Prinsip – Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

menteripresiden dan juga pada peraturan-peraturan daerah. Adapun beberapa peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup lain diluar UUPPLH yang dilihat pemahaman prinsip pembangunan berkelanjutan adalah seperti pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Adipura. Pelaksanaan adipura ditujukan untuk membangun kepemimpinan pemerintah daerah dan mendorong masyarakat ikut berpartisipatif melestarikan dan mengelola lingkungan hidup untuk mewujudkan kota-kota yang berkelanjutan, baik secara ekologis, sosial dan ekonomi melalui penerapan tata pemerintahan yang baik. 94 Pembangunan berkelanjutan telah diwacanakan dalam beberapa pertemuan dan konfrensi internasional, pada hakikatnya semuanya itu merupakan upaya untuk memberikan perlindungan terhadap SDA dan lingkungan hidup sebagai Berdasarkan pemahaman yang kita dapat dari peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada walaupun berbeda penyebutan tetapi pada dasarnya apa yang menjadi focus pembangunan berkelanjutan tetaplah sama. Tujuan ini menunjukkan bahwa setiap peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, baik pusat maupun daerah difokuskan untuk pembangunan kota-kota yang berkelanjutan baik secara ekologis, sosial dan ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

C. Prinsip – Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

94 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Adipura, Pasal 2. Universitas Sumatera Utara salah satu dimensi persoalan fundamental yang mendasari pembangunan berkelanjutan. Indonesia dan negara-negara peserta konfrensi-konfrensi dan pertemuan tersebut berbeda pendekatan dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di negaranya. Konsep pembangunan berkelanjutan menurut pandangan teoritis seperti Sudharto P. Hadi, adalah merupakan konsep universal sehingga menjadi agenda bersama, meskipun action antar negara berbeda. Dengan mendasarkan pada Agenda 21 yang dihasilkan melalui KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro, menjabarkan bahwa pembangunan berkelanjutan menghendaki adanya perlindungan dan pemisahan bagi penduduk miskin, masyarakat lokal, demokrasi, transparansi dan perlindungan lingkungan hidup. 95 Prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan yang disepakati itu diterima dan menjadi referensi negara-negara. Beberapa prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut, adalah sebagai berikut : 96 Negara dalam hal ini harus melestraikan dan menggunakan lingkungan serta SDA bagi kemanfaatan generasi sekarang dan mendatang. 1. Prinsip keadilan antargenerasi intergenerational equity 97 95 Sudharto P. Hadi, Dimensi Hukum Pembangunan Berkelanjutan Semarang : BP Undip, 2002, hlm. 2. 96 Mas Achmad Santosa, “Aktualisasi Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam Sistem dan Praktik Hukum Nasional” , Jurnal Hukum Lingkungan, Tahun III, Jakarta 1996, hlm. 8. 97 N.H.T Siahaan I, Op.Cit., hlm. 149. Prinsip keadilan antargenerasi ini didasari pada gagasan bahwa generasi sekarang menguasai SDA yang ada di bumi adalah sebagai titipan in trust untuk dipergunakan generasi yang akan datang. Setiap generasi merupakan penjaga dari planet bumi ini untuk Universitas Sumatera Utara kemanfaatan generasi berikutnya dan sekaligus sebagai penerima manfaat dari generasi sebelumnya. 98 Konferensi internasional tentang lingkungan di Canberra, Australia, tahun 1994 atau lebih dikenal dengan sebutan Fenner Conference on The Environment, memberikan pedoman bahwa intergenerational equity sesungguhnya upaya untuk menjamin tersedianya kesempatan yang ekuivalen bagi generasi mendatang untuk memperoleh kesejahteraan. Tegasnya, generasi berikutnya tidak menanggung beban berat yang ditinggalkan generasi sekarang. 99 Elemen kunci yang melandasi prinsip intergenerational equity menurut Fenner Conference 1994, antara lain : 100 d. Generasi sekarang tidak dibenarkan meneruskan kepada generasi berikutnya SDA yang tidak dapat diperbarui nonrenewable secara pasti. Memperhatikan prinsip keadilan antar generasi dan beberapa elemen kuncinya tersebut, menjadi cukup urgensial dan beralasan karena dimensi a. Masyarakat di seluruh dunia antara satu generasi dengan generasi lainnya merupakan mitra. b. Generasi sekarang tidak memberikan beban eksernalistis pembangunan kepada generasi selanjutnya. c. Setiap generasi mewarisi kekayaan SDA serta kualitas habitat dan harus meneruskannya kepada generasi berikutnya yang memiliki peluang ekivalen baik secara fisik, ekologis, sosial maupun ekonomi. 98 Syamsuharya Bethan, Op. Cit., hlm. 94. 99 Mas Achmad Santosa, Op. Cit., hlm. 9. 100 Ibid. Universitas Sumatera Utara penekanan prinsip tersebut berupaya menciptakan harmoni keadilan yang tidak hanya dinikmati oleh suatu generasi, tetapi generasi berikutnya memiliki peluang yang sama besarnya untuk memperoleh keadilan. 101 Prinsip ini menurut Ben Boer, pakar hukum lingkungan dari Universitas Sydney, menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat dan tuntutan kehidupan lain dalam satu generasi memiliki hak untuk memanfaatkan sumber alam dan menikmati lingkungan yang bersih serta sehat. Keadilan antargenerasi dapat diartikan baik secara nasional maupun internasional. 2. Prinsip keadilan intragenerasi the principle of intragenerational equity 102 Pengelolaan secara nasional maksudenya pengelolaaan diterapkan dalam akses yang adil kepada SDA bersama, udara bersih, air bersih dalam sumber daya-air nasional dan laut territorial. Hal ini juga mengarah kepada masalah perlunya pembatasan-pembatasan pemerintah atas penggunaan milik-milik pribadi. Sedangkan pada tingkat internasional, keadilan intra generasi menyangkut kepada penerapan alokasi yang adil dari sistem udara, perairan dan sumber daya laut internasional. 103 Meski prinsip keadilan dalam satu generasi tersebut memberikan konstribusi positif untuk mendapatkan akses pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup secara adil, akibat ketidakadilan, kemiskinan dan ketidakpedulian masyarakatnya terhadap SDA dan lingkungan hidup dalam jangka panjang, 101 Syamsuharya Bethan, Op. Cit., hlm. 95. 102 N. H. T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Op.Cit., hlm. 148. 103 Ibid. Universitas Sumatera Utara cepat atau lambat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam satu generasi tersebut, karena ancaman kerusakan SDA memenuhi kebutuhan hidupnya. 104 Penerapan prinsip pencegahan dini di atas, setidaknya dilandasi oleh beberapa hal berikut: 3. Prinsip pencegahan dini precautionary principle Prinsip ini menyatakan bahwa tidak adanya temuan atau pembuktian ilmiah yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda upaya-upaya mencegah kerusakan lingkungan. 105 a. Evaluasi yang sungguh-sungguh untuk mencegah seoptimal mungkin kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan. b. Penilaian assessment dengan melakukan analisis risiko dengan menggunakan berbagai opsi options. Usaha pencegahan yang dinyatakan dalam pencegahan dini ini disatu sisi memiliki nilai positif karena dengan adanya prinsip ini maka dapat memulihkan konidisi lingkungan walaupun pemulihannya tidak dapat mengembalikan bentuk dan kondisinya sesuai dengan aslinya. Di sisi lainnya, dirasakan bahwa hal ini sudah tidak tepat karena membiarkan kerusakan lingkungan hidup secara terang- terangan tanpa berupaya lebih dini untuk mencegahnya. Prinsip pencegahan dini seringnya dijadikan sebagai upaya persiapan apabila terjadinya segala potensi, ketidakpastian, ataupun dengan dugaan kerusakan ketika tidak ada bukti yang tak terbantahkan bahwa kerusakan akan terjadi. 104 Syamsuharya Bethan, Op. Cit., hlm. 97. 105 Mas Achmad Santosa, Op. Cit., hlm. 10. Universitas Sumatera Utara 4. Prinsip perlindungan keragaman hayati biodeversity conservation Prinsip perlindungan keragaman hayati biodiversity conservation merupakan prasyarat dari berhasil tidaknya pelaksanaan prinsip keadilan antargenerasi intergenerational equity principle. Perlindungan keragaman hayati juga terkait dengan masalah pencegahan, sebab mencegah kepunahan jenis dari keragaman hayati diperlukan pencegahan dini. 106 Prinsip ini sangat terkait dengan prinsip pembangunan berkelanjutan lainnya. Hal ini bisa dilihat pada urgensi perlindungan keanekaragaman hayati, maka keanekaragaman hayati merupakan prasyarat berhasil atau tidaknya kita melaksanakan prinsip intergenerational equity. Prinsip ini juga sangat terkait dengan prinsip pencegahan dini dan merupakan prasyarat terwujudnya intragenerational equity . Dengan contoh, ketika masyarakat lokal mengalami kehilangan atau terputusnya jasa ekosistem akibat aktivitas pembangunan, sedangkan ekosistem tersebut adalah cara bertahan hidup mereka, maka tertutuplah akses mereka terhadap penghidupan dan kesejahteraan yang layak. 107 Penerapan prinsip internalisasi biaya lingkungan dapat dimaknai sebagai upaya memperhitungkan biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pelaku kegiatan ekonomi akibat timbulnya kerusakan lingkungan. Gagasan dasar dari prinsip ini adalah biaya lingkungan dan sosial harus diintegrasikan ke dalam 5. Prinsip internalisasi biaya lingkungan 106 F.X Adji Samekto, “Keterkaitan Kapitalisme dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Implementasi Konvensi Keanekaragaman Hayati dalam kajian Studi Hukum Kritis Critical Legal Studies”, Disertasi, Ilmu Hukum, pasca sarjana Undip, Semarang, 2004. 107 Iwan J. Azis, et al., Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Konstribusi Emil Salim Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010, hlm. 132. Universitas Sumatera Utara proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan SDA tersebut. 108 Rasio pentingnya penerapan prinsip ini dilatarbelakangi oleh penggunaan SDA yang merupakan kecenderungan atau reaksi dari dorongan pasar. Akibatnya, masyarakat tidak tewakili dalam komponen pengambilan keputusan untuk menentukan harga pasar tersebut. Masyarakat menjadi korban kerusakan lingkungan tidak memliki mekanisme untuk memaksa pelaku ekonomi membayar ganti kerugian akibat kerusakan lingkungan kecuali melalui pengadilan. Oleh sebab itu, sumber SDA yang biasanya open access harus diberi nilaiharga yang memadai, karena kecenderungan manusia atau badan hukum berorientasi positif menggunakannya secara berlebihan overuse. 109 108 Syamsuharya Bethan, Op. Cit., hlm. 102. 109 Mas Achmad Santosa, Op. Cit., hlm. 13. Gagasan prinsip internalisasi biaya dapat dikatakan juga bahwa biaya lingkungan dan biaya sosial barus diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber alam tersebut. Intrumen yang dapat digunakan meliputi pengaturan dengan larangan dan sanksi, charges, fees, leasing pungutan dan biaya sewa perizinan, mekanisme property right dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

D. Peranan dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Mengelola SDA dan Lingkungan Hidup

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Tinjauan Hukum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap Lahan Bekas Tambang Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara Juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pen

0 6 1

PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 4 12

SKRIPSI PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

2 10 13

PENDAHULUAN PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 26

PENUTUP PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 7

Tinjauan Yurudis Pertanggungjawaban Hasil Pemeriksaan dari Segi Hukum Sebagai Bagian dari Studi Kelayakan Dihubungkan dengan Penerbitan Ijin Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

1 1 34

PENAMBANGAN ILEGAL DI DESA JENDI KABUPATEN WONOGIRI BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 0 12

Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara - Repositori Universitas Andalas

0 0 87

PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ABSTRAK - PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BA

0 0 5