Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan perbedaan pada hasil penelitiannya. Penelitian Prihanthini dan Maria 2013
menyatakan bahwa model Grover memberikan hasil prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan hasil model Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski.
Sedangkan menurut penelitian Purnajaya dan Ni 2014, Altman Z-score merupakan prediktor kebangkrutan terbaik dibandingkan dengan model Springate
dan Zmijewski. Berdasarkan uraian di latar belakang, penulis tertarik untuk menganalisis
prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-score, Grover, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI periode 2009-2013.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada perusahaan tekstil
dan garmen di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 dengan menggunakan model Altman Z-score, Grover, Springate, dan Zmijewski?
2. Model manakah yang terbaik menjadi prediktor kebangkrutan terhadap
perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia menggunakan model Altman Z-score, Grover, Springate, dan Zmijewski?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk melihat perbedaan potensi kebangkrutan perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 dengan menggunakan
model Altman Z-score, Grover, Springate, dan Zmijewski. 2.
Untuk mengetahui prediktor kebangkrutan terbaik dengan menggunakan model Altman Z-score, Grover, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan
tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait, yaitu:
1. Bagi Perusahaan Tekstil dan Garmen
Sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Bagi Investor
Sebagai pemberi informasi kepada calon investor yang akan melakukan investasi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan mempertajam daya pikir ilmiah mengenai analisis kebangkrutan perusahaan tekstil dan
garmen di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi oleh peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan
Pencatatan atas pemasukan dan pengeluaran yang terjadi dalam suatu kegiatan usaha bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis itu
sendiri. Catatan keuangan tersebut disusun dalam suatu periode tertentu dan dibuat ke dalam bentuk laporan keuangan. Dalam pengertian yang sederhana,
laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu Kasmir, 2008:7.
Diantara berbagai laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan annual report adalah yang paling penting. Ada dua jenis
informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama adalah bagian verbal yang seringkali disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil
operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akan memperngaruhi operasi perusahaan di masa depan. Kedua, laporan tahunan
yang menyajikan empat laporan keuangan dasar: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas Bringham, 2001.
Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan jumlah aktiva harta, kewajiban utang, dan modal perusahaan ekuitas pada saat tertentu.
Selanjutnya, laporan laba-rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba-rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau
Universitas Sumatera Utara
periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba
atau rugi. Laporan perubahan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini, serta sebab-sebab perubahan modal. Laporan arus kas
merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain,
sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.
Secara umum laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode untuk
menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu
atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan. Dalam praktiknya, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan
laporan keuangan, yaitu Kasmir, 2008:11: 1.
memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva harta yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
2. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini; 3.
memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;
4. memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
Universitas Sumatera Utara
5. memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan; 6.
memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;
7. memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
8. informasi keuangan lainnya.
Kita mengakui bahwa laporan keuangan yang telah disusun sedemikian rupa terlihat sempurna dan meyakinkan. Dibalik itu semua sebenarnya ada beberapa
ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang telah disusun. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut.
Selain itu, ada hal-hal yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka, seperti reputasi, prestasi manajernya, dan lainnya. Berikut beberapa keterbatasan laporan
keuangan yang dimiliki perusahaan Kasmir, 2008:16: 1.
pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah historis, dimana data-data yang diambil dari data masa lalu;
2. laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya
untuk pihak tertentu saja; 3.
proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan tertentu;
4. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian; 5.
laporan keuangan mengacu pada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
Universitas Sumatera Utara
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan adalah Kasmir, 2008:25:
1. pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta dividen
yang diperoleh; 2.
manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu; 3.
kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dan kemampuan bayar pinjaman;
4. pemerintah, untuk menilai kepatuhan perusahaan dalam membayar
kewajibannya kepada pemerintah; 5.
investor, untuk menilai prospek usaha tersebut ke depan, apakah mampu memberikan dividen dan nilai saham seperti yang diinginkan.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akutansi dan penilaian yang benar, akan terlihat
kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai
pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Dengan analisis laporan keuangan akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah
direncanakan sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat, sehingga hasil yang
diharapkan benar-benar tepat pula. Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi
Universitas Sumatera Utara
berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu Kasmir, 2008:68:
1. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu, baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;
2. untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan; 3.
untuk mengetahui kekuatan perusahaan; 4.
untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan keuangan perusahaan saat ini;
5. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan, apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal; 6.
dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai teknik analisis, yang salah satunya adalah analisis rasio keuangan. Pengertian rasio keuangan
menurut James C. Van Horne dalam Kasmir, 2008: 104 merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lain. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat
dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan. Meskipun analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan
kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan,
Universitas Sumatera Utara
bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100 kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Hal ini karena rasio-rasio keuangan yang
digunakan masih memiliki banyak kelemahan. J. Fred Weston dalam Kasmir, 2008:117 menyebutkan kelemahan rasio keuangan sebagai berikut:
1. data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian data tersebut
ditafsirkan dengan berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan:
- metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan
terhadap aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga berbeda; atau
- penilaian sediaan yang berbeda;
2. prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan
berbeda pula, dapat naik atau turun, tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut;
3. adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak
jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil
yang sesungguhnya; 4.
perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda;
5. penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan;
6. pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh;
Universitas Sumatera Utara
7. kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industri belum
menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
2.1.3 Kebangkrutan
Kebangkrutan perusahaan ditandai dengan terjadinya kesulitan keuangan financial distress
yang berkelanjutan. Ketika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, tidak serta merta perusahaan langsung dinyatakan bangkrut.
Biasanya perusahaan akan melakukan berbagai upaya perbaikan dahulu, diantaranya, dengan menggunakan hutang untuk merevitalisasi perusahaan. Tetapi
penggunaan hutang yang besar tanpa manajemen yang baik justru dapat menyebabkan hal-hal berikut Ross, 2003:595:
1. Kebangkrutan teknis. Kebangkrutan teknis terjadi ketika perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajban hutangnya. 2.
Kebangkrutan akuntansi. Hal ini terjadi ketika jumlah nilai buku hutang lebih besar daripada nilai buku aset.
3. Kegagalan bisnis. Kondisi ini merujuk pada situasi dimana bisnis telah
mengalami kerugian dan tidak mampu melunasinya kepada kreditur. 4.
Kebangkrutan sah menurut hukum. Perusahaan atau kreditur mengajukan petisi ke pengadilan. Dengan kata lain, kebangkrutan ini merupakan proses
untuk melakukan likuidasi atau reorganisasi merger atau akuisis usaha. Pada prinsipnya, sebuah perusahaan dikatakan bangkrut ketika nilai aset
perusahaan sama dengan nilai hutang. Ketika hal ini terjadi, maka nilai ekuitas adalah nol, dan dalam hal ini pemegang saham menyerahkan kendali perusahaan
kepada pemegang obligasi. Namun penyerahan resmi atas aset kepada pemegang
Universitas Sumatera Utara
obligasi adalah proses hukum, bukan ekonomi. Terdapat dua jenis biaya yang disebabkan oleh kebangkrutan, yaitu biaya kebangkrutan langsung dan biaya
kebangkrutan tidak langsung. Biaya kebangkrutan langsung berarti biaya yang secara langsung terkait dengan kebangkrutan, seperti biaya hokum dan biaya
administrasi. Biaya kebangkrutan tidak langsung merupakan biaya untuk menghindari biaya-biaya arsip yang dikeluarkan oleh perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan Ross, 2003:585. Pada pasal 1 butir 1 UU No.37 tahun 2004, “Kebangkrutan adalah sita
umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang”. Pengertian kebangkrutan kepailitan mengacu pada Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 tahun 1998 tentang Perubahan
Atas UU Kepailitan yang menyebutkan:
a. Debitur yang mempunyai 2 dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang jatuh tempo dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya
sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. b.
Permohonan sebagaimana disebut dalam butir di atas dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
Dalam UU No. 37 tahun 2004 juga dijelaskan Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. UU Kepailitan menyatakan bagaimana
menyelesaikan sengketa yang muncul dikala satu perusahaan tidak bisa lagi memenuhi kewajiban utang, juga bagaimana menangani pertikaian antar individu
Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan usaha atau bisnis yang dijalankan. Perusahaan bisa dinyatakan pailitbangkrut apabila dalam jangka waktu tertentu tidak bisa
melakukan pemnayaran pokok atau bunganya. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kebangkrutan suatu
perusahaan antara lain Salatin. 2013: a.
Faktor Umum 1.
Ekonomi. Faktor-faktor kebangkrutan dari sektor ekonomi antara lain gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan
keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2. Sosial. Faktor sosial yang cukup berpengaruh terhadap kebangkrutan
terjadi pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan
berhubungan dengan karyawan. 3.
Teknologi. Penggunaan teknologi informasi yang tidak tepat menyebabkan biaya operasional yang ditanggung perusahaan meningkat,
yakni biaya pemeliharaan, biaya atas implementasi yang tidak terencana, sistem yang tidak terpadu serta operator yang tidak professional.
4. Pemerintah. Kebijaka pemerintah terhadap pencabutan subsidi terhadap
perusahaan dan industri, penetapan tariff ekspor-impor yang berubah- ubah, kebijakan undang-undang ketenagakerjaan, dll menyebabkan
ketidakstabilan bagi perusahaan, yang berdampak terhadap pengeluaran dan pemasukan bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1. Pelanggan. Perusahaan dituntut untuk mampu mengidentifikasi sifat
konsumen, menciptakan peluang, menemukan konsumen baru, dan mejaga loyalitas pelanggan untuk menghindari penurunan penjualan.
2. Pemasok. Perusahaan dan pemasok harus mampu bekerja sama dengan
baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa besar pemasok
berhubungan dengan perdagangan bebas. 3.
Pesaing. Pesaing mengakibatkan ambiguitas bagi perusahaan, maksudnya pesaing dapat menjadi motivator hebat bagi perusahaan
untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk dan pelayanannya terhadap masyarakat. Tetapi pesaing juga dapat menurunkan nilai
perusahaan apabila pesaing lebih unggul dalam menawarkan produk dan pelayanannya.
c. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor ini biasanya merupakan hasil dari keputusan kebijakan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu
pada saat yang diperlukan.
2.1.4 Model Altman Z-Score
Z-score merupakan suatu persamaan multivariable yang digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Altman menggunakan
model statistik yang disebut dengan Multiple Discriminant Analysis MDA. Pada umumnya, penulis cenderung membahas Z-score yang pertama, yang disebut Z-
Universitas Sumatera Utara
score asli. Padahal Altman menciptakan beberapa variasi Z-score. Z-score asli
yang dikemukakan Altman ini pada tahun 1968 ini dirumuskan dengan mengambil sampel sebanyak 66 perusahaan manufaktur publik di Amerika yang
33 diantaranya adalah perusahaan bangkrut dan 33 lainnya perusahaan tidak bangkrut.
Jumlah rasio yang dipilih untuk di tes adalah 22 buah. Dari jumlah tersebut kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkorelasi
dengan kebangkrutan. Sehingga dirumuskan Z-score asli adalah sebagai berikut Prihadi, 2011: 335-336:
Z-score = 1,2X
1
+ 1,4X
2
+3,3X
3
+ 0,6X
4
+ 1,0X
5
Keterangan : X
1
= Working Capital to Total Assets
X
2
= Retained Earnings to Total Assets
X
3
= EBIT to Total Asset
X
4
= Market Value of Equity to Book Value of Debt
X
5
= Sales to Total Assets
Nilai cut-off
yang digunakan dalam Z-score asli ini adalah :
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Altman Z-
score Z-
score Posisi Perusahaan
1.81 Bangkrut
1.81 - 2.99 Daerah kelabu
2.99 Sehat
Sumber: Prihadi 2011: 336
Dikarenakan keterbatasan penggunaan Z-score asli yang hanya dapat digunakan pada perusahaan publik dan manufaktur, Altman mengembangkan dua
Universitas Sumatera Utara
varian dari Z-score yaitu Z’-score dan Z”-score. Z’-score ditujukan untuk perusahaan non-publik dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan,
yaitu menggantikan market value of equity dengan book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda membuat hasil akhir rumus
Z’-score menjadi berbeda dengan Z-score asli yang dapat dilihat sebagai berikut
Prihadi, 2011: 337-338: Z’-score
= 0,717X
1
+ 0,847X
2
+ 3,107X
3
+ 0,420X
4
+ 0,998X
5
Keterangan : X
1
= Working Capital to Total Assets
X
2
= Retained Earnings to Total Assets
X
3
= EBIT to Total Asset
X
4
= Book Value of Equity to Book Value of Debt
X
5
= Sales to Total Assets
Nilai cut-off
yang digunakan dalam Z’-score ini adalah :
Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Altman Z’-
score Z’-
score Posisi Perusahaan
1.23 Bangkrut
1.23 - 2.90 Daerah kelabu
2.90 Sehat
Sumber: Prihadi 2011: 338
Varian terakhir adalah Z”-score, dimana dalam model ini rasio sales to total assets
dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan aset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang
digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang yaitu Mexico. Z”-score merupakan rumusan yang paling fleksibel karena bisa
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk perusahaan publik maupun private. Adapun rumus Z”-score adalah:
Z”-score = 6,56 X
1
+ 3,26 X
2
+ 6,72 X
3
+ 1,05 X
4
Keterangan: X
1
= Working Capital to Total Assets
X
2
= Retained Earnings to Total Assets
X
3
= EBIT to Total Asset
X
4
= Book Value of Equity to Book Value of Debt
Nilai cut-off yang digunakan dalam Z”-score ini adalah :
Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Altman Z”-
score Z”-
score Posisi Perusahaan
1.1 Bangkrut
1.1 - 2.60 Daerah kelabu
2.60 Sehat
Sumber: Prihadi 2011: 338-339
Penelitian ini akan menggunakan model Altman yang ketiga yakni Z”-score dikarenakan model tersebut merupakan model yang fleksibel karena bisa
digunakan untuk perusahaan publik maupun private, juga merupakan model yang cocok digunakan di Indonesia.
2.1.5 Model Grover
Model Grover merupakan model yang diciptakan dengan melakukan pendesainan dan penilaian ulang terhadap model Altman Z-score. Grover
menggunakan sampel sesuai dengan model Altman pada tahun 1968, dengan menambahkan tiga belas rasio keuangan baru. Sampel yang digunakan sebanyak
70 perusahaan dengan 35 perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
bangkrut pada tahun 1982 sampai 1996. Grover 2001 menghasilkan fungsi sebagai berikut Ni Made. 2013:
Score = 1,650X
1
+ 3,404X
2
+ 0,016ROA + 0,057 Keterangan :
X
1
= Working Capital to Total Assets X
2
= Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset ROA = Net Income to Total Assets
Grover mengklasifikasikan nilai kebangkrutan perusahaan sebagai berikut: 1.
Jika Score -0,02 maka perusahaan dalam keadaan bangkrut. 2.
Jika Score 0,01 maka perusahaan dalam keadaan sehat tidak bangkrut.
2.1.6 Model Springate
Analisis model kebangkrutan Springate ditemukan oleh Springate pada tahun 1978. Springate menemukan 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang paling
berkontribusi terhadap prediksi kebangkrutan perusahaan. Keempat rasio keuangan tersebut dikombinasikan dalam suatu formula yang disebut Model
Springate, secara matematis dirumuskan sebagai berikut Kokyung. 2012: S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
Keterangan : A
= Working Capital to Total Assets B
= Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset
C = Earnings Before Taxes to Current Liabilities
D = Total Sales to Total Assets
Universitas Sumatera Utara
Springate membagi kriteria penilaian kebangkrutan perusahaan ke dalam 3 kategori:
1. Jika nilai S 0,862 maka mengindikasikan perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius bangkrut.
2. Jika nilai 0,862 S 1,062 maka mengindikasikan bahwa pihak manajemen
harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan daerah rawan kebangkrutan.
3. Jika nilai S 1,062 mengindikasikan perusahaan dalam kondisi keuangan
yang sehat tidak bangkrut.
2.1.7 Model Zmijewski
Model analisis kebangkrutan ini ditemukan oleh Zmijewski pada tahun 1983 yang merupakan hasil riset selama 20 tahun. Rasio keuangan yang digunakan
pada model ini dipilihdari rasio keuangan yang telah digunakan pada penelitian terdahulu. Sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut serta 3573 perusahaan sehat
selama tahun 1972 sampai dengan 1978 dijadikan sampel. Model Zmijewski yang berhasil dikembangkan yaitu Komang. 2014:
Z = -4,3 – 4,5X
1
+ 5,7X
2
– 0,004X
3
Keterangan : X
1
= Return On Asset X
2
= Debt Ratio X
3
= Current Ratio Nilai cut-off yang digunakan dalam model ini adalah 0, dimana jika Z
bernilai positif berarti perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan semakin negatif nilai Z perusahaan, maka semakin jauh perusahaan dari potensi mengalami kebangkrutan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Komang Ni K. 2014 melakukan penelitian dengan judul Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan dengan Metode Z-score Altman, Springate, dan
Zmijewski pada Industri Kosmetik yang terdaftar di BEI. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Working Capital Total Assets, Retained
Earning Total Assets, EBIT Total Assets, Market Value Equity Book Value of Total Debt, Sales Total Assets, Earnings Before Taxes Current Liabilities, ROA,
Debt Ratio, dan Current Ratio . Teknik analisis data yang digunakan adalah
Multiple Discriminant Analysis MDA. Hasil penelitian Komang dan Ni K.
mengatakan bahwa perbedaan rata-rata terlihat pada model Altman Z-score, sedangkan model Springate dan Zmijewski memiliki rata-rata potensi
kebangkrutan yang hampir sama. Kokyung Siti 2014 melakukan penelitian dengan judul Analisis
Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada PT. Bakrie Telecom Tbk. Variabel yang digunakan adalah Net
Working Capital Total Assets, Retained Earnings Total Assets, EBIT Total Asset, Market Value of Equity Book Value of Debt, Sales Total Assets, Net Profit
Before Interest and Taxes Total Assets, Net Profit Before Taxes Current Liabilities
. Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis
MDA. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil prediksi kebangkrutan antara metode Altman Z-score dan Springate dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
adanya perbedaan penggunaan rasio keuangan dan kriteria kebangkrutan. Prediksi Altman menyatakan PT. Bakrie Telecom mengalami kebangkrutan atau adanya
masalah keuangan yang serius pada tahun 2012, sedangkan prediksi Springate menunjukkan PT. Bakrie Telecom mengalami ancaman kebangkrutan pada 2009-
2012. Aswinda, Darminto dan Nengah 2013 melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Model Altman Z-score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011.
Variabel yang digunakan adalah Modal Kerja Total Aktiva, Laba Yang Ditahan Total Aktiva, Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva, Nilai Pasar Saham
Nilai Buku Total Hutang, Penjualan Total Aktiva. Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis MDA. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa lima dari enam perusahaan yang diteliti berpotensi mengalami kebangkrutan.
Ni Made Maria 2013 melakukan penelitian dengan judul Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski
pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Working Capital Total Assets, Retained Earnings Total Assets,
Earnings Before Interest and Taxes Total Asset, Book Value of Equity Book Value of Total Debt, Sales Total Assets, Net Profit Before Interest and Taxes
Total Assets, Net Profit Before Taxes Current Liabilities, Return On Assets, Debt Ratio,
dan Current Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model Grover
Universitas Sumatera Utara
merupakan prediktor kebangkrutan yang paling sesuai diterapkan pada perusahaan Food Beverage
yang terdaftar di BEI. June Li 2012 melakukan penelitian dengan judul Prediction of Corporate
Bankruptcy from 2008 Through 2011 . Variabel yang digunakan adalah Working
Capital Total Assets, Retained Earnings Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes Total Asset, Market Value of Equity Total Liabilities,
dan Sales Total Assets.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis
MDA. Hasil penelitian ini menyatakan meskipun model original Altman Z-score dikembangkan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan
manufaktur, namun pada penelitian ini model tersebut juga baik digunakan pada perusahaan non-manufaktur.
Radha Kishore 2012 melakukan penelitian dengan judul A Comparison of Bankruptcy Models. Variabel yang digunakan adalah Working Capital Total
Assets, Retained Earnings Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes Total Asset, Market Value of Equity Total Liabilities, Size company, Total
Liabilities Total Assets, Current Liabilities Current Assets, Net Income Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes Total Liabilities, INTWO Indicator
equal to 1 if net income was negative for the last two years or 0, OENEG Indicator equal to 1 if book value of equity is negative or 0.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis MDA dan Probability
using Logistic Transformation . Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model O-
score merupakan prediktor kebangkrutan terbaik dibandingkan Z-score dan Zmijewski, terhadap objek penelitian Texmo Industri karena O-score
Universitas Sumatera Utara
menggunakan 9 komponen prediksi kebangkrutan termasuk inflasi, likuiditas jangka pendek dan jangka panjang, serta laba sebelum dan sesudah pajak.
Vahdat Mohammad 2012 melakukan penelitian dengan judul The Creation Of Bankruptcy Prediction Model Using Springate and SAF Models.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Working Capital Total Assets
, Earnings Before Interest and Taxes Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes Current Liabilities
, Sales Total Assets, Retained Earnings Total Assets
, Inventory turnover During a financial period, Interest costs Sales. Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis MDA dan
Logistic Regression Method. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa springate
dengan MDA memberikan prediksi kebangkrutan dengan tingkat akurasi 90 dalam kurun waktu 1 tahun sebelum kebangkrutan, dan 82 dalam kurun waktu 2
tahun. Sedangkan model SAF dengan analisis regresi logistik memprediksi kebangkrutan dengan tingkat akurasi 88,5 untuk kurun waktu 1 tahun sebelum
kebangkrutan dan 79 untuk kurun waktu 2 tahun sebelum kebangkrutan. Hafiz Dicky 2011 melakukan penelitian dengan judul Analisis
Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate pada Perusahaan Industri Property. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Working Capital
Total Assets, Retained Earnings Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes Total Asset, Market Value of Equity Book Value of Debt, Sales Total
Assets, Net Profit Before Interest and Taxes Total Assets, dan Net Profit Before
Taxes Current Liabilities. Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple
Discriminant Analysis MDA. Hasil penelitian ini menyatakan Altman Z-score
Universitas Sumatera Utara
lebih ketat dalam menilai tingkat kebangkrutan dibandingkan Model Springate. Pengukuran kedua metode ini menitik beratkan pada kemampuan perusahaan
menghasilkan laba rugi dengan menggunakan rasio profitabilitas.
Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1 Komang dan
Ni K. 2014
Analisis Komparasi
Potensi Kebangkrutan
dengan Metode Z-
score Altman, Springate, dan
Zmijewski pada Industri
Kosmetik yang terdaftar di
BEI 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Assets
4. Working
Capital to Total Assets
5. Retained
Earnings to Total Assets
6. Earnings Before
Interest and Taxes to Total
Asset 7.
Market Value of Equity to Book
Value of Debt 8.
Sales to Total Assets
9. Earnings Before
Taxes to Current
Liabilities 10.
Return On Assets
11. Debt Ratio
12. Current Ratio
Multiple Discriminant
Analysis MDA
Perbedaan rata- rata terlihat pada
model Altman Z-Score,
sedangkan model Springate
dan Zmijewski memiliki rata-
rata potensi kebangkrutan
yang hampir sama.
2 Kokyung dan
Siti 2014
Analisa Penggunaan
Altman Z- score dan
Springate untuk
Mengetahui Potensi
Kebangkrutan 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Multiple
Discriminant Analysis
MDA Terdapat
perbedaan hasil prediksi
kebangkrutan antara Altman
Z-score dan Springate
dikarenakan perbedaan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
pada PT. Bakrie
Telecom Tbk Asset
4. Market Value
of Equity to Total Liabilities
5. Sales to Total
Assets 6.
Net Profit Before Interest
and Taxes to Total Assets
7. Net Profit
Before Taxes to Current
Liabilities penggunaan
rasio keuangan dan kriteria
kebangkrutan.
3 Aswinda, Darmianto,
dan Nengah
2013 Penerapan
Model Altman Z-score untuk
Memprediksi Kebangkrutan
pada Industri Tekstil dan
Produk Tekstil yang Terdaftar
di BEI periode 2009-2011
1. Modal Kerja
Total Aktiva 2.
Laba ditahan Total Aktiva
3. Laba Sebelum
Bunga dan Pajak Total
Aktiva 4.
Nilai Pasar Saham Biasa
dan Saham Preferen Nilai
Buku Total Utang
5. Penjualan
Total Aktiva Multiple
Discriminant Analysis
MDA Penelitian ini
membuktikan bahwa lima dari
enam perusahaan yang
diteliti berpotensi
mengalami kebangkrutan.
4 Ni Made
dan Maria
2013 Prediksi
Kebangkrutan dengan Model
Grover, Altman Z-
score, Springate, dan
Zmijewski pada
Perusahaan Food and
Beverage di Bursa Efek
Indonesia 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Asset
4. Book Value of
Equity to Book Value of Total
Debt 5.
Sales to Total Assets
6. Net Profit
Before Interest and Taxes to
Multiple Discriminant
Analysis MDA
Model Grover merupakan
prediktor kebangkrutan
yang paling sesuai
diterapkan pada perusahaan
Food Beverage yang
terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Total Assets 7.
Net Profit Before Taxes to
Current Liabilities
8. Return On
Assets 9.
Debt Ratio 10.
Current Ratio 5 June
Li 2012
Prediction of Corporate
Bankruptcy from 2008
through 2011 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Asset
4. Market Value of
Equity to Total Liabilities
5. Sales to Total
Assets Multiple
Discriminant Analysis
MDA Meskipun model
original Altman Z-score
dikembangkan untuk
memprediksi kebangkrutan
pada perusahaan manufaktur,
namun pada penelitian ini
model tersebut juga baik
digunakan pada perusahaan non-
manufaktur.
6 Radha dan
Kishore 2012
A Comparison of Bankruptcy
Models : using Altman Z-
score, Ohlson O-score, and
Zmijewski 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Asset
4. Market Value of
Equity to Total Liabilities
5. Size company
6. Total Liabilities
to Total Assets 7.
Current Liabilities to
Current Assets 8.
Net Income to Total Assets
9. Earnings Before
Interest and Taxes toTotal
Multiple Discriminant
Analysis MDA
O-score merupakan
prediktor kebangkrutan
terbaik terhadap objek penelitian
Texmo Industri karena
O-score menggunakan 9
komponen prediksi
kebangkrutan termasuk inflasi,
likuiditas jangka pendek dan
jangka panjang, serta laba
sebelum dan sesudah pajak.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Liabilities 10.
INTWO Indicator
equal to 1 if net income was
negative for the last two years
or 0
11. OENEG
Indicator equal to 1 if book
value of equity is negative or 0
7 Vahdat and
Mohammad 2012
The Creation Of Bankruptcy
Prediction Model Using
Springate and SAF Models
1. Working
Capital to Total Assets
2. Earnings Before
Interest and Taxes to Total
Asset 3.
Earnings Before Interest and
Taxes to Current
Liabilities
4. Sales to Total
Assets 5.
Retained Earnings to
Total Assets 6.
Inventory turnover During
a financial period
7. Interest costs to
sales Multiple
Discriminant Analysis
MDA Logistic
Regression Method
Springate dengan MDA
memberikan prediksi
kebangkrutan dengan tingkat
akurasi 90 dalam kurun
waktu 1 thn sebelum
kebangkrutan, dan 82 dalam
kurun waktu 2 thn.
Sedangkan model SAF
dengan analisis regresi logistik
memprediksi kebangkrutan
dengan tingkat akurasi 88,5
utk kurun waktu 1 thn sebelum
kebangkrutan dan 79 untuk
kurun waktu 2 thn sebelum
kebangkrutan.
8 Hafiz dan
Dicky 2011
Analisis Kebangkrutan
Model Altman Z-score dan
Springate pada Perusahaan
Industri 1.
Working Capital to Total
Assets 2.
Retained Earnings to
Total Assets 3.
Earnings Before Multiple
Discriminant Analysis
MDA Altman Z-score
lebih ketat dalam menilai
tingkat kebangkrutan
dibandingkan Model
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Property Interest and
Taxes to Total Asset
4. Market Value
of Equity to Book Value of
Debt 5.
Sales to Total Assets
6. Net Profit
Before Interest and Taxes to
Total Assets 7.
Net Profit Before Taxes to
Current Liabilities
Springate. Pengukuran
kedua metode ini menitik
beratkan pada kemampuan
perusahaan menghasilkan
laba rugi dengan menggunakan
rasio profitabilitas.
9 Robert 2011
Financial Distress
Models : How Pertinent Are
Sampling Bias Criticisms
1. Return On
Assets Net Income
Total Assets 2.
Debt Ratio Total Debt
Total Assets 3.
Current Ratio Current
Assets Current
Liabilities
4. LOGTA
5. TETA
6. EBITSALES
7. CFOSALES
8. CFOTA
9. EBITINTEX
Multiple Discriminant
Analysis MDA
Model yang digunakan
menunjukkan hasil yang sama
untuk dua tahun sebelum
kebangkrutan.
2.3 Kerangka Konseptual