Pengelolaan Berkelanjutan Usaha Pertambangan

Potensi sektor pertambangan yang cenderung meningkat untuk berkembang pada masa mendatang akan semakin diarahkan bagi peningkatan ekonomi nasional serta peningkatan sistem yang mandiri, professional, dan tangguh terhadap pengaruh lingkungan global dan regional. Kondisi nasional sendiri menuntut beberapa hal, antara lain seperti penegakkan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, kepedulian terhadap lingkungan, pengembangan pola pengusahaan pertambangan, peningkatan sumber daya manusia, keterkaitan industri dengan pertambangan yang dapat saling menunjang, dan upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosail terutama bagi masyarakat lingkar tambang. 132 Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA tambang bahan galian yang terdapat di dalam bumi Indonesia. Perkembangan yang demikian diharapkan dapat menciptakan keselarasan antara perkembangan pembangunan nasional dan daerah. Keselarasan tersebut juga diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan lingkungan hidup wilayah sekitar tambang.

B. Pengelolaan Berkelanjutan Usaha Pertambangan

133 Pengertian bahan galian adalah setiap unsur-unsur kimia mineral- mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam. 134 132 Ibid., hlm. 208. 133 H. Salim HS, Op.Cit., hlm. 53. 134 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok- Pokok Pertambangan, Bab I, Pasal 2. Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam Universitas Sumatera Utara rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. 135 Usaha pertambangan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah semata-mata, tetapi dapat juga dilakukan oleh koperasi, badan atau perseorangan. Di dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan ditentukan bahwa pertambangan dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah, koperasi, badan atau perseorangan swasta, perusahaan dengan modal bersama antara negara danatau daerah dengan koperasi danatau badanperorangan swasta, pertambangan rakyat. Namun, di dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 9 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan ditentukan lembaga, badan usaha atau perseorangan yang dapat melakukan usaha pertambangan, khususnya bahan galian strategis dan vital. 136 Perusahaan tersebut harus yang berbentuk badan hukum dengan ketentuan bahwa perusahaan atau perseorangan swasta tersebut harus sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Perusahaan atau perseorangan swasta yang tidak memenuhi syarat tersebut tidak akan dapat memperoleh izin untuk melakukan usaha pertambangan. Pada dasarnya, kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh orang atau masyarakat atau badan hukum atau 135 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Bab I, Pasal 1 angka 6. 136 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pertambangan, Bab III, Pasal 6 sampai dengan Pasal 9. Universitas Sumatera Utara badan usaha, dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu illegal mining dan legal mining . 1. Kegiatan usaha pertambangan dengan izin legal mining Pengertian legal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau hukum. Legal mining merupakan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh badan usaha atau badan hukum didasarkan pada izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Salah satu bentuk izin itu, yaitu izin usaha pertambangan selanjutnya disebut IUP. IUP merupakan izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. 137 Izin usaha pertambangan merupakan izin yang diberikan kepada pemegang izin untuk melakukan dua kegiatan pertambangan. Kedua kegiatan pertambangan itu, meliputi : 138 137 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara, Bab I, Pasal 1 angka 7. 138 H. Salim HS, Op.Cit., hlm. 111. a. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. b. Pertambangan batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Izin yang dapat diberikan untuk dapat melakukan kedua kegiatan tersebut dibedakan menjadi dua jenis , yaitu : 1 IUP Eksplorasi Universitas Sumatera Utara IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan, yang meliputi : 139 IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi. IUP Operasi Produksi meliputi izin untuk kegiatan: a penyelidikan umum; b eksplorasi; dan c studi kelayakan. 2 IUP Operasi Produksi 140 Badan usaha, koperasi atau perorangan yang melakukan usaha pertambangan baru dapat melakukan kegiatan usahanya setelah mendapat IUP. Perizinan memiliki fungsi preventif dalam arti instrument untuk pencegahan a konstruksi; b penambangan; c pengolahan dan pemurnian; serta d pengangkutan dan penjualan. Berdasarkan UU Minerba ini, penetapan wilayah pertambangan dan penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara didasarkan pada tata ruang nasional. Penetapan wilayah pertambangan sangat penting pemerintah dalam menetapkan wilayah pertambangan berkonsultasi dengan dewan perwakilan rakyat. 139 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara, Pasal 1 angka 8. 140 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara, Pasal 1 angka 9. Universitas Sumatera Utara terjadinya masalah-masalah akibat kegiatan usaha. 141 Sejak adanya IUP, maka saat itu jugalah timbul hak dan kewajiban dari pemegang IUP. 142 Badan koperasi, usaha dan perseorangan yang melakukan usaha pertambangan wajib memenuhi persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan, dan persyaratan finansial. Persyaratan lingkungan dalam bidang pertambangan adalah kesanggupan untuk mematuhi peraturan pada bidang lingkungan hidup yaitu dalam UUPPLH sebagai acuannya. Dalam Pasal 22 UUPPLH dikatakan bahwa setiap usaha danatau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib memiliki AMDAL, kriteria mengenai kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan sendiri dapat dilihat dalam Pasal 23 UUPPLH. Hak yang dimiliki oleh pemilih IUP harus diseimbangkan dengan hak dari individu lainnya, karena setiap hak yang diberikan tidak boleh mengganggu hak dari subjek hukum lainnya. Hak yang diberikan juga tidak terlepas dari kewajiban yang harus dijalankan oleh si pemegang izin. Dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 94 UUPPLH telah diatur tentang hak dan kewajiban pemegang IUP. 143 141 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm.105. 142 H. Salim HS, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara Jakarta : Sinar Grafika, 2012, hlm.139. 143 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab V, Pasal 22 dan Pasal 23. AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab beberapa tujuan pokok yaitu memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih. AMDAL kegiatan pertambangan juga harus dapat memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta langkah- Universitas Sumatera Utara langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan implementasi proyek serta rencana penutupan tambang. 144 Selain AMDAL, terdapat juga instrument UKL-UPL yaitu setiap usaha yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL seperti yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1 UUPLH wajib memiliki UKL-UPL. 145 Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai dasar substansi pengaturan sistem perizinan terpadu lingkungan hidup dapat disinkronkan dengan pemberian izin usaha pertambangan kepada pelaku-pelaku usaha tambang agar dapat memiliki fungsi preventif. Maksudnya, izin usaha pertambangan dapat menjadi pencegah dini terjadinya masalah-masalah yang timbul akibat kegiatan usaha pertambangan. Seperti perubahan segmen-segmen tanah yang dapat timbul dari kegiatan pertambangan, ataupun mencegah sampai habisnya sumber daya galian. Padahal diketahui bersama bahwa sumber daya galian adalah termasuk .Setiap usaha danatau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UL wajib memiliki izin lingkungan. Pengaturan mengenai AMDAL, UKL-UP dan izin lingkungan dapat dilihat dalam UUPPLH. Izin lingkungan merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan. Integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam sistem perizinan khususnya bagi bidang-bidang yang mengekploitasi SDA dan lingkungan hidup, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan tidak mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk kebutuhan generasi yang akan datang. 144 Teknik Pertambangan dan Umum, http:adinegoromining.blogspot.co.id 201105 AMDAL-analisa-mengenai-dampak.html diakses pada tanggal Minggu 18 Maret 2016. 145 Republik Indoneisia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab V, Pasal 34. Universitas Sumatera Utara SDA yang tak terbarukan. Dalam hal ini lah perlunya diperketat pemberian izin usaha pertambangan agar dapat mencegah dan mengurangi dampak-dampak negatif yang timbul dari kegiatan pertambangan. Pemerintah juga sebagai pengawas dengan adanya instrument perizinan dapat lebih mudah dalam mengawasi pelaku-pelaku usaha di bidang pertambangan dalam mengelola sumber daya galian tersebut. Sehingga, sektor pertambangan tetap dapat terus berkelanjutan dan berkonstribusi dalam pembangunan nasional dan daerah. 2. Usaha pertambangan tidak berizin illegal mining Pertambangan tanpa izin illegal mining merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang atau masyarakat tanpa adanya izin dari pejabat yang berwenang. Segala aktivitas pertambangan yang tidak taat dengan hukum dapat dikategorikan sebagai illegal mining. Pada dasarnya, legal dan ilegal tidak hanya dikategorikan pada ada tidak adanya izin, karena yang berizin pun berpotensi melakukan illegal mining dalam bentuk lain yang dikriminalisasi dalam UU Minerba tidak pula hanya terbatas pada pelanggaran regulasi peraturan pertambangan saja dikatakan illegal mining, tetapi juga pelanggaran terhadap regulasi lain yang terkait pertambangan, seperti regulasi kehutanan dan lingkungan hidup. 146 Secara substansial kegiatan usaha pertambangan tanpa izin selanjutnya disebut PETI memberikan konstribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah-wilayah tersebut, kebanyakan operasi PETI mengabaikan kerusakan lingkungan dan keselamatan pekerjanya. Maraknya pertumbuhan PETI 146 Opini : Illegal Mining, http:bangka.tribunnews.com20140306opini-illegal-mining, koran Tribun Bangka diakses pada tanggal 20 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara tidak saja pada bahan galian emas tetapi juga batubara, bahkan juga berada di sekitar wilayah pertambangan dengan izin usaha pertambangan sehingga tidak jarang menimbulkan konflik. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM dan hasil pengawasan lapangan oleh Pemerintah Daerah, Tahun 2013, terdapat kejadian pertambangan tanpa izin, yaitu terjadi di wilayah 13 perusahaan kontrak karya, terjadi di wilayah 6 perusahaan pemegang IUP. 147 Perkembangan PETI dirasa sudah cukup mengkhawatirkan karena hal ini juga dapat menimbulkan terjadinya perdagangan produk pertambangan di pasar-pasar gelap black market trading, yang dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap penghindaran pajak resmi penjualan produk pertambangan. 148 Berkembangnya pertambangan tanpa izin di Indonesia kemungkinan disebabkan beberapa faktor, antara lain seperti karena anggapan bahwa pertambangan tersebut usaha turun temurun karena sejak lama telah dilakukan penambangan sumber alam galian tersebut, modal usaha yang terbatas dan cara penambangan masih menggunakan cara tradisional, kemudahan pemasaran produk galian, lemahnya pemahaman hukum pelaku PETI, pelaku usaha beranggapan pengurusan izin usaha pertambangan melalui jalur birokrasi yang rumit dan memakan waktu lama. 149 147 Pertambangan Illegal dan Potensi Kerugian Rakyat , Adapun keberadaan PETI juga memiliki dampak positif seperti menyediakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja bagi kegiatan yang mendukung usaha pertambangan, meningkatkan perekonomian di https:www.google.com search?q=pertambangan+illegal+dan+kerugian+rakyatie=utf-8oe=utf-8 diakses pada tanggal 20 Maret 2016. 148 Danny Z. Herman, “Pertambangan Tanpa Izin PETI dan Kemungkinan Alih Status Menjadi Pertambangan Skala Kecil”. Buletin Sumber Daya Geologi, Vol. 1 Nomor 2, 2006, hlm. 70. 149 Ibid. Universitas Sumatera Utara sekitar wilayah lingkar tambang, meskipun berkonotasi tidak resmi dan tidak dijamin keberlangsungan kegiatan tambangnya. Penanggulangan PETI perlu dilakukan atau diupayakan solusi terbaiknya karena kegiatan ini juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif yang dirasa cukup merugikan negara. Adapun dampak negatifnya seperti kehilangan penerimaan negara dari sektor pertambangan, tidak mengindahkan tata cara pertambangan yang baik sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, tidak mengindahkan keselamatan kerja, iklim investasi menjadi tidak kondusif, pemborosan SDA. Dengan terjadinya pemborosan alam maka keberlanjutan hasil tambang juga tidak akan terjamin buat ke depannya. Apabila hasil galian sudah habis maka lapangan pekerjaan yang terbentuk karena adanya usaha tambang otomatis akan ikut terhenti. Berhenti aktivitas tambang dan aktivitas usaha yang mendukun tambang sebelumnya akan berdampak juga terhadap perekonomian daerah sekitar tambang. Perekonomian sekitar PETI akan kembali ke awal dimana sebelum aktivitas tambang terjadi, dan ketidakmandirian yang disebabkan dari aktivtas PETI dapat menyebabkan keterpurukan dari para penambang yang sebelumnya bekerja di PETI tersebut. Kinerja yang buruk dari pertambangan ilegal akan membuat sektor pertambangan mendapat kecaman. Tidak adanya persyaratan lingkungan hidup yang jelas akan membuat investor sulit mendapat dana di pasar modal internasional. Hal tersebut akan membuat investor harus menerima kritikan karena dianggap tidak menjalankan tanggung jawab dengan baik. 150 150 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 35. Universitas Sumatera Utara Mengingat dilema PETI yang masih berlanjut, maka kebijakan penanggulangan PETI sebaiknya diarahkan dengan pendekatan sosial kemasyarakatan seiring dengan penegakan hukum. Dengan kata lain, bagaimana kepentingan masyarakat dapat diakomodasikan secara proporsional tanpa mengabaikan prinsip-prinsip praktek pertambangan yang baik dan benar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghimbau agar para penambang tanpa izin dapat menjadi pertambangan skala kecil berizin atau usaha tambang rakyat sehingga diterapkannya praktek pertambangan yang baik dan benar melalui izin- izin usaha pertambangan dan instrumen pengelolaan SDA. Sehingga terjadi keseimbangan lingkungan dan tata ruang wilayah ruang tambang, berkelanjutannya sumber daya daya alam tambang, serta dapat memberikan kosntribusi bagi kepentingan pembangunan sosial ekonomi khususnya bagi daerah.

C. Penerapan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Tinjauan Hukum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap Lahan Bekas Tambang Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara Juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pen

0 6 1

PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 4 12

SKRIPSI PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

2 10 13

PENDAHULUAN PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 26

PENUTUP PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 7

Tinjauan Yurudis Pertanggungjawaban Hasil Pemeriksaan dari Segi Hukum Sebagai Bagian dari Studi Kelayakan Dihubungkan dengan Penerbitan Ijin Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

1 1 34

PENAMBANGAN ILEGAL DI DESA JENDI KABUPATEN WONOGIRI BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 0 12

Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara - Repositori Universitas Andalas

0 0 87

PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ABSTRAK - PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BA

0 0 5