25
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, dengan desain penelitian potong lintang cross sectional, yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran sesaat terhadap data rekam medis pasien yang menjalani terapi ESWL yang tercatat di rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2014 dua tahun.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Pengumpulan dan pencatatan data dalam penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yakni pada bulan Oktober 2015.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit tipe A, yakni rumah
sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas, dan merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan
sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemologi khususnya di provinsi Sumatera Utara. Selain itu RSUP H. Adam Malik Medan
juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan sehingga memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data untuk penelitian ini.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa batu saluran kemih yang menjalani terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ESWL di
RSUP H. Adam Malik Medan dari mulai tahun 2013 hingga 2014.
Universitas Sumatera Utara
26
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah metode total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.3.3.1 Kriteria Inklusi
Seluruh pasien yang menjalani terapi ESWL yang tercatat dalam rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari 2013 sampai Desember
2014.
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi
Yang menjadi kriteria eksklusi adalah data rekam medis yang tidak lengkap
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1 Jenis Data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah berasal dari data sekunder. Data yang digunakan merupakan sumber informasi yang diperoleh dari
rekam medis hasil pelaksanaan terapi ESWL di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari 2013 sampai Desember 2014.
4.4.2 Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan merupakan data rekam medis pasien yang menjalani terapi ESWL di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Data tersebut kemudian dicatat dan dikelompokkan sesuai variabel yang digunakan.
4.4.3 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu dimulai dari editing, coding, entry, cleaning data, dan saving. Langkah pertama adalah editing,
dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Kedua adalah coding, yaitu data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer. Ketiga adalah entry, yaitu data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer. Kemudian yang keempat adalah
Universitas Sumatera Utara
27
cleaning data, yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data. Dan yang terakhir
adalah saving, data kemudian disimpan dan siap dianalisa. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dan dikelompokkan agar dapat diolah menggunakan program
SPSS sesuai dengan tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUP HAM Medan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan
Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah yang masuk dalam kategori Rumah Sakit Kelas
A. Berdasarkan SK Menkes RI No. HK.02.02MENKES3902014 tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional, RSUP
H. Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit di bagian Regional Barat yang merupakan Rumah Sakit Rujukan Nasional. Selain itu RSUP H. Adam Malik
Medan ini juga merupakan jenis Rumah Sakit Pendidikan sehingga memudahkan peneliti untuk dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini.
5.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari
2013 sampai Desember 2014. Jumlah seluruh data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah
sebanyak 163 data dari total sebanyak 229 data rekam medis pada tahun 2013 dan 185 data dari total sebanyak 199 data rekam medis pada tahun 2014.
Variabel data rekam medis yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, jumlah batu, lokasi batu, ukuran batu, tingkat kesakitan, lama pelaksanaan, shock
wave rate, dan stone free rate.
5.1.2.1 Distribusi Berdasarkan Usia
Distribusi data berdasarkan usia pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia No.
Kelompok Usia
2013 2014
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. 10-20
10 6,1
1 0,5
2. 21-30
14 8,6
15 8,1
3. 31-40
14 8,6
23 12,4
4. 41-50
46 28,2
73 39,5
5. 51-60
42 25,8
54 29,2
6.
61-70
28 17,2
15 8,1
7. 70
9 5,5
4 2,2
Total 163
100 185
100
Dalam Tabel 5.1, diketahui bahwa pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL terbanyak berada pada kelompok usia 41-50 tahun baik
pada tahun 2013 yaitu sebanyak 46 orang 28,2 maupun pada tahun 2014 sebanyak 73 orang 39,5, diikuti kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 42 orang
25,8 pada tahun 2013 dan 54 orang 29,2 pada tahun 2014.
5.1.2.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi data berdasarkan jenis kelamin pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin 2013
2014 Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase
1. Laki-laki
91 55,8
120 64,9
2. Perempuan
72 44,2
65 35,1
Total 163
100 185
100
Berdasarkan Tabel 5.2, diketahui bahwa pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki baik pada
tahun 2013 maupun 2014 yaitu sebanyak 91 orang 55,8 dan 120 orang 64,9.
Universitas Sumatera Utara
30
Sisanya yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 72 orang 44,2 pada tahun 2013 dan 65 orang 35,1 pada tahun 2014.
5.1.2.3 Distribusi Berdasarkan Jumlah Batu
Distribusi data berdasarkan jumlah batu yang terbentuk pada pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Batu No.
Jumlah Batu 2013
2014 Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase
1. 1
125 76,7
149 80,5
2. 2
36 22,1
35 18,9
3. 3
2 1,2
1 0,5
Total 163
100 185
100 Total Batu
203 buah 224 buah
Berdasarkan Tabel 5.3, diketahui persentase terbanyak adalah dengan jumlah batu satu buahtunggal yaitu sebanyak 125 dari 163 orang 76,7 pada
tahun 2013 dan 149 dari 185 orang 80,5 pada tahun 2014.
5.1.2.4 Distribusi Berdasarkan Lokasi Batu
Distribusi data berdasarkan lokasi terbentuknya batu pada pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat
dilihat pada Tabel 5.4 . Diketahui bahwa kebanyakan pasien yang menjalani tindakan ESWL
mempunyai kasus terbanyak dengan lokasi batu di Lower Calix dengan jumlah batu sebanyak 72 buah 35,5 pada tahun 2013. Kemudian diikuti oleh lokasi batu di
Renal Pelvis sebanyak 51 buah 25,1 dan Medium Calix sebanyak 46 buah 22,7. Namun pada tahun 2014, lokasi batu yang terbanyak adalah yang
terbentuk di Renal Pelvis, yaitu dengan kasus sebanyak 71 buah 31,7. Kemudian diikuti oleh lokasi batu di Lower Calix sebanyak 62 buah 27,7 dan Medium
Calix sebanyak 33 buah 14,7.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lokasi Batu No.
Lokasi Batu 2013
2014 Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase
1. Upper Calix
13 6,4
16 7,1
2. Medium Calix
46 22,7
33 14,7
3. Lower Calix
72 35,5
62 27,7
4. Renal Pelvis
51 25,1
71 31,7
5. Uretero-Pelvic-
Junction 13
6,4 27
12,1 6.
Lumbar Ureter 6
3,0 14
6,3 7.
Iliac Ureter 2
1,0 1
0,4
Total 203
100 224
100 5.1.2.5 Distribusi Berdasarkan Ukuran Batu
Distribusi data berdasarkan ukuran batu yang terbentuk pada pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ukuran Batu No.
Ukuran Batu 2013
2014 Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase
1. 5-10 mm
81 39,9
121 54,0
2. 11-20 mm
109 53,7
93 41,5
3. 20 mm
13 6,4
10 4,5
Total 203
100 224
100
Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa ukuran batu tersering adalah dengan ukuran 11-20 mm yaitu sebanyak 109 kasus 53,7 pada tahun 2013.
Namun pada tahun 2014, terbanyak adalah dengan ukuran 5-10 mm yaitu sebanyak 121 kasus 54.
5.1.2.6 Distribusi Berdasarkan Tingkat Kesakitan
Distribusi data berdasarkan tingkat kesakitan yang dialami pasien batu saluran kemih pada saat menjalani tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kesakitan No.
Tingkat Kesakitan
2013 2014
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. Tidak Sakit
136 83,4
178 96,2
2. Sedikit Sakit
27 16,6
7 3,8
Total 163
100 185
100
Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa tingkat kesakitan atau morbiditas pada saat menjalani terapi ESWL lebih tinggi pada tahun 2013 dibandingkan
dengan tahun 2014, yaitu sebesar 16,6 dengan 3,8.
5.1.2.7 Distribusi Berdasarkan Lama Pelaksanaan
Distribusi data berdasarkan lama pelaksanaan tindakan ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Pelaksanaan No.
Lama Pelaksanaan
2013 2014
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. 60 menit
2 1,2
12 6,5
2. 60-90 menit
144 88,3
135 73
3. 91-120 menit
14 8,6
34 18,4
4. 120 menit
3 1,8
4 2,2
Total 163
100 185
100
Berdasarkan Tabel 5.7, diketahui bahwa lama pelaksanaan terapi ESWL tersering adalah dengan durasi 60-90 menit. Hal ini terlihat pada jumlah pasien
berdasarkan lama pelaksanaannya adalah 144 orang 88,3 pada tahun 2013 dan 135 orang 73 pada tahun 2014.
5.1.2.8 Distribusi Berdasarkan Shock Wave Rate
Distribusi data berdasarkan Shock Wave Rate pelaksanaan terapi ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel 5.8.
Diketahui bahwa Shock Wave Rate yang lebih sering dipakai adalah dengan kekuatan 3000-4000, baik pada tahun 2013 maupun 2014, dengan distribusi
Universitas Sumatera Utara
33
pasien yang dilakukan terapi sebanyak 108 orang 66,3 pada tahun 2013 dan sebanyak 100 orang 54,1 pada tahun 2014.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Shock Wave Rate No.
Shock Wave Rate
2013 2014
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. 3000
1 0,5
2. 3000-4000
108 66,3
100 54,1
3. 4000
55 33,7
84 45,4
Total 163
100 185
100 5.1.2.9 Distribusi Berdasarkan Stone Free Rate
Distribusi data berdasarkan Stone Free Rate pelaksanan terapi ESWL pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stone Free Rate No.
Stone Free Rate
2013 2014
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. Bersih
137 84
138 74,6
2. Bersisa
26 16
47 25,4
Total 163
100 185
100
Berdasarkan Tabel 5.9, diketahui bahwa angka keberhasilan atau angka bebas batu pada tahun 2013 lebih tinggi yakni sebesar 84 untuk total pasien 163
orang daripada tahun 2014 yang bertotal pasien 185 orang sebesar 74,6. 5.2
Pembahasan
Data dikumpulkan dari awal bulan Januari tahun 2013 hingga akhir bulan Desember tahun 2014. Didapati sebanyak 163 data yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dari total sebanyak 229 data di tahun 2013. Dan pada tahun 2014 diperoleh sebanyak 185 data dari total sebanyak 199 data secara keseluruhan.
5.2.1 Usia
Berdasarkan data distribusi diatas diketahui bahwa dari total pasien yang menderita batu saluran kemih dan menjalani tindakan ESWL di RSUP H. Adam
Universitas Sumatera Utara
34
Malik Medan adalah sebanyak 163 orang pasien di tahun 2013 dengan kelompok usia 41-50 tahun lebih banyak yakni sebesar 28,2 dan sebesar 39,5 di tahun
2014 dari total 185 orang pasien. Kemudian disusul kelompok usia 51-60 tahun sebesar 25,8 2013 dan 29,2 2014. Usia rerata pasien pada penelitian ini
adalah 44,2 tahun. Hasil yang hampir serupa menunjukkan bahwa usia pertengahan abad lebih sering menderita batu saluran kemih yakni pada penelitian di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya oleh Ridha dan Soebadi 2014 yang menunjukkan bahwa usia rerata pasien adalah 47,8 tahun. Pearle dan Lotan 2012 menyatakan bahwa batu
saluran kemih sangat jarang terbentuk pada usia dibawah 20 tahun namun meningkat insidensinya pada dekade 40 sampai 60 tahun usia kehidupan.
5.2.2 Jenis Kelamin
Untuk distribusi berdasarkan jenis kelamin, didapati bahwa persentase pasien berjenis kelamin laki-laki 55,8 lebih tinggi daripada persentase pasien
berjenis kelamin perempuan 44,2. Demikian juga pada tahun 2014 menunjukkan persentase pasien berjenis kelamin laki-laki 64,9 lebih tinggi
daripada perempuan 35,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Pearle dan Lotan 2012 yang menunjukkan bahwa ratio perbandingan pasien berjenis kelamin laki-
laki yang menderita batu saluran kemih bisa lebih tinggi 2 sampai 3 kali lipat daripada perempuan.
Menurut Stoller 2008 dan Well et al. 2012, salah satu faktor resiko terbentuknya batu saluran kemih bergantung pada lingkungan dan pekerjaan
individu yang sering melakukan aktifitas di luar ruangan pada suhu dan cuaca yang panas, hal ini mengakibatkan terjadinya pengeluaran cairan yang berlebihan oleh
karena proses berkeringat sehingga lebih sering mengalami dehidrasi.
5.2.3 Jumlah Batu
Jika ditinjau dari distribusi berdasarkan jumlah batu, didapati bahwa batu yang berjumlah 1 buah atau tunggal pada pasien batu saluran kemih jumlahnya
lebih banyak daripada batu dengan jumlah multipel lebih dari 1 buah. Pada tahun 2013, persentase jumlah batu tunggal mencapai angka 76,7, diikuti jumlah batu
dua buah sebesar 22,1. Demikian juga pada tahun 2014, persentase batu tunggal sebesar 80,5 dan diikuti dengan jumlah batu dua buah adalah 18,9. Dan dari
Universitas Sumatera Utara
35
hasil ini didapatkan total batu yang diterapi pada tahun 2013 adalah sebanyak 203 buah dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 224 buah.
5.2.4 Lokasi Batu
Pada distribusi berdasarkan lokasi batu, hasil menunjukkan bahwa 3 lokasi tersering batu yang dihancurkan dengan tindakan ESWL adalah di bagian Lower
Calix, Medium Calix, dan Renal Pelvis yang merupakan lokasi di dalam organ ginjal, bukan di ureter. Dengan distribusi di tahun 2013 adalah Lower Calix
35,5, Medium Calix 22,7, dan Renal Pelvis 25,1. Di tahun 2014 distribusinya adalah Renal Pelvis 31,7, Lower Calix 27,7 dan Medium Calix
14,7. Data ini juga sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa angka kejadian batu ginjal lebih banyak daripada batu ureter, seperti pada penelitian Al-Marhoon et al. 2013 yakni dengan persentase batu
ginjal sebesar 85 dan batu ureter sebesar 15. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Joshi et al. 2014.
Torricelli et al. 2015 menyebutkan bahwa ada 3 faktor penentu utama keberhasilan dari tindakan ESWL, salah satunya ada lokasi terbentuknya batu, dan
yang lainnya adalah ukuran dan jumlah batu. Oleh karena itu lebih direkomendasikan lokasi batu terbentuk di ginjal untuk menjalani terapi ESWL
daripada batu yang terdapat di ureter.
5.2.5 Ukuran Batu
Pada distribusi berdasarkan ukuran batu, terdapat perbedaan pada tahun 2013 dan 2014. Data menunjukkan bahwa ukuran batu terbanyak di tahun 2013
adalah ukuran 11-20 mm dengan persentase sebesar 53,7, namun di tahun 2014 ukuran batu yang paling banyak adalah dengan ukuran 5-10 mm yang memiliki
persentase sebesar 54. Dan hasil ini sesuai dengan penelitian Ferrandino et al. 2012 yang menyatakan bahwa pelaksanaan terapi ESWL sangat tepat pada
individu dengan ukuran batu dibawah 2 cm, walaupun terbaik pada ukuran batu yang kurang atau sama dengan 1 cm, karena peluangnya besar untuk mencapai
status bebas batu.
Universitas Sumatera Utara
36
Penelitian yang dilakukan oleh Torricelli et al. 2015 menyebutkan bahwa terapi ESWL masih menjadi lini pertama untuk terapi batu ginjal ukuran
dibawah 2 cm, dengan angka keberhasilan berkisar antara 33-91. Walaupun ada beberapa studi menyebutkan bahwa ESWL sering juga dilakukan pada pasien yang
memiliki ukuran batu diatas 2 cm, namun angka keberhasilan lebih rendah dan juga memerlukan beberapa kali sesi penembakan.
5.2.6 Tingkat Kesakitan
Tingkat kesakitanmorbiditas pada pelaksanaan terapi ESWL ini juga tidak terlalu tinggi. Dari data distribusi diatas, didapati tingkat kesakitan pada tahun 2013
sebesar 16,6 dan di tahun 2014 sebesar 3,8. Adanya rasa sakit yang dirasakan oleh pasien disebabkan oleh hasil fragmentasi yang terjadi setelah dilakukan
penembakan gelombang kejut ESWL. Tersering rasa sakit dirasakan oleh pasien dengan ukuran batu yang cenderung lebih besar. Pada penelitian ini, rasa sakit yang
diteliti merupakan data yang didapatkan langsung secara subjektif yakni langsung ditanyakan kepada pasien apakah dirasakan sakit saat menjalani dan sesaat sesudah
terapi. Pada penelitian Al-Marhoon et al. 2013, angka kesakitan berkisar antara 16,7-21 pada batu yang berada di ginjal dan ureter.
5.2.7 Lama Pelaksanaan
Untuk distribusi berdasarkan lama pelaksanaan tindakan ESWL, didapati bahwa tersering memakan waktu sekitar 60-90 menit, dengan persentase 88,3 di
tahun 2013 dan 73 di tahun 2014. Nilai ini sangat bergantung pada ukuran batu, jumlah batu dan lokasi batu. Semakin besar ukuran batu dan semakin banyak batu
yang akan dilakukan tindakan, akan membutuhkan waktu yang lebih lama juga.
5.2.8 Shock Wave Rate
Berdasarkan tabel distribusi Shock Wave Rate pada penelitian ini didapati kekuatan 3000-4000 masih menjadi pilihan utama, namun hal ini bergantung pada
besarnya ukuran batu yang akan ditembakkan. Dengan persentase sebesar 66,3 pada tahun 2013 dan 54,1 pada tahun 2014, kemudian di urutan kedua adalah
dengan kekuatan 4000. Jumlah tembakan lebih sering digunakan dengan kekuatan 60-90 tembakanmenit. Torricelli et al. 2015 dan beberapa studi penelitian
sebelumnya juga menyebutkan bahwa prosedur terapi harus dimulai dari energi
Universitas Sumatera Utara
37
tembakan yang lebih rendah dan kemudian perlahan-lahan ditingkatkan untuk mengurangi angka morbiditas.
5.2.9 Stone Free Rate
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa angka keberhasilanstone free rate tindakan ESWL untuk total 163 orang adalah 84 di tahun 2013 dan untuk total
185 orang di tahun 2014 adalah sebesar 74,6. Penelitian yang dilakukan Ridha dan Soebadi 2014 di Surabaya didapati bahwa sesudah terapi ESWL angka
keberhasilan adalah sebesar 65,5 disana. Angka keberhasilan ESWL dari penelitian yang dilakukan Al-Marhoon et al. 2013 adalah sebesar 74 pada batu
di ginjal dan 88 pada batu di ureter. Demikian juga pada penelitian Joshi et al. 2014, didapati SFR yang dibagi berdasarkan ukuran batu 10 mm, 10-15 mm, dan
15 mm, yaitu sebesar 86, 83, dan 56 secara berturut-turut. Ukuran, lokasi, jumlah batu, anatomi ginjal, dan kelainan kongenital pada
saluran kemih merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan ESWL dalam mencapai status bebas batu. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Torricelli et al.
2015, untuk batu dengan ukuran 10 mm dibandingkan dengan ukuran 10 mm, yakni sebesar 90 dan 70. Untuk batu yang terletak di renal pelvis dan upper
pole memiliki angka keberhasilan 87,3 dan 88,5 secara berturut-turut, sedangkan di lower pole hanya sebesar 69,5. Pada ginjal yang hanya terdapat
jumlah batu tunggal memiliki angka keberhasilan 78,3 dibandingkan dengan yang berjumlah batu multipel sebesar 62,8. Ginjal yang tidak mengalami dilatasi
memiliki angka keberhasilan 83, sedangkan yang mengalami hidronefrosis sebesar 76. Dan pada ginjal yang tidak mengalami kelainan kongenital memiliki
angka keberhasilan sebesar 79 dibandingkan dengan yang mengalami yaitu sebesar 54.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data penelitian yang berasal dari rekam medis sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pasien batu saluran kemih
yang menjalani terapi ESWL di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013 dan 2014 maka kesimpulan yang didapatkan adalah:
1. Pasien batu saluran kemih yang menjalani tindakan ESWL di RSUP H.
Adam Malik Medan pada tahun 2013 adalah sebanyak 163 pasien dan pada tahun 2014 sebanyak 185 pasien.
2. Pasien terbanyak berada pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu
sebanyak 46 orang 28,2 pada tahun 2013 dan sebanyak 73 orang 39,5 pada tahun 2014.
3. Pada tahun 2013 dan 2014 mayoritas pasien batu saluran kemih yang
menjalani terapi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 91 orang 55,8 pada tahun 2013 dan 120 orang 64,9 pada tahun
2014. 4.
Batu yang berjumlah tunggal memiliki kasus terbanyak di tahun 2013 maupun 2014 dengan jumlah 125 kasus 76,7 dan 149 kasus
80,5. 5.
Jumlah batu yang diterapi dengan ESWL pada tahun 2013 adalah sebanyak 203 buah untuk total 163 pasien dan pada tahun 2014
sebanyak 224 buah untuk total 185 pasien. 6.
Untuk lokasi batu, pada tahun 2013 lokasi tersering adalah di lower calix yaitu sebanyak 72 kasus 35,5, sedangkan pada tahun 2014
lokasi tersering adalah di renal pelvis yaitu sebanyak 71 kasus 31,7. 7.
Ukuran batu tersering adalah pada kategori ukuran 11-20 mm yaitu sebanyak 109 kasus 53,7 pada tahun 2013, namun pada tahun 2014
ukuran 5-10 mm merupakan ukuran tersering yaitu sebanyak 121 kasus 54.
Universitas Sumatera Utara
39
8. Tingkat kesakitanmorbiditas pada tahun 2013 adalah 16,6 dan pada
tahun 2014 adalah 3,8. 9.
Untuk lama pelaksanaan terapi tersering memakan waktu 60-90 menit yaitu 144 kasus 88,3 pada tahun 2013 dan 135 kasus 73 pada
tahun 2014. 10.
Shock Wave Rate tersering yang digunakan adalah berada pada kategori 3000-4000 yaitu sebanyak 108 pasien 66,3 pada tahun 2013 dan 100
pasien 54,1 pada tahun 2014. 11.
Angka keberhasilan atau Stone Free Rate di tahun 2013 adalah sebesar 84 137 orang dan di tahun 2014 adalah sebesar 74,6 138 orang.
6.2 Saran