D. Peranan dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Mengelola SDA dan Lingkungan Hidup
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadarannya. Dalam teori mengenai tanggung jawab, terdapat tanggung jawab terhadap masyarakat yang biasanya
disebut tanggung jawab sosial. Sebagai upaya penegakan hukum terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan, UUPPLH menegaskan prinsip tanggung
jawab yang perlu diperhatikan dalam hal seseorang atau perusahaan melakukan pencemaran atau pelanggaran lingkungan hidup.
Tanggung jawab sosial seperti dalam UUD 1945, Pasal 28H ayat 1 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat. Hak yang sama juga diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Selain tanggung jawab sosial juga
terdapat tanggung jawab mutlak strict liability yakni unsure kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti kerugian.
Berdasarkan tanggung jawab mutlak maka besarnya nilai gantirugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup dapat ditetapkan
sampai batas tertentu. Mengenai tanggung jawab mutlak dapat dilihat dalam Pasal 88 UUPPLH bahwa setiap orang yang menggunakan atau menghasilkan limbah
B3 danatau menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian
unsure kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
1. Kaitan SDA dengan lingkungan hidup Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
110
SDA sering juga disebut sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh alam yang penggunaannya dapat membantu
kebutuhan hidup manusia sehari-harinya. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
111
Grima dan Berkes mendefinisikan sumber daya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees mengatakan bahwa sesuatu untuk
dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki dua kriteria, yakni :
112
Defenisi sumber daya dapat juga dikaitkan dengan dua aspek lainnya, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan,
dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan. Sumber daya yang dimanfaatkan dapat
diartikan sebagai sumber daya apa yang dimanfaatkan oleh manusia secara teknis, a. Harus ada pengetahuan, teknologi, atau keterampilan skill untuk
memanfaatkannya. b. Harus ada permintaan demand terhadap sumber daya tersebut.
110
https:id.wikipedia.orgwikiSumber_daya_alam diakses pada tanggal 28 Februari 2016.
111
Akhmad Fauzi, Ekonomi SDA dan Lingkungan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010 hlm. 2.
112
Ibid .
Universitas Sumatera Utara
sedangkan aspek kelembagaannya dapat diartikan sebagai lembagainstitusi yang berkuasa untuk mengendalikan sumber daya tersebut.
Lingkungan hidup dalam UPPLH didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
113
Pembangunan berkelanjutan memberi tekanan bahwa pembangunan tersebut harus dapat menggambarkan adanya keselarasan dan keserasian didalam
penggunaan SDA, sumber daya manusia maupun sumber daya artificial yang memperhatikan usaha-usaha konservasi berkesinambungan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka bukan hanya orang-perorang yang mempunyai hak dan kewajiban Definisi ini menjelaskan
bahwa pencakupan lingkungan hidup juga termasuk didalamnya SDA. Oleh karena itu, apabila yang dibicarakan mengenai kerusakan SDA sudah pasti juga
membicarakan rusaknya lingkungan hidup itu. SDA terkait dengan bagaimana cara penghematannya hingga tetap dapat dinikmati oleh generasi masa
mendatang. Sedangkan apabila lingkungan hidup tersebut tidak dilestarikan, maka juga pasti berdampak terhadap ketersediaan SDA. Oleh karena itu, perlu suatu
keseimbangan antara pemakaian, pembangunan, pelestarian dan pengelolaannya untuk dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat
pada umumnya. 2. Peranan dan tanggung jawab pelaku usaha dalam mengelola SDA dan
lingkungan hidup
113
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,Bab I, Pasal 1 angka 1.
Universitas Sumatera Utara
untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan, tetapi juga sekelompok orang atau badan usahahukum yang terlibat di dalam pemanfaatan sumber daya
hayati maupun non-hayati.
114
Pengelolaan SDA tersebut oleh pemerintah membutuhkan modal yang cukup besar. Selain modal yang cukup besar, dalam prakteknya teknologi yang
digunakan sering sekali membutuhkan peralatan dan tenaga ahli yang baik pula. Pemerintah Indonesia memiliki keterbatasan modal dan teknologi yang tidak
memadai pula untuk mengelola SDA tersebut sendiri. Untuk itu pemerintah membuka bentuk-bentuk usaha kerjasama dengan pihak-pihak yang berminat
untuk menanamkan modalnya dalam bidang tersebut. Tidak hanya pelaku usaha dalam negeri, ada beberapa usaha yang terbuka dengan syarat untuk penanam
modal asing. Negara penerima modal mendapatkan sejumlah dana, teknologi, serta keahlian bagi kepentingan pembangunan negaranya. Sedangkan penanaman
modal mendapatkan keuntunganprofit dari usaha yang dijalankan bersama. Disamping keuntungan yang didapat, penanam modal juga membutuhkan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan SDA berlimpah yang sangat berpotensial pemanfaatannya untuk kemajuan pembangunan. SDA sering
dijadikan sebagai salah satu sektor yang menambah pendapatan negara. SDA harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya bagi kemakmuran rakyat sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam konstitusi negara.
114
Strategi Pembangunan Berkelanjutan Pada Sektor Pertambangan di Indonesia, http:www.mail-archive.comexbhpgooglegroups.commsg00054.html diakses tanggal 28
Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
kepastian hukum, sarana dan prasarana, keamanan, kesamaan kesempatan berusaha, dan faktor lainnya untuk menumbuh kembangkan perusahaannya.
Pola pembangunan berkelanjutan mengharuskan pengelolaan SDA harus dilakukan secara rasional dan bijaksana. Untuk itu, diperlukan keterpaduan antara
pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup. Pembangunan berwawasan lingkungan hidup
merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang. Sifat keterkaitan SDA dan tatanan lingkungan mengharuskan cara dan
mekanisme pembangunan yang memperhatikan keterkaitan tersebut. Dalam hubungan ini, keterkaitan manusia pribadi sebagai makhluk sosial dengan
lingkungan sosialnya perlu diperhatikan pula. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya melihat manusia sebagai individu yang berdiri sendiri saja, tetapi juga
memperhatikan dampak pembangunan terhadap kedudukan manusia sebagai makhluk sosial.
115
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tersebut yang menimbulkan peran dan tanggung jawab dari setiap individu untuk turut serta dalam
pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan hidup . Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang harus didapat dan dijalan dengan baik termasuk dalam bidang
lingkungan hidup. Seperti yang dinyatakan dalam UUPPLH, bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
115
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Jakarta : Bumi Aksara, 2009, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
manusia dan bahwa setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta hak-hak lainnya yang dapat dilihat dalam
Pasal 65 UUPPLH. Sebagai subjek hukum, setiap orang harus menjalankan hak- nya diimbangi dengan dijalankannya kewajibannya. Dalam UUPPLH juga
dinyatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan
lingkungan hidup Pasal 67. Sedangkan bagi setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban:
116
Ketentuan mengenai kewajiban tersebut berperan penting di dalam upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari aktivitas
perusahaan yang diberi kekuasaan untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam. Penggunaan SDA yang dilakukan oleh individu atau badan usaha tersebut
haruslah menerapkan tata cara pengelolaan SDA yang baik atau menaati peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah mengenai SDA yang
dieksploitas oleh perusahaan tersebut. Dalam pengelolaan tersebut haruslah dilakukan koordinasi dan kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait untuk
mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu; b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup danatau kriteria kerusakan lingkungan hidup.
116
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab X, Pasal 68.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan berkelanjutan. Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mewujudkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan
SDA yang mengarah pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pengaturan mengenai pertanggungjawaban penanam modal dalam
melaksanakan tangung jawab sosial perusahaan bagi lingkungan hidup, sosial, dan budaya juga dapat dilihat dalam Pasal 15 huruf b Undang-Undang 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal selanjutnya disebut UUPM. Yang dimaksud dengan TJSL menurut penjelasan Pasal 15 huruf b UUPM adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat. Upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup juga termasuk ke dalam satu point yang menjadi tanggung jawab perusahaan
sebagaimana yang dicantumkan dalam huruf d Pasal 16 UUPM. Sebagai upaya untuk pemulihan suatu lokasi atau tempat yang diekspolitas hasil SDA yang tidak
terbarukan nya maka penanam modal wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup,
yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
117
Tanggung jawab sosial perusahaan juga diperjelas kembali dalam UUPT. Dalam Pasal 74, dikatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan selanjutnya disebut TJSL. Tanggung
117
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab IX, Pasal 17.
Universitas Sumatera Utara
jawab sosial perusahaan atau sering disebut sebagai CSR merupakan kewajiban perseroan yang pembiayaannya dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta suatu keadaan yang
menguntungkan semua pihak, konsumen mendapat produk unggul yang ramah lingkungan sedangkan produsen pun mendapatkan profit yang pada akhirnya akan
dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Sebagai sebuah strategi bisnis,pelaksanaan CSR bertujuan agar perusahaan dapat melakukan
kegiatan bisnisnya dengan baik dan menimalisir resiko yang muncul dari komunitas sekitar maupun dari lingkungan tempat mereka melakukan kegiatan
bisnisnya. Strategi bisnis ini dilaksanakan dengan memperhatikan sustainability dari perusahaan, lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan CSR
ada tiga hal yang harus sama-sama diuntungkan yaitu perusahaan, lingkungan , dan sosial. Keberlanjutan ketiga hal ini akan sangat berpengaruh pada eksistensi
perusahaan, dan karena itu diperlukan tanggung jawab sosial perusahaan agar baik perusahaan, lingkunan maupun sosial dapat berjalan secara sinergis.
118
Pelaksanaan CSR dalam Pasal 74 UUPT, disebut dalam ayat 1 bahwa perseroan yang menjalan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan
SDA wajib melaksanakan TJSL. Maksud dari perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang SDA adalah perseroan yang kegiatan usahanya
118
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR
Jakarta : Percetakan Penebar Swadya, 2008, hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
mengelola dan memanfaatkan SDA.Sedangkan perusahaan yang menjalankan usaha yang berkaitan dengan SDA adalah perseroan yang tidak mengelola dan
tidak memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan SDA.
Pelaksanaan kewajiban TJSL sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal 74 UUPT tersebut apabila tidak dilaksanakan maka dapat dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
119
Dalam penjelasan ayat 3 Pasal 74 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan adalah segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Penjelasan ayat 3 Pasal 74 UUPT
tersebut menjelaskan bahwa sanksi yang dikenakan bukan sanksi karena perusahaan tidak melakukan CSR menurut UUPT, melainkan sanksi karena
perusahaan mengabaikan CSR sehingga perusahaan tersebut melanggar aturan- aturan terkait dibidang sosial dan lingkungan yang berlaku.
120
119
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 74 ayat 3.
120
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op. Cit., hlm. 98.
Berdasarkan Pasal 74 ini maka konsep CSR yang semula hanya merupakan kewajiban moral menjadi kewajiban yang dipertanggungjawabkan
dalam hukum, tetapi khusus bagi perseroan yang kegiatan usahnya dibidang danatau berkaitan dengan SDA. Sedangkan perusahaan lain diluar itu hanya
melakukan SCR sebatas kewajiban moral.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan dapat dimintakan pertanggungjawabannya sesuai dengan prinsip strict liability.
121
Paradigma dari sebagian perusahaan memang telah bergeser dari single line
profit menjadi triple bottom line profit, people, planet. Pemahaman akan pembangunan berkelanjutan memegang peran penting dalam perubahan
paradigma tersebut. Tidak hanya pemerintah, tetapi perusahaan juga harus turut menyadari pentingnya penerapan pembangunan berkelanjutan. Seperti apa yang
diungkapkan oleh Ismail Serageldin, paradigma pembangunan berkelanjutan mengajarkan bahwa kekayaan alam hari ini bukanlah berkah yang diwariskan
generasi lalu hanya untuk generasi sekarang, tapi merupakan pinjaman yang asalnya dari generasi mendatang. Karenanya jumlah total capital-sosial, ekonomi,
lingkungan, budaya, politik, personal yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya minimal harus sama, mengingat bahwa pinjaman memang
sudah seharusnya dikembalikan utuh. Pertanggungjawaban hukum yang dapat dimintakan
kepada perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan baik sehingga seringkali menimbulkan dampak terhadap kerusakan
lingkungan hidup. 3. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui CSR
122
Pembangunan yang berkelanjutan dengan CSR memiliki keterkaitan dalam
hal tujuan perusahaan yang bukan semata-mata mencari keuntungan dan
121
Lihat : Strict Liabilty yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti kerugian. Ketentuan ini merupakan Lex Specialis
dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
122
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui CSR, http:ujangrusdianto. blogspot.co.id201403mewujudkan-pembangunan-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 6
Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan berkonsekuensi penting. Perusahaan didalam menjalankan usahanya demi mendapatkan profit, juga harus memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan. Berjalan ketiga aspek tersebut juga dapat mendukung berkelanjutannya usaha dari perusahaan. Menurut Welford dan Gouldson
setidaknya ada tiga alasan mengapa perusahaan sebagai fokus pembangunan berkelanjutan, yaitu perusahaaan adalah sebagai penggerak utama dalam
pembangunan ekonomi, perusahaan memiliki sumber finansial, pengetahuan teknologi dan kapasitas institusional untuk mengimplementasikan solusi ekologis,
dan yang terakhir adalah menguji ekologi yang berkelanjutan pada analisis level organisasi merupakan hal yang tepat.
123
Salah satu bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar kegiatan diwujudkan dalam program TJSL atau CSR yang diimplementasikan
dalam bentuk community development. Community development adalah kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi
sosial,ekonomi dan budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya.
124
Program ini dapat memberikan pemberdayaan terhadap masyarakat, bagaimana anggota masyarakat dapat mengakualisasikan diri mereka dalam
pengelolan lingkungan dan secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya tanpa tergantung pihak-pihak perusahaan maupun pemerintah. Program ini
juga dapat meningkatkan rasa kepemilikan terhadap kegiatan usaha dan
123
Ibid.
124
Arif Budimanta, Corporate Social Responsibilty: Jawaban Bagi Model Pembangunan Masa Kini
Jakarta: Indonesia Center for Sustainable Development, 2004, hlm. 85-87.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut, manfaat lainnya bagi perusahaan ialah untuk meningkatkan efisiensi usaha melalui ketersediaan tenaga kerja lokal sesuai dengan kualisifikasi
yang dibutuhkan.
125
Adapun semua ini pada akhirnya akan berkonstribusi kepada kelangsungan usaha yang berjangka panjang dan berkonstribusi terhadap
pengembangan wilayah dan masyarakat daerah sekitar perusahaan
125
Ed. Syaiful Watni, et. al., Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengembangan Masyarakat Community Development Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, 2007, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB IV PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI
BIDANG PERTAMBANGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
A. Konstribusi Sektor Pertambangan bagi Pembangunan