Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas

76 mempertimbangkan kebersihan dan sumber pakaian bekas. Maka dapat dikatakan bahwa sikap kurang berperan dalam membentuk intensi membeli pakaian bekas.

3. Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas

Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa norma subjektif berperan positif secara signifikan terhadap intensi membeli pakaian bekas yang ditunjukkan oleh nilai p = 0.000 0.05 sehingga hipotesis alternatif diterima. Berdasarkan koefisien variabel norma subjektif memiliki nilai r sebesar 0.233 sehingga r 2 =0.054 yang berarti norma subjektif berperan sebesar 5.4 terhadap intensi membeli pakaian bekas. Dengan demikian, jika norma subjektif konsumen mendukung maka intensi konsumen unuk membeli pakaian bekas juga akan semakin tinggi. Norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku Ajzen, 2005. Tekanan sosial tersebut didapatkan dari significant others, yaitu orang tua, keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dokter, serta orang lain yang dianggap penting oleh individu. Norma subjektif merupakan dinamika dari persepsi individu akan harapan orang lain yang mendorongnya untuk berperilaku tertentu, serta motivasi individu untuk mengikuti harapan orang tersebut. Individu yang menganggap bahwa ia didorong oleh significant others untuk berperilaku tertentu dan ia memiliki motivasi yang tinggi untuk mematuhi apa yang diharapkan significant others tersebut, maka akan besarlah intensi individu untuk menampilkan perilaku. Universitas Sumatera Utara 77 Pada penelitian ini, skala norma subjektif mengacu pada beberapa faktor yang bisa saja menjadi pendukung atau malah menjadi penghambat responden untuk membeli pakaian bekas. Faktor ini didapat dari hasil elisitasi salint belief yang berupa orang tua, keluarga, saudara, suami atau istri, dan teman dekat. Respon subjek juga berbeda terhadap faktor tersebut didasarkan pada background faktor -nya jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan penghasilan. Untuk menggambarkan secara jelas mengenai norma subjektif yang dimiliki responden untuk membeli pakaian bekas, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk mengetahui gambaran norma subjektif konsumen terhadap intensi membeli pakaian bekas sebagai berikut. “Aku ya fat, kepingin coba-coba beli pakaian bekas itu. Tapi orang tua, kakak aku gak ada yang pernah kasih aku beli pakaian bekas bahkan mereka melarang aku untuk beli pakaian bekas fat. Ayah aku lah yang paling melarang aku dibilang kayak orang gak punya duit aja beli monza. Padahal aku pingen sekali-sekali beli, apa lagi banyak kawan yang beli dan bilang kalau pakaian yang dijual di monza itu gak semuanya bekas ada yang baru dan katanya barangnya banyak barang yang branded. Kan pas kali itu kan fat untuk kantong orang yang kuliah sambil kerja ini fat” Komunikasi Personal, Desember 2015 “Aku pernah sih dengar kata teman-teman beli baju, tas, celana di monza itu bagus-bagus. Malah mereka kasih saran ke aku supaya beli baju disana biar gak boros kali beli baju di mall hehe..” Komunikasi Personal, Desember 2015 Dari hasil wawancara di atas bahwa responden mendapatkan dukungan dan ada juga responden yang tidak mendapatkan dukungan untuk memunculkan perilaku membeli pakaian bekas. Meskipun kontribusi yang diberikan norma subjektif tidak terlalu besar untuk membentuk intensi membeli pakaian bekas, Universitas Sumatera Utara 78 namun norma subjektif secara signifikan berperan terhadap intensi membeli pakaian bekas. Dengan kata lain, semakin besar kendali yang dimiliki responden untuk membeli pakaian bekas, maka semakin kuat intensi responden untuk membeli pakaian bekas.

4. Peran Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Membeli Pakaian