13
2.1.4 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih
Menurut Stoller 2008, ada beberapa teknik dan intervensi yang dapat dilakukan pada pengeluaran batu, diantaranya:
1. Observasi konservatif
Kebanyakan batu yang berada di ureter bisa lolos dan dikeluarkan tanpa perlu dilakukan intervensi. Keluarnya batu secara spontan sangat
bergantung kepada ukuran batu, bentuk batu, lokasi terbentuknya batu, dan ada tidaknya hubungan dengan edema pada saluran ureter. Ukuran
batu 4-5 mm memiliki peluang 40-50 untuk secara spontan dikeluarkan. Sebaliknya batu yang ukurannya 6 mm memiliki peluang
5 untuk keluar secara spontan. Rata-rata batu akan keluar dalam kurun waktu 6 minggu sejak timbulnya gejala. Batu ureter yang berada
di bagian distal ureter menunjukkan peluang keluar secara spontan sebesar 50. Namun pada bagian tengah dan proksimal ureter sebesar
25 dan 10. 2.
Penggunaan bahan disolusi Dissolution Agents Metode ini dapat dilakukan, seperti mengasamkan dan membasakan
urin, namun sangat bergantung kepada luas permukaan batu, tipe batu, volume cairan irigasi, dan cara intervensinya.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ESWL
Secara teori, teknik ini didasarkan pada pemecahan batu menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil sehingga dapat dikeluarkan secara
spontan melalui urin dengan gelombang kejut yang diberikan dari luar tubuh dan difokuskan secara lokal pada batu.
4. Ekstraksi batu dengan uteroskopi
Dengan menggunakan kaliber uteroskopi ukuran kecil dan mengembangkan balon sehingga mendilatasi saluran ureter agar batu
dapat keluar, namun teknik ini hanya memiliki tingkat keberhasilan tinggi pada batu yang terbentuk di distal ureter saja.
Universitas Sumatera Utara
14
5. Percutaneous Nephrolithotomy PCNL
Suatu teknik operasi secara perkutan yang dilakukan untuk mengevakuasi batu ginjal dan batu ureter yang terbentuk di proksimal
ureter dengan ukuran yang lebih besar 2,5 cm, dan merupakan terapi alternatif jika tidak berhasil dengan terapi ESWL.
6. Operasi terbuka
Metode ini merupakan metode klasik yang banyak digunakan untuk mengevakuasi batu, namun angka morbiditas sangat tinggi akibat
perlakuan ini. 2.2
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy 2.2.1
Prinsip Kerja
Batu ginjal dan ureter dipecahkan menjadi fragmen-fragmen kecil dengan suatu gelombang kejut shock wave sehingga pada akhirnya akan dikeluarkan
secara spontan. Keberhasilan utama dari terapi ESWL adalah pemecahan batu hingga menjadi fragmen yang lebih kecil dari ukuran 1 mm, sehingga dapat keluar
dengan spontan dan tidak membuat nyeri pada saluran kemih saat miksi Hanafiah, 2006.
Tujuan utama dari alat pemecah batu dengan gelombang kejut ini adalah pemfokusan pada suatu titik lokasi terbentuknya batu. Suatu energi dengan
amplitudo tinggi diarahkan dari luar tubuh pasien melalui media air, bukan melalui udara Hanafiah, 2006.
Menurut Hanafiah 2006, ada 4 komponen dasar pada mesin pemecah batu gelombang kejut, diantaranya adalah:
1. Sumber energi generator gelombang kejut; gelombang kejut ini
dihasilkan oleh electrohydraulic waves, piezoeletric waves, atau electromagnetic waves.
2. Mesin pemfokus; pemecah batu dengan gelombang kejut ini
membutuhkan satu alat pemfokus untuk dapat mengarahkan gelombang energi ke suatu titik lokasi dimana terdapat batu, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya proses pemecahan batu.
Universitas Sumatera Utara
15
3. Alat pencitraan; seperti fluoroskopi dan ultrasonography USG
digunakan untuk melihat lokasi batu sehingga penembakan gelombang kejut ini bisa tepat sasaran.
4. Alat pendeteksi; digunakan untuk menginformasikan bahwa
gelombang kejut yang ditembakkan menembus lapisan kulit, melewati jaringan viseral dan menuju ke batu. Alat yang sekarang dipakai adalah
suatu wadah berisi sedikit air untuk memberikan adanya kontak udara terhadap kulit pasien.
Gambar 2.4. Pasien yang menjalani Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy Sumber: Hanafiah, A.N.M., 2006. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy.
Ministry of Health Malaysia: Technology Review. Terapi ESWL biasanya dimulai dengan gelombang listrik yang rendah
kemudian perlahan ditingkatkan sampai mencapai nilai maksimum 4000 dalam waktu 60-90 menit. Nilai rerata tembakan per sesinya adalah diantara 3000-4000.
Sedasi dengan diazepam dan petidin biasanya diberikan sebelum tindakan. Selama sesi terapi, furosemid dan cairan intravena diberikan pada pasien. Pada pasien anak-
anak, anestesi total diperlukam Awad et al., 2014. Frekuensi gelombang kejut yang direkomendasikan pada guidelines yang
dikeluarkan oleh EAU 2014 adalah 1.0 – 1.5 Hz.
Menurut Ferrandino et al. dalam buku Campbell-Walsh Urology Tenth Edition 2012, ada 3 jenis generator penghasil gelombang kejut yang dikenal,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
16
1. Generator Elektrohidraulik Electrohydraulic Generator
Suatu gelombang kejut yang ditembakkan melengkung melalui suatu pemendar gelombang di bawah air. Voltase tinggi diberikan pada dua
elektroda yang posisinya berlawanan 1 mm satu sama yang lain. Tembakan ini difokuskan pada titik dimana elektroda yang ditempatkan
pada salah satu titik fokus yang berbentuk lonjong dan titik fokus lainnya merupakan sisi targetnya batu ginjal.
2. Generator Elektromagnetik Electromagnetic Generator
Dapat menghasilkan gelombang kejut yang datar atau berbentuk silindris; gelombang yang datar difokuskan oleh lensa akustik,
sedangkan yang berbentuk silindris akan dipantulkan oleh suatu pemantul dan diubah menjadi gelombang yang difokuskan. Gelombang
ini akan memberikan tekanan gelombang magnetik melalui media air dan difokuskan pada batu.
3. Generator Piezoelektrik Piezoelectric Generator
Generator ini dibentuk oleh beberapa elemen kecil, berkutub, polikristalin dan barium titanat yang dapat menghasilkan gelombang
bertekanan tinggi. Elemen piezoelektrik ini biasanya disusun didalam piringan yang berbentuk lengkung untuk menghasilkan gelombang
konvergen yang dapat difokuskan. Pasien harus dievaluasi setelah beberapa hari untuk melihat fragmen-
fragmen batu yang pecah. Jika masih terlihat fragmen batu yang tersisa, maka diperlukan terapi penembakan untuk sesi berikutnya, hingga mencapai 5 sesi. Jika
setelah 5 sesi masih belum ada hasil yang sempurna, maka pelaksanaan ESWL dinyatakan gagal Awad et al., 2014.
2.2.2 Indikasi