi perizinan, PTUN

5. Instrumen pengendalian dalam pemulihan. 32 e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan: a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

b. remediasi; c. rehabilitasi;

d. restorasi; danatau

33 6. Instrumen pemeliharaan. 34 Pengelolaan lingkungan hanya dapat berhasil menunjang pembangunan berkelanjutan apabila administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya : a. konservasi SDA Pasal 57 ayat 2; b. pencadangan SDA Pasal 57 ayat 3; danatau c. pelestarian fungsi atmosfer Pasal 57 ayat 4. 7. Instrumen pengawasan. Pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan terhadap izin lingkungan Pasal 71 sampai dengan Pasal 75 UUPPLH. 8. Instrumen penegakan hukum.

a. Penegakan hukum administrasi perizinan, PTUN

32 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , Bab V, Pasal 54. 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , Bab V, Pasal 54 ayat 2. 34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , Bab VI, Pasal 57. Universitas Sumatera Utara dan terpadu. Pada umumnya ada dua instrumen hukum administrasi penegakan hukum lingkungan, yaitu : 1. instrumen perizinan; 2. instrumen ekonomi; 35 Instrumen perizinan merupakan sarana hukum utama untuk mencegah dan menanggulangi masalah lingkungan, misalnya persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan sebagainya. Sebagai instrumen hukum administrasi, pemberian izin merupakan awal proses pengendalian hukum yang mungkin dapat berlaku efektif, ketika diikuti adanya pengawasan oleh pemerintah sebagai aparat penegak hukum, untuk menjamin bahwa pemegang izin telah dan akan tetap melaksanakan isi yang tertuang dalam izin secara konsisten. 36 Pengawasan dan sanksi administrasi diatur dalam Pasal 71 sampai Pasal 75 UUPPLH. Pengawasan ini merupakan langkah preventif untuk memaksakan pengaturan. Peraturan mengenai perizinan dalam UUPPLH terdapat dalam Pasal 36 sampai Pasal 41. Jika dalam pengawasan oleh menteri, gubernur, atau bupatiwalikota ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan maka dapat diterapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha yang dapat dilihat dalam Pasal 76 sampai Pasal 83 UUPPLH. Pedoman penerapan sanksi administrasif di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga diatur dalam 35 Ahmad Husni M.D dan Bambang Sugiono, Strategi Pendekatan Hukum Dalam Penyelesaian Masalah Lingkungan, Dalam Hukum dan Lingkungan Hidup di Indonesia Jakarta : Program Pascasarjana FH-UI, 2001, hlm. 498-499. 36 Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan, http:Jurnal.fhunla.ac.id index.phpWParticledownload5045+cd=5hl=enct=clnk diakses tanggal 15 Januari 2016. Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Tindak lanjut atas ketentuan Pasal 76 ayat 1 UUPPLH yang terdiri atas 10 pasal. Instrumen ekonomi merupakan implementasi dari “prinsip pencemar membayar” yang dilahirkan oleh The Organnisation of Economic Coorperation and Development dan European Communitas . Kongres tersebut berawal dari pemikiran bahwa biaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran merupakan kunci untuk mengatasi masalah lingkungan secara tepat. Dalam hukum positif Indonesia diatur dalam Pasal 42 UUPPLH. b. Penegakan instrumen hukum pidana Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketat dan konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum lingkungan primum remedium . Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, barulah dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas ultimum remedium . Terdapat 19 pasal Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 di dalam UUPPLH yang menguraikan masalah sanksi pidana dalam kaitannya dengan tindak pidana lingkungan. Tindak pidana dalam undang-undang ini merupakan kejahatan. Ketentuan Pasal 97 UUPPLH, menyatakan tindak pidana yang Universitas Sumatera Utara diatur dalam ketentuan Pidana UUPPLH, merupakan kejahatan. Kejahatan disebut sebagai “rechtsdelicten” yaitu tindakan-tindakan yang mengandung suatu “onrecht” hingga orang pada umumnya memandang bahwa pelaku-pelakunya itu memang pantas dihukum, walaupun tindakan tersebut oleh pembentuk undang-undang telah tidak dinyatakan sebagai tindakan yang terlarang di dalam undang-undang. Terdapat beberapa ketentuan dalam UUPPLH seperti kualifikasi tindak pidana yang diatur dalam UUPPLH adalah kejahatan, sehingga tidak ada lagi sanksi pidana kurungan. Karena termasuk kejahatan maka sanksi pidana dalam UUPPLH meliputi pidana penjara, denda dan tindakan tata tertib. Dalam UUPPLH juga diatur sanksi pidana bagi pejabat yang memberikan izin tanpa memenuhi syarat, dan juga diatur bagi pejabat yang tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan usaha atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran atau perusakan. c. Penegakan instrumen hukum perdata Instrumen hukum perdata bertujuan untuk menuntut ganti rugi danatau tindakan hukum tertentu sebagai akibat adanya perbuatan yang menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan 37 37 Abdurrahman, Hukum dan Lingkungan Hidup Indonesia Jakarta: Program Pascasarjana FH-UI,2001, hlm. 551. . Proses penegakan hukum lingkungan melalui prosedur perdata penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan tersebut tidak Universitas Sumatera Utara berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan diatur dalam Pasal 85 dan Pasal 86 UUPPLH, sedangkan penyelesaian sengketa di dalam pengadilan diatur dalam 87 sampai dengan Pasal 93 UUPPLH. Perihal mengenai ganti kerugian dan tanggung jawab mutlak diatur dalam Pasal 87 dan Pasal 88 UUPPLH. Selain Hak gugat dapat diajukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, gugatan juga dapat diajukan oleh masyarakat dan organisasi lingkungan hidup dapat berupa gugatan class action. Jika diketahui bahwa masyarakat menderita karena akibat pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perikehidupan pokok masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. Gugatan administratif juga diatur dalam UUPPLH pada Pasal 93 dan tata cara pengajuan gugagatan adminstratif mengacu pada hukum acara PTUN.

B. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Otonomi Daerah

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Tinjauan Hukum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap Lahan Bekas Tambang Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara Juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pen

0 6 1

PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 4 12

SKRIPSI PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

2 10 13

PENDAHULUAN PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 26

PENUTUP PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 7

Tinjauan Yurudis Pertanggungjawaban Hasil Pemeriksaan dari Segi Hukum Sebagai Bagian dari Studi Kelayakan Dihubungkan dengan Penerbitan Ijin Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

1 1 34

PENAMBANGAN ILEGAL DI DESA JENDI KABUPATEN WONOGIRI BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 0 12

Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara - Repositori Universitas Andalas

0 0 87

PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ABSTRAK - PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BA

0 0 5