9
wanita, terutama pada saat kehamilan. Kondisi alkalosis akan meningkatkan ekskresi sitrat.
7. Magnesium
Konsumsi diet magnesium yang rendah berhubungan dengan peningkatan insidensi terbentuknya batu saluran kemih. Magnesium
merupakan komponen dari batu struvit. Namun mekanisme pasti hubungan magnesium dengan proses pembentukan batu masih belum
diketahui. Konsumsi suplemen magnesium juga tidak dapat mencegah proses pembentukan batu.
8. Sulfat
Sulfat dapat membantu mencegah pembentukan batu dengan berikatan dengan kalsium sehingga menghalangi proses pembentukan kalsium
dengan ion lainnya.
Walaupun sudah ditemukannya ion inhibitor untuk mencegah terbentuknya batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat yaitu sitrat, namun belum
diketahuinya ion inhibitor yang memengaruhi kristalisasi batu asam urat Pearle dan Lotan, 2012.
2.1.3 Jenis Batu Saluran Kemih
Dalam guidelines yang dikeluarkan European Association of Urology EAU pada tahun 2014, dikelompokkan batu saluran kemih berdasarkan etiologi
penyebabnya, antara lain: infeksi, non-infeksi, penyebab genetik, dan efek samping obat.
Stoller 2008 mengelompokkan batu saluran kemih menjadi dua golongan, yaitu:
1. Batu kalsium
2. Batu non-kalsium struvit, asam urat, Cystine, Xantine, Indinavir.
Menurut Pearle dan Lotan dalam buku Campbell-Walsh Urology Tenth Edition 2012, klasifikasi batu pada saluran kemih atas dengan faktor pemicunya
antara lain:
Universitas Sumatera Utara
10
Tabel 2.2. Klasifikasi batu berdasarkan etiologi Batu non-infeksi
Calsium oxalate Calsium Phosphate
Urid acid
Batu infeksi
Magnesium ammonium phosphate Carbonate apatite
Ammonium urate
Genetik
Cystine Xanthine
2,8-dihydroxyadenine
Batu obat Sumber: Turk, C., Knoll, T., Petrik, A. et al., 2014. Guidelines on Urolithiasis.
European Assosiation of Urology. a.
Batu kalsium i.
Hiperkalsiuria; didefinisikan sebagai ekskresi kalsium dalam urin yang melebihi 4 mgkghari atau lebih dari 7 mmolhari pada laki-
laki dan 6 mmolhari pada perempuan. ii.
Hiperoksaluria; penyebabnya adalah gangguan tahapan biosintesis hiperoksaluria primer, malabsorpsi saluran cerna yang disebabkan
oleh inflammatory bowel disease, dan konsumsi oksalat yang tinggi. iii.
Hiperurikosuria; didefinisikan sebagai kadar asam urat dalam urin yang melebihi 600 mghari. Penyebabnya adalah konsumsi purin
yang tinggi dan penyakit yang didapat atau herediter. iv.
Hipositraturia; keseimbangan asam basa sangat berpengaruh besar terhadap ekskresi sitrat dalam urin, seperti asidosis metabolik akan
mengurangi kadar sitrat dalam urin. Sebaliknya, pada keadaan alkalosis kadar sitrat dalam urin akan meningkat, diikuti peningkatan
kadar hormon paratiroid, estrogen, growth hormone, dan vitamin D. v.
pH urin yang rendah; segala gangguan yang mengakibatkan penurunan pH urin akan memicu terbentuknya batu.
Universitas Sumatera Utara
11
vi. Asidosis tubular ginjal Renal Tubular Acidosis; ditandai dengan
kerusakan tubular ginjal dalam sekresi ion hidrogen atau reabsorpsi bikarbonat.
b. Batu asam urat
Gambar 2.2. Patofisiologi dan etiologi pembentukan batu asam urat Sumber: Pearle, M.S. dan Lotan, Y., Urinary Lithiasis: Etiology, Epidemiology,
and Pathogenesis. Dalam: Wein et al., eds. 2012. Campbel-Walsh Urology. Tenth Edition. USA: Elsevier Saunders, h. 1277.
c. Batu sistin
Beberapa faktor dapat memengaruhi kelarutan sistin termasuk konsentrasi sistin, pH, ikatan ionik, dan makromolekul urin.
d. Batu infeksi
Komposisi utama batu infeksi adalah magnesium amonium, fosfat heksahidrat MgNH
4
PO
4
• 6H
2
O dan dapat terkandung kalsium fosfat dalam pembentukan karbonat apatit Ca
10
[PO
4
]
6
• CO
3
. e.
Batu lainnya i.
Xanthine dan Dihydroxyadenine Stones ii.
Ammonium Acid Urate Stones iii.
Matrix Stones Batu asam urat
Volum urin rendah
pH urin rendah
Hiperurikosuri a
Diare
Diet protein hewani tinggi
Peny. Gout ObesitasResistensi insulin
Kelainan Mieloproliferatif
Obat Urikosuria
Kelainan kongenital
Universitas Sumatera Utara
12
f. Batu oleh karena obat-obatan
i. Secara langsung: Indinavir stones, Triamterene stones,
Guaifenesin, Ephedrine, dan Silicate stones. ii.
Secara tidak langsung: kortikostreoid, vitamin D, dan jenis antasida yang mengikat fosfat.
Gambar 2.3. Kristal urin Sumber: Ferrandino, M.N., Pietrow, P.K., dan Preminger, G.M., Evaluation and
Medical Management of Urinary Lithiasis. Dalam: Wein et al., eds. 2012. Campbel-Walsh Urology. Tenth Edition. USA: Elsevier
Saunders, h. 1290.
Keterangan:
A. Apatite
B. Struvit
C. Kalsium oksalat dehidrat
D. Kalsium oksalat monohidrat
E. Sistin
F. Ammonium acid urate
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.4 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih