21
sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Oleh karena itu, inti dari partisipasi anggaran adalah diperlukan kerjasama antara seluruh
tingkatan organisasi. Manajer puncak biasanya kurang mengetahui bagian sehari-hari, sehingga harus mengandalkan informasi anggaran
yang lebih rinci dari bawahannya. Dari sisi lain, manajer puncak mempunyai perspektif yang lebih luas atas perusahaan secara
keseluruhan yang sangat vital dalam pembuatan anggaran secara umum. Menurut Garrison dan Noreen 2000:409 ”Setiap tingkatan tanggung
jawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan terbaik sesuai dengan bidangnya dalam suatu sistem kerjasama penyusunan
anggaran”.
2.1.2.2 Manfaat Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Siegel dan Marconi 1989:139, manfaat dari partisipasi penyusunan anggaran, yaitu:
1. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan
ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen. 2.
Meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan kerjasama antarindividu dalam pencapaian tujuan.
3. Terbentuknya group internalization, yaitu penyatuan tujuan
individu dan organsiasi. 4.
Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan.
5. Manajer menjadi tanggap pada masalah-masalah subunit tertentu
serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antardepartemen.
Dengan manfaat tersebut anggaran partisipatif dapat memungkinkan manajemen puncak untuk memahami masalah yang
dihadapi oleh karyawan dan karyawan juga lebih dapat memahami
22
kesulitan yang dihadapi oleh manajemen puncak. Sehingga anggaran partisipatif dapat meningkatkan komitmen para karyawan untuk
mencapai tujuan anggaran.
2.1.2.3 Kelemahan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Hansen dan Mowen
2005:90 menyatakan
bahwa ”penganggaran partisipasi dapat menyebabkan pembuatan standar yang
terlalu tinggi sejak tujuan yang dianggarkan menjadi tujuan manajer”. Menurut Hansen dan Mowen 2004:362 ada 3 masalah yang
menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain: 1.
Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah, sejak yang dianggarkan menjadi tujuan manajer.
2. Slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumberdaya
yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang
bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama. 3.
Pseudoparticipation, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi dalam partisipasi penganggaran
padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan
diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.
23
Menurut Garrison dan Norren 2008:409, setiap tingkatan tanggung jawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan
terbaik sesuai dengan bidangnya dalam suatu system kerjasama penyusunan anggaran.
2.1.3 Kejelasan Sasaran Anggaran