34
Malik Medan adalah sebanyak 163 orang pasien di tahun 2013 dengan kelompok usia 41-50 tahun lebih banyak yakni sebesar 28,2 dan sebesar 39,5 di tahun
2014 dari total 185 orang pasien. Kemudian disusul kelompok usia 51-60 tahun sebesar 25,8 2013 dan 29,2 2014. Usia rerata pasien pada penelitian ini
adalah 44,2 tahun. Hasil yang hampir serupa menunjukkan bahwa usia pertengahan abad lebih sering menderita batu saluran kemih yakni pada penelitian di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya oleh Ridha dan Soebadi 2014 yang menunjukkan bahwa usia rerata pasien adalah 47,8 tahun. Pearle dan Lotan 2012 menyatakan bahwa batu
saluran kemih sangat jarang terbentuk pada usia dibawah 20 tahun namun meningkat insidensinya pada dekade 40 sampai 60 tahun usia kehidupan.
5.2.2 Jenis Kelamin
Untuk distribusi berdasarkan jenis kelamin, didapati bahwa persentase pasien berjenis kelamin laki-laki 55,8 lebih tinggi daripada persentase pasien
berjenis kelamin perempuan 44,2. Demikian juga pada tahun 2014 menunjukkan persentase pasien berjenis kelamin laki-laki 64,9 lebih tinggi
daripada perempuan 35,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Pearle dan Lotan 2012 yang menunjukkan bahwa ratio perbandingan pasien berjenis kelamin laki-
laki yang menderita batu saluran kemih bisa lebih tinggi 2 sampai 3 kali lipat daripada perempuan.
Menurut Stoller 2008 dan Well et al. 2012, salah satu faktor resiko terbentuknya batu saluran kemih bergantung pada lingkungan dan pekerjaan
individu yang sering melakukan aktifitas di luar ruangan pada suhu dan cuaca yang panas, hal ini mengakibatkan terjadinya pengeluaran cairan yang berlebihan oleh
karena proses berkeringat sehingga lebih sering mengalami dehidrasi.
5.2.3 Jumlah Batu
Jika ditinjau dari distribusi berdasarkan jumlah batu, didapati bahwa batu yang berjumlah 1 buah atau tunggal pada pasien batu saluran kemih jumlahnya
lebih banyak daripada batu dengan jumlah multipel lebih dari 1 buah. Pada tahun 2013, persentase jumlah batu tunggal mencapai angka 76,7, diikuti jumlah batu
dua buah sebesar 22,1. Demikian juga pada tahun 2014, persentase batu tunggal sebesar 80,5 dan diikuti dengan jumlah batu dua buah adalah 18,9. Dan dari
Universitas Sumatera Utara
35
hasil ini didapatkan total batu yang diterapi pada tahun 2013 adalah sebanyak 203 buah dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 224 buah.
5.2.4 Lokasi Batu
Pada distribusi berdasarkan lokasi batu, hasil menunjukkan bahwa 3 lokasi tersering batu yang dihancurkan dengan tindakan ESWL adalah di bagian Lower
Calix, Medium Calix, dan Renal Pelvis yang merupakan lokasi di dalam organ ginjal, bukan di ureter. Dengan distribusi di tahun 2013 adalah Lower Calix
35,5, Medium Calix 22,7, dan Renal Pelvis 25,1. Di tahun 2014 distribusinya adalah Renal Pelvis 31,7, Lower Calix 27,7 dan Medium Calix
14,7. Data ini juga sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa angka kejadian batu ginjal lebih banyak daripada batu ureter, seperti pada penelitian Al-Marhoon et al. 2013 yakni dengan persentase batu
ginjal sebesar 85 dan batu ureter sebesar 15. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Joshi et al. 2014.
Torricelli et al. 2015 menyebutkan bahwa ada 3 faktor penentu utama keberhasilan dari tindakan ESWL, salah satunya ada lokasi terbentuknya batu, dan
yang lainnya adalah ukuran dan jumlah batu. Oleh karena itu lebih direkomendasikan lokasi batu terbentuk di ginjal untuk menjalani terapi ESWL
daripada batu yang terdapat di ureter.
5.2.5 Ukuran Batu
Pada distribusi berdasarkan ukuran batu, terdapat perbedaan pada tahun 2013 dan 2014. Data menunjukkan bahwa ukuran batu terbanyak di tahun 2013
adalah ukuran 11-20 mm dengan persentase sebesar 53,7, namun di tahun 2014 ukuran batu yang paling banyak adalah dengan ukuran 5-10 mm yang memiliki
persentase sebesar 54. Dan hasil ini sesuai dengan penelitian Ferrandino et al. 2012 yang menyatakan bahwa pelaksanaan terapi ESWL sangat tepat pada
individu dengan ukuran batu dibawah 2 cm, walaupun terbaik pada ukuran batu yang kurang atau sama dengan 1 cm, karena peluangnya besar untuk mencapai
status bebas batu.
Universitas Sumatera Utara
36
Penelitian yang dilakukan oleh Torricelli et al. 2015 menyebutkan bahwa terapi ESWL masih menjadi lini pertama untuk terapi batu ginjal ukuran
dibawah 2 cm, dengan angka keberhasilan berkisar antara 33-91. Walaupun ada beberapa studi menyebutkan bahwa ESWL sering juga dilakukan pada pasien yang
memiliki ukuran batu diatas 2 cm, namun angka keberhasilan lebih rendah dan juga memerlukan beberapa kali sesi penembakan.
5.2.6 Tingkat Kesakitan