Aspek Perceived Behavioral Control

22 hubungan langsung antara perceived behavioral control dengan munculnya perilaku, dimana perceived behavioral control dapat digunakan untuk mengukur kontrol aktual.

2. Aspek Perceived Behavioral Control

Perceived behavioral control merupakan persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya perilaku tersebut dilakukan Ajzen, 2005. Perceived behavioral control ditentukan oleh dua kombinasi, yaitu Ajzen, 2005: 1. Control Belief Control belief merupakan keyakinan individu mengenai apakah ia mampu atau tidak mampu untuk memunculkan suatu perilaku. 2. Power of Control belief Power of control belief adalah kekuatan atau keyakinan individu untuk seberapa besar perasaan tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk memunculkan perilaku tersebut. Hubungan antara dua aspek perceived behavioral control di atas dapat digambarkan dalam persamaan berikut : Persamaan diatas menunjukkan bahwa PBC dipengaruhi oleh gabungan dari yang merupakan control belief dan yang merupakan power of control yang memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku. Universitas Sumatera Utara 23

E. Pakaian Bekas

Pakaian merupakan barang yang dipakai oleh seseorang seperti baju, celana, dan sebagainya Uswatun, 2014. Pakaian berfungsi untuk menjaga pemakainya merasa nyaman dari cuaca atau iklim yang panas dan dingin sebagai suatu pelindung tubuh. Pakaian juga sebagai salah satu alat komunikasi kepada masyarakat sebagai status sosial dan gaya hidup. Bekas merupakan benda atau barang yang sudah dipakai oleh orang lain. Menurut kamus Bahasa Indonesia pakaian bekas merupakan pakaian yang sudah pernah dipakai, dan tidak baru lagi Uswatun, 2014. Karimah 2014 menyatakan bahwa pakaian bekas adalah pakaian yang sudah pernah dipakai sebelumnya dan menjadi salah satu target masyarakat untuk mendapatkan gaya yang berbeda dengan yang lain, biasanya pakaian bekas berasal dari Singapura, Malaysia, Korea, dan Hongkong. Pakaian bekas adalah pakaian yang sudah dipakai sebelumnya oleh orang lain, barang cacat dari pabrik, atau barang yang sudah tidak laku lagi Virano, Winarto, Andadari, 2008. Aisyah 2003 mengatakan pakaian bekas adalah barang yang dibeli dan dipakai oleh konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua. Pada tahun 1970-an pakaian bekas dijual di Pematang Siantar masyarakat mengen alnya dengan “Burjer” atau buruk-buruk sian Jerman, pada awal 1980 pakaian bekas dijual di Kabanjahe, Kabupaten Karo. Masyarakat Kabanjahe menyebutnya dengan “Kajebo” singkatan dari Kabanjahe botik, pada tahun 1983- 1984 di Kota Medan dikenal den gan “Monza” singkatan dari Monginsidi Plaza, pada awal 2000-an yang menjual pakaian bekas pindah ke jalan Bintang, Universitas Sumatera Utara 24 Perumnas, jalan Pancing, dan jalan Simalingkar, dan pada tahun 2010 tempat menjual pakaian bekas mulai terkenal dengan sebutan “Pamela” ini merupakan singkatan dari Pajak Melati. Semua barang datang dari Tanjung Balai melalui pelabuhan yang dibungkus dalam bentuk bal. Bal merupakan istilah tempat untuk menyatukan atau mengkumpulkan pakaian bekas yang dibungkus dengan goni platih dan diikat dengan raeat baja. Komunikasi Personal, EG 3 Juni 2015. Bal merupakan suatu kemasan pakaian bekas import berbentuk segi empat yang memiliki berbagai merek dan kode tergantung jenis pakaian yang dihendaki, bal juga terdiri dari beberapa merek yang menentukan harga dari suatu bahan serta kualitas pakaian yang ada didalamnya Aisyah, 2003. Khususnya di kota Medan pakaian bekas sudah ada di Indonesia sekitar tahun 1983-an hingga sekarang. Di kota Medan istilah pakaian bekas dikenal dengan sebutan “Monza”. Monza merupakan singkatan dari Monginsidi Plaza, karena jalan Mongonsidi merupakan tempat pertama kali menjual pakain bekas di kota Medan Rini, 2013. Pasar Monza ini muncul disaat plaza-plaza di Medan mulai tumbuh subur, di pasar ini ada menjual baju, celana, pakaian dalam, jaket, kaos kaki, tas, sepatu, karpet, dan lain-lain. Barang-barang yang ada di pasar Monza ini berasal dari Jepang, Amerika, Thailand, dan Korea Yustita, 2013. Barang-barang yang ditawarkan dijual dengan harga yang relatif murah tentu saja dengan kualitas yang tinggi Yustita, 2013. Jenis yang dijual di Monza beragam dngan ukuran, merek, dan model yang beragam. Pada tahun 1990-an merupakan masa keemasan bagi Monza. Pada saat itu sering ditemukan merek-merek ternama seperti Arrow, Universitas Sumatera Utara 25 Crocodile, Bonia, Louis Vitton, Elle, dan Guest yang dijualkan dengan harga cukup murah. Pakaian bekas yang dijual di Monginsidi Plaza mulai surut perlahan-lahan dan mulai bergeser ke Pajak Melati Medan atau yang sering dikenal dengan “Pamela” Rini, 2013. Pada tahun 2000-an hingga sekarang Pamela dikenal tempat penjual pakaian bekas atau monza terbesar di kota Medan Hidayat, 2014. Barang yang dijual di pamela ini sama dengan barang yang dijual di monza dulu, dengan kualitas yang tinggi dan harga yang murah. Pada saat hari pekan setiap hari selasa, jumat, dan minggu pamela ramai dengan konsumen yang mencari pakaian bekas Hidayat, 2014. Bukan hanya dipajak melati saja, tetapi monza atau pakaian bekas ada juga dijual di sambuh, pajak petisah, jalan simalingkar, dan jalan pancing. Pada hari pekan merupakan hari pembukaan bal. Pakaian bekas yang dikirim dari luar negeri dikirim dan dikemas dalam bentuk bal. Dari uraian diatas, pakaian bekas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pakaian yang sudah dipakai, cacat dari pabrik, atau pakaian yang sudah tidak musim lagi. Pakaian bekas ini berasal dari luar negeri atau pakaian bekas import yang dijual di kota Medan seperti pajak Melati, pajak Petisah, pajak Sambu, jalan Pancing, jalan Simalingkar, dan jalan padang Padang Bulan depan Pajak USU. Universitas Sumatera Utara 26

F. DINAMIKA ANTARA VARIABEL 1. Dinamika Sikap terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas

Del dan David 2007 sikap menyatakan cara seseorang untuk berpikir, merasakan, dan tindakan untuk berperilaku dengan cara yang tetap menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan penilaian positif atau negatif, suka atau tidak suka individu terhadap perilaku tertentu. Ajzen 2005 menyatakan sikap merupakan evaluasi individu secara positif ataupun negatif pada benda, situasi, orang, kejadian, perilaku, atau minat. Apabila individu memiliki evaluasi pada suatu perilaku yang positif maka individu akan cenderung favorable terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya apabila individu memilki evaluasi yang negatif maka individu tersebut akan cenderung unfavorable terhadap perilaku tersebut. Sikap akan mempengaruhi intensi individu dalam menampilkan atau tidak memunculkan perilaku tersebut. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Rahmah 2011 yang menyatakan bahwa sikap secara signifikan memberi pengaruh atau sumbangan terhadap intensi membeli referensi kuliah ilegal. Sikap menunjukkan pengaruh yang positif atau tinggi terhadap intensi membeli buku referensi kuliah ilegal, maka semakin banyak minat mahasiswa membeli buku referensi ilegal. Penelitian yang dilakukan oleh Cahayadi 2013 menyatakan bahwa sikap secara parsial berpengaruh positif terhadap niat pedagang pasar untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan pada koperasi jasa keuangan syariah. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ajzen dan juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu, dapat dilihat bahwa sikap memiliki peran dalam Universitas Sumatera Utara 27 mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika dikaitkan dengan penelitian ini maka ketika individu memliki sikap yang positif terhadap pakaian bekas maka semakin tinggi intensi individu untuk membeli pakaian bekas. Sebaliknya, semakin negatif sikap individu terhadap pakaian bekas maka semakin rendah intensi individu untuk membeli pakaian bekas.

2. Dinamika Norma Subjektif terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas