ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat dimintakan
pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Prinsip pembangunan berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
sustainable development pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 pada
Konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm, Swedia .Kesadaran lingkungan mulia disadari setelah terjadinya
berbagai kerusakan lingkungan dan keterbatasan SDA yang merupakan dampak dari perbuatan manusia itu sendiri. Konferensi di Stockholm ini membicarakan
isu-isu penting mengenai lingkungan hidup, konferensi ini lazim disebut dengan United Nations Conference on Human Environment
UNCHE. Hasil dari keputusan sidang umum PPB pada Desember 1983 Nomor
38161 dibentuklah suatu komisi dunia yang bernama World Commission on Environment and Development
selanjutnya disebut WCED. WCED merumuskan defenisi pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri development which
meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs
. Melalui laporan ini juga, ditegaskan bahwa lingkungan dan pembangunan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
Universitas Sumatera Utara
sama lain: lingkungan adalah tempat di mana kita semua hidup; dan pembangunan adalah apa yang kita semua lakukan dalam upaya untuk memperbaiki nasib kita di
dalam tempat tinggal kita itu.
10
Tindak lanjut dari diadakannya Konferensi Stockholm 20 tahun setelahnya, PBB menyelenggarakan kembali KTT di Rio de Jeneiro pada tanggal
3-4 Juni 1992. Konferensi ini dinamakan United Nations Conference on environment and Development
UNCED yang biasa dikenal sebagai Earth Summit
atau KTT Rio. Deklarasi ini secara tegas mengakui hak setiap bangsa untuk mengejar kemajuan sosial dan ekonomi dan memberi tanggung jawab
kepada negara-negara untuk mengadopsi model pembangunan berkelanjutan. Secara spesifik, konferensi ini mengadopsi agenda lingkungan dan pembangunan
di abad ke-21 atau yang dikenal dengan nama Agenda 21. Setelah KTT Rio, pada tanggal 1-5 September 2002 berlangsung sebuah KTT di Johannesburg yang
membahas mengenai pembangunan berkelanjutan atau World Summit on Sustainable Development
WSSD. KTT Johannesburg mengeluarkan Deklarasi Johannesburg mengenai pembangunan berkelanjutan antara lain berupa, tantangan
yang dihadapi, komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, pentingnya peranan lembaga-lembaga internasional dan multilateral yang efektif, demokratis
dan akuntabel, dan komitmen mewujudkan bersama pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan 3 dimensi : ekonomi, sosial
dan lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam meningkatkan kualitas manusia.
10
Mengenal Lebih Dekat Konsep Pertambangan Berkelanjutan dan Implementasinya di Indonesia, http:iism.or.idindex.phpenpublications12-publikasi-id5-mengenal-konsep diakses
pada tanggal 08 Januari 2016.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia Sumber utama kebijakan utama dari pembangunan di Indonesia semuanya
bersumber kepada UUD 1945. Hingga saat ini, UUD 1945 telah empat kali di amandemen, dimana konsep mengenai pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development baru dimasukkan dalam amandemen yang keempat yang
ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Dengan adanya pengaturan mengenai hak atas lingkungan sebagai hak asasi manusia dan dengan di adopsinya prinsip
pembangunan berkelanjutan sustainable development dan berwawasan lingkungan dalam UUD 1945 menjadikan konstitusi kita sudah bernuansa hijau
green constitution.
11
Istilah Green Constitution ini dapat kita lihat dalam Pasal 28 huruf A UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
12
dan Pasal 33 ayat 4 UUD 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
13
Kata berkelanjutan juga dinyatakan dalam Pasal 33 ayat 4 UUD 1945, bahwa kata berkelanjutan tersebut terkait dengan konsep sustainable development
atau pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan,
sebagaimana dinyatakan oleh Jimly Asshiddiqie yaitu bahwa tidak ada
11
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm.9.
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar RI 1945, Bab X, Pasal 28 huruf A.
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar RI 1945, Bab XIV, Pasal 33 ayat 4.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan.
14
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang dianut oleh UUPLH sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 :
Pengaruh dari konsep sustainable development juga berlanjut pada tahun 1982, yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UULH dan dilanjutkan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UUPLH.
15
Pengaturan terbaru terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup yaitu diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UUPPLH. Terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan, dapat kita lihat dalam Pasal 2 UUPLH
,mengenai asas, tujuan, dan ruang lingkup, dan Pasal 3 UUPLH mengenai tujuan. UUPLH ini mewajibkan pemerintah pusat dan daerah untuk membuat Kajian
Lingkungan Hidup Strategis selanjutnya disebut KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
“Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”
14
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., hlm.134.
15
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab II, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
dalam pembangunan suatu wilayah danatau kebijakan,rencana, danatau program. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, kebijakan, rencana, danatau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan segala usaha danatau kegiatan
yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
16
Hak penguasaan negara atas tambang di Indonesia sangat terkait dengan wilayah penguasaan negara, maka wilayah hukum pertambangan adalah wilayah
hukum penguasaan negara atas pertambangan. Wilayah hukum pertambangan Indonesia ialah wilayah atau daerah di mana dapat dilakukan usaha pertambangan
berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia dan peraturan kebijaksanaan Pemerintah Indonesia.
3. Usaha pertambangan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara Pasal 1 angka 1 menyebutkan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
17
Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA tambang bahan galian yang terdapat dalam bumi Indonesia.
18
16
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Penjelasan Umum angka 3.
17
H. Abrar Saleng, Hukum Pertambangan Yogyakarta: UIII Pres, 2004, hlm. 78.
18
H. Salim HS, Hukum Pertambangan Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 53.
Universitas Sumatera Utara
Dalam UU Minerba Pasal 1 angka 6 disebutkan bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
pasca tambang.
F. Metode Penelitian