Latar Belakang Penerapan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Dalam Bidang Pertambangan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kekayaan Sumber Daya Alam selanjutnya disebut SDA yang tinggi. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, pengelolaan SDA merupakan salah satu alternatif negara dalam mendapatkan pemasukan bagi negaranya selain dari sektor perdagangan dan lain - lain. Mengingat cukup besarnya potensi SDA di Indonesia pemerintah diharapkan dapat melakukan pengelolaan SDA Indonesia dengan baik untuk kemakmuran rakyat yang sebesar – besarnya. Sebagai salah satu hasil SDA Indonesia, sektor pertambangan juga tidak luput dari tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah. Pada Tahun 2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak selanjutnya disebut PNBP pada sektor pertambangan sebesar Rp 40,6 triliun. 1 1 PNBP Sektor Pertambangan 2015 Sebesar Rp 40,6 triliun, Indonesia merupakan Negara yang kaya akan bahan galian tambang. Bahan tambang atau galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara dan lain-lain. Timah misalnya, dengan produksi 78 ribu tontahun, Indonesia adalah penghasil timah nomor dua dunia. Nikel dengan produksi 96 ribu tontahun, Indonesia adalah penghasil nomor lima di dunia. Tembaga dengan 842 ribu tontahun adalah nomor lima http:www.beritasatu.com ekonomi237547-esdm-pnbp-sektor-pertambangan-2015- sebesar 406 triliun.html diakses pada tanggal 02 Januari 2016. Universitas Sumatera Utara dunia dan untuk batu bara dan emas Indonesia adalah nomor tujuh dunia. 2 2 Simon F. Sembiring, Jalan Baru Untuk Tambang: Mengalirkan Berkah Bagi Anak Bangsa Jakarta: Gramedia, 2009, hlm. 3. Bahan galian ini dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta kewajibannya untuk menggunakannya demi kemakmuran rakyat. Salah satu cita – cita hukum nasional dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 terdapat kalimat berbunyi “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dengan demikian penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam didalamnya harus dapat diselaraskan untuk mencapai tujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tercermin juga dalam ketentuan UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok pokok kemakmuran rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaaan tersebut harus diimbangi dengan bentuk pengelolaan yang baik, maka pengelolaan SDA harus berorientasi kepada konservasi SDA natural resource oriented untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan fungsi SDA, dengan menggunakan pendekatan yang bercorak komprehensif dan terpadu. Universitas Sumatera Utara Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum lingkungan karena setiap usaha pertambangan, apakah itu berkaitan dengan pertambangan umum maupun pertambangan minyak dan gas bumi diwajibkan untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap usaha pertambangan pasti menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Kelestarian lingkungan hidup sangat berdampak pada kehidupan manusia saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa generasi selanjutnya. Hukum lingkungan juga telah berkembang mengikuti perkembangan, bukan saja dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian dan kepastian bagi masyarakat sosial control dengan peran agent of stability, tetapi terlebih menonjol lagi sebagai sarana pembangunan a tool of sosial engineering dengan peran sebagai agent of development atau agent of change. 3 Hukum lingkungan juga menyangkut penetapan nilai-nilai, yaitu nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilai-nilai yang diharapkan di masa mendatang serta dapat disebut hukum yang mengatur tatanan lingkungan hidup. 4 Pengelolaan lingkungan hidup untuk kemajuan pembangunan dan perekonomian suatu negara berkaitan erat hubungannya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, melihat bagaimana pemenuhan kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan pemenuhan hak generasi yang akan datang. Menurut Otto Soemarwoto, pembangunan ini tidak bersifat serakah untuk kepentingan diri 3 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional Surabaya: Airlangga University Press, 1996, hlm. 1-2. 4 Ibid ., hlm. 2. Universitas Sumatera Utara sendiri, melainkan memperhatikan juga kepentingan anak cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya yang cukup dan lingkungan hidup yang sehat serta dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera. 5 Pembangunan berkelanjutan dibutuhkan sebagai bentuk konkret komitmen dunia untuk pembangunan berkelanjutan yang dapat diukur dan dievaluasi secara berkala. Ada beberapa prinsip penting yang digariskan oleh pembangunan berkelanjutan dan kemudian menjadi dasar penting bagi pembentukan hukum lingkungan. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip keadilan antargenerasi, prinsip keadilan intragenerasi, prinsip pencegahan dini, perlindungan keanekaan hayati, dan internasilisasi biaya lingkungan. Prinsip keadilan antargenerasi, didadasari pada gagasan bahwa generasi sekarang menguasai SDA yang ada di bumi ini adalah titipan untuk dipergunakan generasi yang akan datang. 6 Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan di Indonesia juga telah mempengaruhi pula gagasan pembentukan hukum pengelolaan SDA di Indonesia sejak 2000. Pemikiran mengenai pengelolaan SDA telah mendorong terbentuknya kebijakan makro pemerintah dalam bentuk TAP MPR No: IX2001 tentang Pembaharuan dan Pengelolaan SDA. 7 Penegakan hukum lingkungan dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan ini seharusnya sudah menjadi kesadaran setiap pribadi masyarakat di dunia. Melalui pengelolaan SDA yang baik, maka juga dapat menunjang 5 Otto Soemarwoto, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm. 7. 6 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 30. 7 Lihat : Perbandingan antara Arah Kebijakan PSDA di GBHN 1999 - 2004 dan TAP MPR Nomor IXMPR-RI2001,dapat dilihat dari http:bappenas.go.id index.phpdownload_file view 10676 6845. Universitas Sumatera Utara pembangunan nasional suatu negara. Hal ini yang menimbulkan berbagai perhatian serius yang ditunjukkan masyarakat akibat berbagai dampak negatif keberadaan sebuah perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan terhadap perusahaan untuk tidak berlebihan mengeksplorasi sumber daya alam, memproduksi produk yang berkualitas, melakukan perbaikan teknik dan proses produksi serta meminimalkan limbah beserta dampak limbah yang dihasilkan. Perusahaan dalam hal ini tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan pada kondisi keuangan perusahaan semata, namun dalam perkembangannya perusahaan juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan triple bottom line . Perusahaan tidak lagi sekedar menjalankan kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit keuntungan dalam menjaga kelangsungan usahanya, melainkan juga memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat sosial dan lingkungannya. 8 Indonesia merupakan salah satu produsen emas, tembaga dan batubara terpenting di dunia, karena itu pemerintah mengharapkan ekspor pertambangan di pasar global dapat menjadi penambah pendapatan negara dan menstabilkan nilai tukar asing serta mengontrol defisit. Peningkatan pendapatan negara hanya akan terjadi jika industri yang ada saat ini meningkatkan produksi atau profit. Selain memberikan profit yang cukup tinggi, kegiatan pertambangan yang dilakukan 8 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility Gresik : Fascho Publishing, 2007, hlm. 24. Universitas Sumatera Utara secara besar-besaran sebenarnya dapat mengubah bentang alam yang selain merusak tanah juga menghilangkan vegetasi yang berada di atasnya. Artinya, akan terjadi berbagai implikasi yang terkait dengan lingkungan. Peningkatan aktifitas pertambangan tentunya akan menambah kerusakan lingkungan yang sudah terjadi sebelumnya akibat eksploitasi pertambangan yang berlebihan. Pertambangan skala kecil hanya akan memberi input pencemaran lingkungan dibandingkan hasilnya. Kesulitan monitoring dan lemahnya pengaturan untuk pertambangan skala kecil ini akan mempercepat kerusakan lingkungan. Eksploitasi pertambangan yang berlebihan juga sangat sering terjadi pada pertambangan ilegal. Pertambangan ilegal, lebih tepatnya penggalian ilegal, pada umumnya dilakukan oleh masyarakat dengan peralatan yang sederhana, tidak berizin, tidak berwawasan lingkungan dan keselamatan serta melibatkan pemodal dan pedagang, Pada kasus tertentu, terdapat juga pertambangan ilegal yang dilakukan oleh perusahaan. Manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat memang secara langsung dapat secara instan diterima oleh penduduk sekitar tambang, seperti tersedianya lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan masyarakat, serta bergerak perekonomian daerah menjadi lebih cepat. Dibalik semua itu terdapat kerugian-kerugian yang cepat atau lambat nantinya dapat dirasakan penduduk sekitar. Kerugian tersebut seperti pemerintah tidak memperoleh pemasukan, kerusakan lingkungan, pemborosan SDA, tingginya Universitas Sumatera Utara resiko kecelakaan tambang, menjadi ajang oknum pencari keuntungan, dan lain- lain. 9 Penerapan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya adalah hal yang sifatnya berlawanan dengan kegiatan tambang yang dilakukan. Dalam prakteknya, kegiatan pertambangan secara alami berlawanan dengan apa yang diperjuangkan Pertambangan-pertambangan seperti itulah yang dapat merusak lingkungan sekitar tambang dan menyebabkan keborosan dari pemakaian sumber daya tambang. Upaya untuk mencegah atau meminimalisir kerusakan lingkungan hidup dari kegiatan pertambanganlah yang harus ditanamkan kepada setiap pengusaha atau oknum-oknum dibidang pertambangan. Serta sebagai SDA yang tak dapat diperbaharui, hendaklah dilakukan suatu penghematan terhadap sumber daya tambang. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga kelestariannya sehingga dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Dari permasalahan-permasalahan tersebutlah mengapa penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang krusial untuk dilakukan dibidang pertambangan. Penerapan konsep berkelanjutan pada kegiatan pertambangan yang pasti suatu saat akan berhenti akan sulit. Hal yang sudah umum diketahui bahwa cadangan baik mineral dan batubara, betapapun banyaknya, suatu saat akan ditambang mengingat sifatnya yang tidak dapat diperbaharui. Bahkan di beberapa pertambangan kecil dan menengah karena terbatasnya sumber daya tambang tersebut maka hanya dapat dilakukan sampai beberapa tahun saja. Sekali cadangan habis ditambang, maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut. 9 Pertambangan Ilegal di Indonesia dan Permasalahannya, http:iesr.or.id filesPertambangan 20Ilegal20di20Indonesia.pdf diakses pada tanggal 05 Januari 2016. Universitas Sumatera Utara oleh praktisi pembangunan berkelanjutan: kegiatan utamanya adalah memindahkan dan mengambil tanpa mengganti, dan aktivitasnya berdampak besar pada lingkungan setempat, belum lagi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap masyarakat di sekitar tambang. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan ini dirasakan sangat perlunya diterapkan oleh setiap penambang. Dalam industri pertambangan sedang digalangkan pertambangan berkelanjutan sebagai upaya dari penerapan prinsip ini didalam usaha pertambangan. Oleh karena itu, setiap aktifitas pertambangan harus memenuhi harapan sosial social expectations dan harus bekerjasama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya. Proses ini harus mulai dilakukan sejak masa-masa awal kegiatan pertambangan, bahkan sejak pembangunan tambang mulai direncanakan termasuk pertimbangan-pertimbangan dalam pemberian izin pertambangan, sebagai cara agar pihak perusahaan bisa mendapat izin sosial untuk beroperasi dari masyarakat. Pembangunan dibawah globalisasi untuk menjadi pembangunan yang berkelanjutan, tampaknya harus segera mendapatkan perhatian serius tidak hanya dari pakar dan pemerhati lingkungan belaka, tetapi juga harus melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses monitoring dan control terhadap pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pentingnya untuk sektor pertambangan dalam memperhatikan keberlanjutan tersebut yang tidak hanya dapat memajukan sektor ekonomi, tetapi melihat juga kepada dampak lingkungan dan masyarakat. Dalam hal ini diperlukannya pengaruh hukum sebagai pedoman penegasan dilaksanakannya penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan ini pada bidang Universitas Sumatera Utara pertambangan sebagai salah satu solusi untuk memajukan pembangunan pertambangan tanpa merusak lingkungan hidup dan untuk menimbulkan suatu kesadaran dan tanggung jawab dari para pihak baik negara, swasta, maupun masyarakat dalam menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan ini. Dari analisis tersebut selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan solusi dalam mengimplementasikan prinsip pembangunan berkelanjutan, karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul : “ Penerapan Prinsip Berkelanjutan Sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup Di Bidang Pertambangan Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Tinjauan Hukum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap Lahan Bekas Tambang Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara Juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pen

0 6 1

PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 4 12

SKRIPSI PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

2 10 13

PENDAHULUAN PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 26

PENUTUP PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 7

Tinjauan Yurudis Pertanggungjawaban Hasil Pemeriksaan dari Segi Hukum Sebagai Bagian dari Studi Kelayakan Dihubungkan dengan Penerbitan Ijin Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

1 1 34

PENAMBANGAN ILEGAL DI DESA JENDI KABUPATEN WONOGIRI BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 0 12

Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara - Repositori Universitas Andalas

0 0 87

PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ABSTRAK - PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BA

0 0 5