Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

(1)

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED

BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI

MENGGUNAKAN JASA FITNESS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

oleh :

NOVIRA KHASANAH HARAHAP

101301054

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2014


(2)

Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa fitness dan peranan masing-masing aspek terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 100 orang yang dipilih sebagai sampel penelitian melalui teknik purposive sampling di kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui skala sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC), dan skala intensi yang disusun berdasarkan teori Ajzen mengenai Theory of Planned Behavior.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) secara bersama-sama berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; (2) sikap berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitnes; (3) norma subjektif berperan positif namun tidak signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; dan (4) perceived behavioral control (PBC) memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

Kata kunci: intensi, sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, fitness center


(3)

The Role of Attitudes, Subjective Norms, and Perceived Behavioral Control (PBC) on Intention of Using Fitness Service

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

The purpose of the study is to determine the role of attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control of the intention of using fitness service and the role of each aspect on the intention of using fitness service. This study used the quantitative approach using one hundred peoples in Medan City as subject and selected using purposive sampling. The data was displayed through the scale of attitude, subjective norm, perceived behavioral control (PBC) and scale of intention based on Theory of Planned Behavior by Ajzen.

Results of the current research showed that (1) attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control (PBC) have a significant positive role on the intention of using fitness service; (2) attitudes itself has a significant role to the intention of using fitness service; (3) subjective norm itself has a positive role but doesn’t significant on the intention of using fitness service; and (4) perceived behavioral control (PBC) itself has a significant positive role on the intention of using fitness service.

Keyword: intention, attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, fitness center


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness”. Skripsi ini dibuat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Ayahanda Syamsul Harahap dan Ibunda Wan Eli Farida, sebagai orangtua yang selalu

mendukung penulis. Terima kasih yang tak terhingga atas didikan, kasih sayang,

kesabaran, pengertian, serta dukungan baik moril maupun materil yang masih

penulis terima dan rasakan hingga detik ini. Semua perjuangan Ayahanda dan

Ibunda sulit untuk penulis gantikan dengan material duniawi dalam bentuk

apapun, hanya bakti dan doa-doa yang biasa penulis berikan semoga Ayahanda

dan Ibunda diberikan kesehatan, usia yang panjang, serta berkah oleh Allah

SWT, agar kelak di masa depan bisa melihat keberhasilan penulis. Selain itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., psikolog, selaku dosen pembimbing

penulis. Terima Kasih atas kesediaan, kesabaran, dukungan, waktu dan saran yang Bapak berikan sejak awal penyusunan skripsi ini.


(5)

ii 3. Kakak Juliana Irmayanti Saragih, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing akademik terbaik yang pernah ada. Terima kasih atas segala nasehat-nasehatnya, saran yang mendukung, tempat curhat, film korea, serta bimbingan yang udah kakak berikan.

4. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A, Ph.D., psikolog dan Bapak Ferry Novliadi, M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritikan yang membangun dan saran dalam perbaikan akhir skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan dan seluruh staf pegawai atas bantuannya

selama masa-masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

6. M. Amrizal Arif Hrp, sebagai adik dan saudara satu-satunya. Terima kasih atas dukungannya dan kesediaannya untuk membantu penulis dalam

mengumpulkan data serta jasa antar jemputnya.

7. Surya Handoko, terima kasih atas semua kebaikannya, perhatian, pengertian, dukungan, serta semangatnya selama ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Mira, Iin, Rina, Juni, Sonya, Rocky, Beo, Fatimah, dan Niswah yang selalu ada selama masa perkuliahan. Terima kasih telah

memberi nasehat, saran, canda tawa, suka duka. Terlalu banyak kenangan

indah yang tak mungkin penulis lupakan.

9. Ainun, Zakiah, Clara, Devi, Indah, Nazar, Nurul, Hilmah, Aisyah, Uri, dan Yuri. Terima kasih atas semua suka duka, pelajaran, serta semangatnya.

Kalian selalu menetap dalam hati penulis, bersama kita lalui proses menuju


(6)

detik selalu berarti.

10.Buat Jilly Chandra, Rosa Mentari, dan Veronika sebagai teman satu dosen pembimbing. Terima kasih atas saran, kritik, materi, dan motivasi-motivasi

yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini secepat

mungkin.

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah bersama-sama menjalani pahit manisnya masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.

Sebagai manusia yang masih belajar, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka diri terhadap segala kritik dan saran yang merupakan masukan bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Medan, 01 Oktober 2014

Penulis

Novira Khasanah Harahap 101301054


(7)

iv

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Intensi ... 13

2.2. Sikap ... 15

2.3. Norma Subjektif ... 18

2.4. Perceived Behavioral Control... 20

2.5. Fitness Center ... 21

2.6. Dinamika ... 24

2.6.1. Dinamika Sikap Terhadap Intensi ... 24

2.6.2. Dinamika Norma Subjektif Terhadap Intensi ... 25

2.6.3. Dinamika Perceived Behavioral Control (PBC) Terhadap Intensi 27 2.6.4. Dinamika Sikap, Norma Subjektif, dan PBC Terhadap Intensi ... 29


(8)

2.7. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

1. Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 32

2. Sikap ... 33

3. Norma Subjektif ... 33

4. Perceived Behavioral Control (PBC) ... 34

3.3. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi Penelitian ... 34

3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Intensi ... 37

2. Skala Sikap ... 38

3. Skala Norma Subjektif ... 39

4. Skala Perceived Behavioral Control (PBC) ... 40

3.5. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.5.1. Uji Validitas ... 41

3.5.2. Uji Daya Beda Aitem ... 41

3.5.3. Uji Reliabilitas ... 42

3.6. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 43

3.6.1. Hasil Uji Coba Skala Intensi ... 43

3.6.2. Hasil Uji Coba Skala Sikap ... 43

3.6.3. Hasil Uji Coba Skala Norma Subjektif ... 43


(9)

vi

3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 44

3.8. Metode Analisa Data ... 46

3.8.1. Uji Normalitas ... 46

3.8.2. Uji Linearitas ... 47

3.8.3. Multikolinearitas ... 47

3.8.4. Autokorelasi ... 48

3.8.5. Heteroskedastisitas ... 48

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1. Analisa Deskriptif ... 49

4.2. Hasil Uji Asumsi ... 50

4.2.1. Uji Normalitas ... 50

4.2.2. Uji Linearitas ... 51

4.2.3. Uji Multikolinear ... 53

4.2.4. Uji Autokorelasi ... 54

4.2.5. Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.3. Hasil Utama Penelitian ... 56

4.4. Pembahasan ... 65

4.4.1. Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 65

4.4.2. Peran Sikap terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 66

4.4.3. Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness.. ... 69

4.4.4. Peran Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 71


(10)

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

5.2.1. Saran Metodologis ... 75

5.2.2. Saran Praktis ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Intensi...38

Tabel 2. Blueprint Skala Sikap...39

Tabel 3. Blueprint Skala Norma Subjektif... 40

Tabel 4. Blueprint Skala Perceived Behavioral Control (PBC)...41

Tabel 5. Deskripsi Data Penelitian... 49

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas...50

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Sikap...52

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas Norma Subjektif...52

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Perceived Behavioral Control ...53

Tabel 10. Hasil Uji Multikolinieritas...54

Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi...54

Tabel 12. Hasil Perhitungan Analisis Regresi...56

Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi...57

Tabel 14. Koefisien Regresi...58

Tabel 15. Koefisien Variabel...59

Tabel 16. Deskripsi Data Penelitian...60

Tabel 17. Kategorisasi Skor Sikap...62

Tabel 18. Kategorisasi Skor Norma Subjektif...62

Tabel 19. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control...63


(12)

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. The Theory of Planned Behavior...14

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas...54


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Sikap

2. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Norma Subjektif

3. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Perceived Behavioral Control 4. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Intensi

LAMPIRAN B

1. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Sikap

2. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Norma Subjektif

3. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Perceived Behavioral Control 4. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Intensi

LAMPIRAN C

1. Uji Normalitas Sebaran 2. Uji Linearitas

3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Autokorelasi 5. Uji Heteroskedastisitas 6. Uji Hipotesis

LAMPIRAN D

Contoh Aitem Skala Sikap, Skala Norma Subjektif, Skala Perceived Behavioral Control, dan Skala Intensi


(15)

Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa fitness dan peranan masing-masing aspek terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 100 orang yang dipilih sebagai sampel penelitian melalui teknik purposive sampling di kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui skala sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC), dan skala intensi yang disusun berdasarkan teori Ajzen mengenai Theory of Planned Behavior.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) secara bersama-sama berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; (2) sikap berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitnes; (3) norma subjektif berperan positif namun tidak signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; dan (4) perceived behavioral control (PBC) memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

Kata kunci: intensi, sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, fitness center


(16)

The Role of Attitudes, Subjective Norms, and Perceived Behavioral Control (PBC) on Intention of Using Fitness Service

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

The purpose of the study is to determine the role of attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control of the intention of using fitness service and the role of each aspect on the intention of using fitness service. This study used the quantitative approach using one hundred peoples in Medan City as subject and selected using purposive sampling. The data was displayed through the scale of attitude, subjective norm, perceived behavioral control (PBC) and scale of intention based on Theory of Planned Behavior by Ajzen.

Results of the current research showed that (1) attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control (PBC) have a significant positive role on the intention of using fitness service; (2) attitudes itself has a significant role to the intention of using fitness service; (3) subjective norm itself has a positive role but doesn’t significant on the intention of using fitness service; and (4) perceived behavioral control (PBC) itself has a significant positive role on the intention of using fitness service.

Keyword: intention, attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, fitness center


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era modern ini, manusia berusaha untuk belajar dan bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Persaingan yang ketat terjadi di bidang pekerjaan dimana seseorang dituntut untuk menampilkan performanya secara maksimal. Performa maksimal harus disertai dengan fisik yang mendukung agar aktivitas yang dilakukan sehari-hari dapat berjalan secara lancar. Oleh karena itu, fisik yang prima sangat dibutuhkan untuk menyokong produktivitas kerjanya (Karpovich dalam Sarafino & Smith, 2011).

Fisik yang prima dapat diperoleh dari asupan gizi yang memadai serta olahraga yang rutin. Namun, kesibukan membuat manusia lupa akan pentingnya olahraga bagi kesehatan dan kebugaran fisik. Presiden Dewan Olahraga dan Fitness USA mengatakan “jika olahraga dapat dikemas dalam sebuah pil, itu akan menjadi sebuah obat yang paling banyak diresepkan dan paling bermanfaat di dunia (Staff dalam Cox, 2002). Hal ini mengungkapkan bahwa olahraga sangat dibutuhkan bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia.

Sebuah trend baru dalam lifestyle masyarakat perkotaan belakangan ini adalah sadar akan pentingnya kesehatan dan perilaku hidup sehat. Hasil riset yang dilakukan pada 401 orang Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah mengerti dan sadar akan pentingnya gizi serta olahraga untuk gaya hidup sehat, namun hal tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

Sebanyak 69 persen wanita dan 47 persen pria merasa kesulitan dalam berolahraga secara teratur sehingga hanya 18 persen responden saja yang melakukan olahraga secara rutin (Kusmiyati, 2013). Seiring dengan berkembangnya dunia pekerjaan yang mewajibkan kepada setiap pekerjanya agar selalu bisa bersaing dan produktif, seakan-akan membuat waktu luang menjadi lebih singkat sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk berolah raga. Tetapi dengan perkembangan teknologi dan tingkat ilmu pengetahuan yang semakin maju dalam bidang kesehatan, nutrisi, pola latihan, dan makanan, akhirnya menjadikan fitness center sebagai ladang bisnis baru yang potensial (Dillah, 2014).

Fitness center merupakan suatu fasilitas indoor yang menyediakan sarana program fitness yang meliputi olahraga pembentukan otot-otot tubuh/fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala guna menjaga vitalitas tubuh dan berlatih disiplin (Department of Commerce Australia, 2000). Adapun manfaat menggunakan jasa fitness adalah untuk memperbaiki kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan kapasitas intelektual, menangani stress, menghilangi depresi, dan memperbaiki pola tidur pada malam hari (Iskandar dalam Agustin, 2013). Sarana yang ditawarkan jugaberagam mulai dari fitness center yang hanya menyediakan sarana basic seperti latihan kebugaran baik untuk individu maupun berkelompok dengan alat-alat yang mendukung, hingga sarana yang lebih lengkap dan spesifik seperti aerobic class, spinning class, TRX, Body Combat, Muaythai, Zumba,


(19)

3 Pilates, Yoga, Body Language, Body Building, Sauna, Spa, Streching Class, Kids Class, Teenagers Class, dan lain-lain.

Selain menyediakan fasilitas yang lengkap, Fitness center juga memberikan penawaran berupa “member service” sehingga masyarakat dapat menggunakan jasa ini secara rutin dan dipandu oleh instruktur fitness. Dengan adanya fasilitas yang lengkap serta penawaran yang menarik, fitness center menjadi suatu jasa yang sangat digemari masyarakat dan akhirnya mengalami perkembangan yang sangat cepat untuk memenuhi minat masyarakat dalam berolahraga (Dillah, 2014). Hal ini didukung oleh penelitian Wijayanti (2009) yang mengungkapkan bahwa tingginya tingkat kebutuhan manusia dan gaya hidup masyarakat membuat perkembangan jasa fitness semakin marak khususnya di kota-kota besar Indonesia.

Di Kota Medan, fitness center berkembang sangat pesat mulai dari tahun 2000an. Celebrity Fitness, Our Gym, Thamrin Fitness center, dan My Life Gym, merupakan fitness center yang berada di lokasi perbelanjaan. Sementara Clark Hatch Fitness center, Novotel Fitness Club, Emerald Garden Fitness, Fitness Club, Fitness center, merupakan fitness center yang berada di perhotelan. Selain fitness center diatas, masih banyak tempat pelayanan jasa fitness lainnya yang tersebar di tengah pemukiman warga serta di kawasan kampus. Berbagai motivasi yang mendorong manusia menggunakan jasa fitness yaitu untuk menurunkan berat badan, membentuk lekuk tubuh yang ideal, menetralkan tensi tubuh, menguatkan fungsi jantung serta mempertahankan tubuh agar selalu terlihat fit (Sarafino & Smith, 2011). Namun, bukan berarti dengan berkembangnya jasa


(20)

fitness membuat semua orang tergila-gila ingin menggunakannya sebagai alternatif untuk menjaga kesehatan. Dalam acara peluncuran Global Rebranding Fitness, CEO First Fitness Asia mengemukakan bahwa alasan seseorang tidak memilih ke gym dari 3000 responden di Asia adalah sebanyak 35 persen mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu setiap hari, sementara 23 persen mengatakan kalau mereka selalu berpindah tempat kalau olahraga atau tidak bisa konsisten di satu tempat olahraga. Lalu, 18 persen mengatakan bahwa mereka tidak mengenal siapapun di gym. Dan 14 persen mengatakan tidak suka merasa repot membawa alat-alat olahraganya kemana-mana (Triananda, 2014).

Perilaku seseorang untuk menggunakan jasa fitness center dapat dilihat dari intensi mereka. Intensi merupakan keputusan yang dibuat manusia untuk berperilaku secara tertentu (Craighead & Nemerof, 2002). Jadi dapat dikatakan bahwa ketika seseorang hendak melakukan sesuatu, ada niat ataupun suatu hal yang mendasarinya untuk berperilaku demikian. Hal inilah yang dinamakan intensi. Intensi dijelaskan dalam theory of planned behavior yang mengemukakan bahwa seseorang akan memunculkan perilaku apabila ia menilai bahwa perilaku itu baik atau bernilai positif, ketika orang-orang sekitar individu mengharapkan perilaku itu terjadi, dan ketika ia memiliki kontrol diri berupa kesempatan dan kepercayaan diri untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Dalam theory of planned behavior di atas dapat disimpulkan bahwa intensi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control.


(21)

5 Sikap merupakan penilaian individu baik itu positif maupun negatif terhadap benda, orang, institusi, peristiwa, perilaku, dan minat tertentu. Sikap memiliki dua komponen dalam mempengaruhi intensi yaitu behavioral belief yang merupakan keyakinan individu akan konsekuensi perilaku yang akan dimunculkan serta evaluation of outcome yang merupakan penilaian individu akan konsekuensi yang dihasilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Sikap masyarakat terhadap jasa fitness umumnya bersifat positif. Hal ini dapat dilihat dari komunikasi personal dibawah ini.

“Menurut saya kalau gunakan jasa fitness itu bagus, toh didalamnya orang yang awalnya gendut bisa jadi langsing, yang udah langsing mau punya otot juga bisa. Bagus sih untuk kesehatan sama lifestyle.” (Komunikasi Personal, 07 April 2014)

Disamping sikap, norma subjektif juga mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan perilaku. Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang terhadap harapan orang lain untuk ia lakukan dan keinginannya untuk mengikuti harapan tersebut (Ajzen, 2005). Berdasarkan definisi di atas, norma subjektif memiliki dua komponen yakni keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply). Seorang individu akan cenderung melakukan suatu perilaku apabila ia yakin bahwa orang-orang sekitarnya menganggap positif akan suatu perilaku dan mendorongnya untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Pengaruh norma subjektif terhadap intensi menggunakan jasa fitness dapat dilihat dalam wawancara berikut ini.

“Teman-teman yang lain udah nyuruh aku ikut pake jasa fitness supaya bisa nurunin berat badan sama ngecilin perut. Aku mau aja sih, tapi ya nantilah tunggu tenang dulu urusan kuliah ini biar ada waktuku.


(22)

(Komunikasi Personal, 08 April 2014)

Selain kedua komponen di atas, perceived behavior control juga memiliki peran penting dalam membentuk intensi. Perceived Behavior Control mengacu pada bagaimana persepsi seseorang tentang seberapa mudah atau seberapa sulit ia memunculkan suatu perilaku. Semakin individu merasa mampu atau mudah dalam menampilkan perilaku maka semakin besar juga intensinya memunculkan perilaku. Namun apabila individu merasa tidak mampu atau kesulitan memunculkan perilaku tersebut, maka akan semakin kecil ia akan memunculkan perilaku tersebut. Perceived behavior control memiliki dua aspek penting yaitu control belief yang merupakan persepsi seseorang akan kapasitas yang dimilikinya untuk memunculkan perilaku serta power of factor yakni seberapa besar derajat faktor-faktor control tersebut mempengaruhi keputusan untuk memunculkan perilaku (Ajzen, 2005).

“Kalau aku sih mikirnya lebih berat di biaya. Anak kuliah biaya aja masih minta dari orangtua kalau ikutan fitness rasanya sayang macem terbuang uang itu. Jadi aku mikirnya toh juga masih ada alternatif lain yang gratis, aku bisa jogging atau senam-senam ringan sebagai pengganti pake jasa fitness. Kalau nanti udah kerja, punya penghasilan sendiri, aku pasti ikutan fitness karena kalau dibilang pingin, ya aku pingin. Tapi itulah masalahnya Cuma di biaya”

(Komunikasi Personal, 25 Maret 2014)

Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen ini telah banyak digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Mashithoh (2009) telah melakukan penelitian


(23)

7 untuk menguji theory of planned behavior terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII (Taman Mini Indonesia Indah) sebagai destinasi wisata. Hasil dari penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control bersama-sama memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Sikap berperan secara positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Norma subjektif berperan positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Serta perceived behavioral control juga berperan positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Ajzen (2005) mengungkapkan bahwa intensi sudah dapat dijelaskan bila hanya satu atau dua faktor yang berpengaruh pada intensi pembentukan perilaku tersebut.

Individu yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan jasa fitness cenderung memiliki intensi yang besar untuk menggunakan jasa fitness. Orang-orang disekitar individu (significant others) seperti orang tua, saudara, dan sahabat juga berperan untuk menentukan munculnya perilaku individu. Apabila significant other memandang jasa fitness sebagai sesuatu yang positif dan ada tekanan sosial untuk melakukan fitness, maka intensi individu juga semakin besar menggunakannya. Selain itu, faktor mampu tidaknya individu untuk menggunakan jasa fitness seperti adanya waktu atau kesempatan serta ada atau tidaknya biaya untuk menggunakan jasa fitness berpengaruh terhadap intensi individu tersebut.


(24)

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin melihat apakah theory of planned behavior dapat diterapkan pada penggunaan jasa fitness sebagai dasar untuk meneliti fenomena kecendrungan penggunaan jasa fitness pada jaman sekarang. Bagaimana peran sikap, norma subjektif dan perceived behavior control terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah: i. Apakah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara

bersama-sama berperan positif terhadap intensi menggunakan jasa fitness? ii. Seberapa besar peran sikap terhadap intensi menggunakan jasa fitness? iii. Seberapa besar peran norma subjektif terhadap intensi menggunakan jasa

fitness?

iv. Seberapa besar peran perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa fitness?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Utama

Untuk melihat apakah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.

1.3.2. Tujuan Tambahan

a. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel sikap terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.


(25)

9 b. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel norma

subjektif terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.

c. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel perceived behavioral control terhadap intensi seseorang menggunakan jasa fitness.

d. Untuk mengetahui variabel independen (X) yang paling berperan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

e. Untuk melihat tingkat sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) pada sampel dibandingkan dengan populasi secara umum.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis, yaitu :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya di bidang Psikologi Industri Organisasi, terutama mengenai variabel sikap, norma subjektif, perceived behavioral control terhadap keinginan untuk menggunakan jasa fitness. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai variabel sikap, norma subjektif,


(26)

perceived behavioral control mengenai pengaruhnya terhadap variabel intensi.

1.4.2. MANFAAT PRAKTIS

Sebagai informasi bagi para pengelola jasa fitness dalam meningkatkan pemasaran fitness center. Untuk meningkatkan pemasaran jasa fitness, tentunya para pengelola harus mengetahui sejauh mana keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa fitness. Keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa fitness dipengaruhi oleh tingkat sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control. Ketiga faktor yang mempengaruhi keinginan/intensi masyarakat tersebut ditentukan oleh kepercayaan (belief) yang diperoleh dari pengetahuan atau informasi-informasi mengenai fitness center. Sehingga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengelola jasa fitness dalam mempromosikan maupun menginformasikan fitness center sebagai alternatif masyarakat dalam berolahraga.


(27)

11 Untuk mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang isi dari proposal ini, maka pembahasan dilakukan secara sistematik yang meliputi :

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian yaitu mengenai intensi menggunakan jasa fitness, rumusan masalah penelitian apakah variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi menggunakan jasa fitness, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis mengenai intensi untuk menggunakan jasa fitness. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian mengenai sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berhubungan dengan intensi menggunakan jasa fitness.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengambilan data, metode analisis data dan uji kualitas data.


(28)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil penelitian secara keseluruhan dari penelitian ini yang dilakukan dengan menggunakan analisa statistik dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Kemudian pada bab ini juga akan dibahas mengenai ketercapaian ataupun ketidaktercapaian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi jawaban atas masalah yang diajukan, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavior kontrol secara bersama-sama berperan positif terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan saran- saran bagi pengembang dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.


(29)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.INTENSI

2.1.1. Defenisi Intensi

Chaplin (1999) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara Kartono dan Gulo (1987) mendefinisikan intensi sebagai tujuan untuk berbuat suatu hal. Warshaw dan Davis (1985) mendefinisikan intensi sebagai kecenderungan individu untuk merancang suatu perencanaan secara sadar untuk menampilkan atau tidak menampilkan maksud tertentu. Jadi, intensi dapat dipahami sebagai rencana individu untuk menampilkan suatu perilaku tertentu.

Semua perilaku manusia didasarkan pada intensi karena intensi merupakan indikasi seberapa keras usaha seseorang untuk menampilkan suatu perilaku. Kerasnya usaha seseorang untuk melakukan suatu perilaku merupakan prediktor paling kuat bagi munculnya perilaku tersebut. Intensi dijelaskan dalam theory of planned behavior yang merupakan pengembangan dari theory of reasoned action. Menurut Ajzen (1991) yang menjadi faktor utama dalam theory of planned behavior ini adalah intensi seseorang untuk memunculkan suatu perilaku. Intensi diasumsikan untuk menggambarkan faktor yang memotivasi dan mempengaruhi perilaku, seperti mengindikasikan seberapa keras individu akan mencoba menampilkan perilaku serta seberapa besar usaha yang direncanakan untuk menampilkan perilaku. Intensi merupakan prediktor terbaik dari munculnya


(30)

suatu perilaku sehingga apabila kita ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang maka cara terbaik untuk memprediksinya adalah dengan mengetahui intensi orang tersebut.

2.1.2. Faktor-Faktor Intensi

Ajzen (2005) mengemukakan intensi merupakan fungsi dari tiga faktor yaitu faktor personal, faktor sosial, dan faktor kontrol / kendali. Faktor personal merupakan sikap individu terhadap perilaku berupa evaluasi positif atau negatif terhadap perilaku yang akan ditampilkan. Faktor sosial diistilahkan dengan kata norma subjektif yang meliputi persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Yang terakhir merupakan faktor kendali yang disebut perceived behavioral control yang merupakan perasaan individu akan mudah atau sulitnya menampilkan perilaku tertentu. Hubungan antara intensi dan ketiga faktor yang mempengaruhinya dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Umumnya, seseorang menunjukkan intensi terhadap suatu perilaku jika mereka telah mengevaluasinya secara positif, mengalami tekanan sosial untuk


(31)

15 melakukannya, dan ketika mereka percaya bahwa mereka memiliki kesempatan dan mampu untuk melakukannya. Sehingga dengan menguatnya intensi seseorang terhadap perilaku tersebut, maka kemungkinan individu untuk menampilkan perilaku juga semakin besar (Ajzen, 2005).

2.1.3. Aspek-Aspek Intensi

Intensi memiliki 4 aspek yang mendasarinya yaitu target, action, context, dan time. Target merupakan sasaran yang ingin dicapai jika menampilkan suatu perilaku. Misalnya, menampilkan perilaku belajar untuk mencapai prestasi. Action yang merupakan suatu tindakan yang mengiringi munculnya perilaku. Misalnya, membuka buku merupakan aksi yang dilakukan ketika hendak menampilkan perilaku belajar. Context mengacu pada situasi yang akan memunculkan perilaku. Misalnya, ketika berada di tempat yang tenang dapat membangkitkan niat belajar. Dan yang terakhir adalah time yaitu waktu munculnya perilaku, misalnya belajar pada minggu sebelum ujian akhir.

2.2. SIKAP

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap atau attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal atau suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan, 2004). Oleh karena itu, suatu perbuatan ataupun perilaku dapat diprediksi dari adanya sikap (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menurut Allport, sikap merupakan suatu proses yang


(32)

berlangsung dalam diri seseorang yang didalamnya terdapat pengalaman individu yang akan mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi (dalam Sarwono, 2009). Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara bipolar yakni positif maupun negatif terhadap objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu yang berisi kepercayaan atau stereotipe mengenai suatu hal. Komponen ini merupakan respon yang sangat spesifik, misalnya bagaimana respon individu terhadap suatu produk atau jasa. Kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu misalnya perasaan individu ketika melihat, mendengar, merasa, ataupun menggunakan barang atau jasa. Yang terakhir adalah komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan untuk berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2011).


(33)

17 Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan evaluasi individu baik positif maupun negatif terhadap objek sikap yang berupa benda, institusi, orang, kejadian, perilaku, maupun minat tertentu. Sikap ditentukan dari evaluasi seseorang mengenai konsekuensi suatu perilaku yang diasosiasikan dengan suatu perilaku dan dengan melihat kuatnya hubungan antara konsekuensi tersebut dengan suatu perilaku. Maka dapat disimpulkan bahwa jika seseorang memiliki belief yang kuat bahwa suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi yang positif, maka sikap terhadap perilaku tersebut juga akan positif. Tetapi jika belief terhadap perilaku tersebut negatif, maka sikap yang terbentuk terhadap suatu perilaku tersebut juga negatif. Beliefs terhadap suatu objek dapat dibentuk secara langsung melalui hasil observasi, maupun secara tidak langsung melalui informasi dari sumber lain seperti teman, televisi, koran, buku, dan lain-lain.

2.2.2. Aspek Sikap

Berdasarkan theory of planned behavior, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari aspek behavioral beliefs dan outcome evaluation. Behavioral belief merupakan kepercayaan individu akan konsekuensi yang dihasilkan bila ia menampilkan suatu perilaku. Sementara outcome evaluation merupakan penilaian individu terhadap konsekuensi atau hasil dari perilaku yang ditampilkan. Individu yang yakin bahwa dengan menampilkan suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi yang positif, akan memiliki kecenderungan yang besar untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Hubungan kedua aspek diatas dapat digambarkan dalam persamaan berikut ini :


(34)

�� ∝ � ����

Persamaan diatas menjelaskan bahwa � merupakan sikap terhadap suatu perilaku yang merupakan hasil kali dari � sebagai behavioral belief dan � sebagai evaluation of outcome.

2.3. NORMA SUBJEKTIF 2.3.1. Defenisi Norma Subjektif

Norma merupakan peraturan atau kebiasaan berdasarkan apa yang dipikirkan dan dilakukan, apa yang baik dan tidak baik di dalam suatu kelompok sosial. Dapat dikatakan bahwa norma merupakan standar untuk berperilaku secara normal di dalam masyarakat. Norma merupakan harapan bersama tentang bagaimana seseorang harus berperilaku dalam kelompok (Burn, 2004).

Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif sebagai persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku. Norma subjektif dapat dikatakan sebagai dorongan sosial yang menentukan seseorang untuk melakukan perilaku. Ketika individu ingin menampilkan perilaku, ia akan menyesuaikan perilaku tersebut dengan norma kelompoknya sehingga kecenderungan untuk menampilkan perilaku akan semakin besar jika kelompok bisa menerima perilaku tersebut. Kelompok ini bisa saja berupa orangtua, saudara, teman dekat, dan orang yang berkaitan dengan perilaku tersebut.


(35)

19

2.3.2. Aspek Norma Subjektif

Menurut theory of planned behavior (Ajzen, 2005), norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply). Keyakinan normatif (normative belief) berkenaan dengan keyakinan individu apakah orang-orang terdekat individu (significant other) mendukung atau menolak tampilnya perilaku. Keyakinan normatif diperoleh dari significant other tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Motivation to comply adalah motivasi individu untuk menampilkan perilaku yang diharapkan significant other. Seseorang yang percaya bahwa ketika significant other menyetujui suatu perilaku, maka hal itu akan menjadi tekanan sosial bagi individu untuk melakukan perilaku tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika significant other tidak menerima suatu perilaku maka hal itu akan menjadi tekanan sosial bagi individu untuk menjauhi dan tidak melakukan perilaku tersebut.

Hubungan antara dua aspek norma subjektif diatas dapat digambarkan pada persamaan berikut ini :

�� ∝ � ����

Persaman tersebut menggambarkan SN yang merupakan subjective norm dipengaruhi oleh gabungan faktor � yang merupakan normative belief dan � yang merupakan motivation to comply.


(36)

2.4. PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

2.4.1. Defenisi Perceived Behavioral Control

Ajzen (2005) mengungkapkan perceived behavior control atau kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor yang memfasilitasi atau menghalangi tampilnya suatu perilaku. Keyakinan ini mungkin didasari oleh pengalaman masa lalu namun biasanya dipengaruhi oleh informasi sekunder seperti informasi yang diobservasi individu dari pengalaman kenalan, teman, dan faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi intensitas berperilaku. Semakin banyak sumber daya dan kesempatan individu maka semakin kuat kontrol perilaku yang dimilikinya. Dengan kata lain, kontrol perilaku merupakan persepsi mengenai mampu atau tidaknya maupun mudah atau sulitnya individu menampilkan perilaku.

Menurut theory of planned behavior, perceived behavior control bersama-sama dengan intensi dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi munculnya perilaku. Ada dua alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Yang pertama, intensi untuk memunculkan perilaku akan lebih berhasil jika disertai dengan adanya perceived behavior control. Misalnya, ada dua orang yang memiliki intensi yang sama kuatnya untuk belajar bermain ski. Ketika keduanya mencoba melakukannya, orang yang yakin bahwa ia mampu melakukan akan lebih berhasil daripada orang kedua yang tidak yakin bahwa ia mampu untuk bermain ski. Yang kedua, adanya hubungan langsung antara perceived behavior control dengan munculnya perilaku, dimana perceived behavior control dapat digunakan untuk mengukur kontrol aktual.


(37)

21

2.4.2. Aspek Perceived Behavioral Control

Kontrol perilaku ditentukan oleh control beliefs dan power of control beliefs (Ajzen, 2005). Control beliefs merupakan persepsi individu apakah ia mampu atau tidak mampu dalam menampilkan suatu perilaku. Sedangkan power of control beliefs merupakan derajat seberapa besar faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk menampilkan perilaku, apakah faktor kontrol tersebut dapat memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku. Hubungan antara dua aspek perceived behavior control diatas dapat digambarkan dalam persamaan berikut :

��� ∝ � ����

Persamaan diatas menunjukkan bahwa PBC dipengaruhi oleh gabungan dari � yang merupakan control belief dan � yang merupakan power of control yang memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku.

2.5. FITNESS CENTER

Fitness adalah kegiatan olahraga pembentukan otot-otot tubuh/fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala, yang bertujuan untuk menjaga vitalitas tubuh dan berlatih disiplin. Untuk menjaga kedisplinan olahraga tersebut, dibuatlah suatu fasilitas olahraga indoor yang disebut fitness center. Fitness center merupakan suatu tempat yang didalamnya terdapat fasilitas dan perlengkapan untuk melatih dan meningkatkan aktivitas olahraga. Banyak aktivitas fisik yang


(38)

ditawarkan dalam fitness center diantaranya adalah senam aerobik, body language, salsa, taebo, dance, body building, yoga, dan sauna (Cleopatra Fitness, 2001).

Menurut Department of Commerce Australia (2000), fitness center merupakan suatu fasilitas indoor yang menyediakan berbagai program dan alat-alat kesehatan serta adanya aktivitas fisik berupa latihan kebugaran, baik aktivitas tersebut dilakukan secara perorangan maupun per individu. Jadi, suatu tempat sudah bisa dikatakan fitness center jika meliputi hal-hal berikut ini :

1. Latihan fisik yang terstruktur

2. Adanya instruktur yang memandu sesi latihan kelompok, kelas aerobik, maupun program lifestyle

3. Personal trainers atau pelatih fitness yang melayani pelanggan

4. Tersedianya fasilitas-fasilitass fitness atau gym yang dapat digunakan pelanggan secara umum

5. Terkadang terdapat fasilitas seperti kolam renang ataupun jacuzzi yang menyediakan jasa aquarobics atau jasa lainnya namun hal ini hanya sebagai sarana tambahan saja.

Fasilitas yang terdapat di fitness center adalah sarana olahraga dan penunjang prasarana olahraga. Prasarana olahraga digunakan untuk memenuhi aktivitas olahraga seperti alat-alat kardio, studio senam dan aerobik, free weight, dan machine weight. Sementara perlengkapan prasarana digunakan untuk membantu kegiatan olahraga dan perlengkap fasilitas olahraga seperti personal trainer,lounge, sauna, steam, dan sebagainya.


(39)

23 Menurut Sharkey dan Gaskill (2007) berdasarkan segmentasi pengunjung, fitness center dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Public fitness club

Fitness ini disediakan untuk masyarakat umum yang bersedia menjadi anggota atau pengunjung yang membayar. Perlengkapan dan fasilitas yang disediakan public fitness club biasanya merupakan perlengkapan umum dengan fasilitas standar.

b. Executive fitness club

Executive fitness club disediakan bagi anggota tertentu yang tingkatannya lebih tinggi daripada public fitness club. Iuran keanggotaan pada klub ini lebih mahal dengan membidik pasaran dari kalangan eksekutif. Peralatan serta fasilitas yang disediakan lebih bervariasi dan terspesifikasi. Biasanya, executive fitness club berada di kawasan perbelanjaan dan perkantoran. c. Luxurious fitness club

Luxurious fitness club dikhususkan bagi anggota tertentu yang membutuhkan ruang lebih privat denga variasi fasilitas yang lebih lengkap dan pelayanan terbaik. Luxurious fitness club biasanya berada di hotel berbintang lima, apartemen, dan kawasan ekslusif di pusat kota.

d. Body builders club

Body builders dikhususkan bagi pria yang ingin memfokuskan diri pada pembentukan tubuh tertentu dengan menggunakan alat berat yang khusus untuk profesional. Ruangan pada body builders club ini tidak terlalu besar


(40)

dan biasanya dikhususkan bagi pria dan wanita yang ingin memiliki tubuh layaknya binaraga.

2.6. DINAMIKA

2.6.1. Dinamika Sikap terhadap Intensi

Menurut Thurstone, sikap merupukan derajat positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap merupakan penilaian positif-negatif, suka-tidak suka, maupun benar-salah terhadap suatu objek tertentu. Dalam theory of planned behavior, Ajzen (2005) mengungkapkan sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu. Berdasarkan teori ini, sikap ditentukan oleh behavioral beliefs dimana jika individu mengevaluasi bahwa suatu perilaku memiliki konsekuensi yang baik, maka individu memiliki intensi yang lebih besar untuk melakukan perilaku tersebut serta outcome evaluation berupa penilaian individu terhadap suatu perilaku, yang apabila perilaku tersebut berkonsekuensi positif maka ia akan cenderung untuk menampilkannya, dan sebaliknya.

Sikap akan mempengaruhi intensi seseorang yang nantinya akan berakibat apakah individu akan menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan bahwa pengunjung Taman Mini Indonesia Indah memiliki penilaian yang positif terhadap atribut yang ditawarkan manajemen TMII. Sikap menunjukkan pengaruh yang searah terhadap intensi pengunjung, yang berarti semakin positif


(41)

25 semakin besar minat pengunjung untuk berkunjung ke TMII. Penelitian lain dilakukan oleh Arimoerti (2000) bahwa sikap secara positif mempengaruhi intensi seseorang untuk menggunakan jasa psikologi. Jadi, semakin positif sikap seseorang terhadap pelayanan psikologi maka semakin tinggi intensi orang tersebut untuk melakukan konsultasi pada jasa psikologi . Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011) juga menunjukkan bahwa sikap secara signifikan memberi pengaruh atau sumbangan terhadap intensi membeli buku referensi kuliah illegal.

Berdasarkan penelitian diatas dan didukung oleh penelitian Ajzen (2005) dalam Theory of Planned Behavior, maka dapat dilihat bahwa sikap memiliki peran dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku, dimana dalam penelitian ini perilaku menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin tinggi intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin rendah pula intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.6.2. Dinamika Norma Subjektif terhadap Intensi

Norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku. Norma subjektif yang berasal dari significant others atau orang-orang terdekat seperti orang tua, pasangan, saudara, serta teman dekat yang akan mempengaruhi intensi individu dalam menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Norma subjektif dapat


(42)

dikatakan sebagai dorongan sosial yang menentukan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 2005).

Ajzen (2005) mengemukakan bahwa norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) berupa keyakinan akan harapan-harapan orang yang berada di sekitar individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Selain keyakinan normatif, norma subjektif juga ditentukan oleh keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) yang berupa dorongan sosial yang memotivasi individu untuk menampilkan perilaku sesuai dengan kepercayaannya terhadap harapan orang-orang di sekitarnya. Jika individu percaya bahwa significant others mengharapkan ia harus melakukan suatu perilaku dan ia termotivasi untuk mewujudkan harapan significant other tersebut, maka individu akan memiliki intensi yang tinggi untuk menampilkan perilaku. Sebaliknya jika individu percaya bahwa significant others tidak menyukai atau melarang individu melakukan suatu perilaku dan ia terdorong untuk menjauhi perilaku tersebut, maka intensi individu akan berkurang dalam menampilkan perilaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Fausiah, Muis, dan Atjo (2013) menemukan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh yang searah terhadap intensi karyawan untuk berperilaku K3, yang berarti semakin tinggi pengaruhh rujukan sosial di lingkungan kerja unit PLTD PT. PLN (Persero) Sektor Tello maka diharapkan pula semakin tinggin intensi karyawan untuk berperilaku K3. Penelitian lain dilakukan oleh Priaji (2011) bahwa norma subjektif secara positif mempengaruhi intensi menabung di bank syariah secara signifikan. Jadi, semakin


(43)

27 tinggi rujukan sosial yang diberikan pada individu untuk menabung di bank syariah maka semakin besar intensinya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati (2012) menemukan bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap intensi untuk menggunakan kartu kredit pada PNS di lingkungan Universitas Brawijaya. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa nasehat atau saran dari significant other menjadi salah satu pertimbangan individu untuk melakukan suatu perilaku.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dilihat bahwa norma subjektif memiliki peran dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan perilaku, dimana dalam penelitian ini perilaku menggunakan jasa fitness. Ketika norma subjektif yang ada di sekitar individu mendukung untuk menggunakan jasa fitness maka semakin tinggi intensi seseorang menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, jika norma subjektif tidak mendukung seseorang untuk menggunakan jasa fitness maka semakin rendah pula intensi orang tersebut dalam menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness.

2.6.3. Dinamika Perceived Behavior Control terhadap Intensi

Perceived behavior control merupakan keyakinan individu tentang ada atau tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi tampilnya perilaku. Keyakinan ini bisa saja didasari oleh pengalaman masa lalu ataupun informasi sekunder tentang perilaku seperti informasi yang didapatkan dengan mengobservasi pengalaman kenalan, teman, keluarga, dan lain-lain yang nantinya dapat meningkatkan atau mengurangi intensi berperilaku. Perceived behavior


(44)

control ditentukan oleh keyakinan seseorang mengenai faktor pendukung atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs). semakin banyak faktor yang memfasilitasi untuk menampilkan perilaku seperti kesempatan ataupun sumberdaya, maka semakin besar intensi individu untuk menampilkan perilaku (Ajzen, 2005).

Perceived behavior control juga ditentukan oleh derajat seberapa besar faktor-faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan perilaku tersebut atau tidak (power of control belief). Bila individu merasa mudah untuk menampilkan perilaku maka semakin besarlah intensinya, sebaliknya jika individu merasa perilaku tersebut sulit untuk ditampilkan maka semakin kecil intensi individu untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh perceived behavior control terhadap intensi. Penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan bahwa perceived behavior control mempengaruhi intensi atau minat seseorang untuk mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2012) menunjukkan bahwa perceived behavioral control yang dimiliki nasabah bank berpengaruh signifikan dan positif terhadap keinginan menggunakan ATM. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kontrol prilaku yang dipersepsikan nasabah bank terhadap produk layanan bank, maka keinginan untuk menggunakan ATM BCA semakin meningkat. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Huda, Rini, Mardoni, dan


(45)

29 Putra (2012) menunjukkan bahwa intensi untuk membayar zakat dipengaruhi perceived behavior control secara signifikan.

Kesimpulan yang didapat dari Theory of Planned Behavior oleh Ajzen (2005) dan hasil dari penelitan-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perceived behavior control berperan dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Semakin tinggi perceived behavior control yang dimiliki seseorang terhadap perilaku penggunaan jasa fitness, maka semakin tinggi intensinya untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, jika semakin rendah perceived behavior control seseorang, maka intensinya untuk menggunakan jasa fitness semakin rendah.

2.6.4. Dinamika Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavior Control

terhadap Intensi

Intensi didefinisikan sebagai maksud, keinginan, pamrih, tujuan untuk mencapai suatu tujuan (Chaplin, 1999). Intensi berfungsi untuk memprediksi perilaku yang akan dimunculkan oleh individu sehingga dapat dikatakan bahwa intensi merupakan prediktor munculnya perilaku tertentu (Ajzen, 2005).Semakin besar intensi seseorang terhadap suatu perilaku, semakin besar juga kemungkinan seseorang untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.

Ajzen (2005) menyatakan terdapat 3 aspek yang mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control. Sikap merupakan evaluasi positif dan negatif tentang suatu perilaku, jika individu memiliki sikap positif terhadap perilaku maka


(46)

intensinya semakin besar untuk memunculkan perilaku tersebut. Norma subjektif merupakan persepsi terhadap dorongan sosial untuk memunculkan suatu perilaku, jika lingkungan sosial individu mendukung untuk memunculkan perilaku maka semakin besar intensi individu memunculkan perilaku tersebut. Perceived behavioral control merupakan keyakinan individu terhadap faktor yang mendukung atau menghalangi perilaku, semakin tinggi faktor pendukung atau semakin rendah faktor yang menghalangi munculnya perilaku maka semakin besar intensi individu dalam menampilkan perilaku tersebut.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana sikap, norma subjektif, dan perceived behavior mempengaruhi intensi berperilaku. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maradhona (2009) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersamaan mempengaruhi intensi kepatuhan konsumen dalam membayar tagihan telepon. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersamaan dan signifikan mempengaruhi intensi menggunakan bus Transjakarta pada karyawan Plaza Mandiri yang memiliki kendaraan pribadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi membeli buku secara ilegal pada mahasiswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki peran dalam intensi seseorang melakukan suatu perilaku, dimana dalam penelitian ini akan dilihat intensi


(47)

31 seseorang untuk menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap, norma subjektif yang mendukung, dan perceived behavior control yang positif terhadap perilaku penggunaan jasa fitness, maka intensi orang tersebut akan semakin tinggi untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, semakin negatif sikap, norma subjektif yang tidak mendukung, dan perceived behavior control negatif seseorang terhadap penggunaan jasa fitness, maka akan semakin rendah juga intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.7. HIPOTESIS

2.7.1. Hipotesis Utama :

Sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama berperan menjadi prediktor positif terhadap intensi penggunaan jasa fitness. Semakin positif sikap, semakin tinggi norma subjektif, dan semakin besar perceived behavior control yang dimiliki seseorang, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.7.2. Hipotesis Tambahan :

1. Sikap berperan secara signifikan terhadap intensi penggunaan jasa fitness. Semakin positif sikap seseorang terhadap perilaku menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2. Norma subjektif berperan secara signifikan terhadap intensi penggunaan jasa fitness. Semakin banyak dukungan yang didapatkan seseorang untuk


(48)

menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

3. Perceived behavioral control berperan secara signifikan terhadap intensi penggunaan jasa fitness. Semakin besar kendali yang dimiliki seseorang untuk menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.


(49)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif korelasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variasi-variasi dalam suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi dari faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2010). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode dan alat pengumpulan data, validitas, reliabilitas, dan uji daya beda aitem, dan metode analisis data.

3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Variabel dependen : Intensi menggunakan jasa fitness

2. Variabel independen : 1) Sikap, 2) Norma subjektif, dan 3) Perceived behavior control

3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Intensi menggunakan jasa fitness adalah niat atau keinginan seseorang untuk menggunakan jasa fitness. Intensi menggunakan jasa fitness ini dapat diukur dengan menggunakan skala intensi menggunakan jasa fitness yang terdiri dari empat aspek yaitu target, action, context dan time. Hasil dari skala tersebut akan menunjukkan kesimpulan apakah subjek memiliki intensi yang tinggi atau rendah untuk menggunakan jasa fitness. Dengan demikian,


(50)

semakin tinggi skor skala yang diperoleh, maka semakin tinggi pula intensi subjek untuk menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh, maka intensi subjek untuk menggunakan jasa fitness semakin rendah.

2. Sikap adalah keyakinan yang dipegang oleh individu tentang suatu objek dimana dalam penelitian ini adalah jasa fitness serta penilaian yang menunjukkan apakah individu menyukai atau tidak menyukai perilaku menggunakan jasa fitness. Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala sikap yang terdiri dari dua indikator sikap yaitu behavioral beliefs dan outcome evaluation. Dari hasil skala sikap tersebut, dapat dilihat tingkat sikap yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor total kedua aspek diatas. Jika semakin tinggi skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka semakin positif sikap yang dimiliki subjek terhadap perilaku penggunaan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka semakin negatif sikap subjek terhadap perilaku penggunaan jasa fitness.

3. Norma subjektif adalah pandangan individu tentang harapan significant others yang mendorong individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Norma subjektif dapat diukur dengan menggunakan skala norma subjektif yang terdiri dari dua indikator yaitu normative belief dan motivation to comply. Dari hasil skala norma subjektif tersebut, dapat dilihat tingkat norma subjektif yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor kedua


(51)

35 menunjukkan bahwa norma subjektif mendukung subjek untuk melakukan perilaku menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh oleh subjek menunjukkan bahwa norma subjektif kurang atau tidak mendukung subjek untuk melakukan perilaku menggunakan jasa fitness.

4. Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai faktor yang mendukung atau menghalangi munculnya perilaku. Perceived behavioral control dapat diukur dengan menggunakan skala perceived behavioral control yang terdiri dari dua indikator yaitu control beliefs dan power of control beliefs. Dari hasil skala perceived behavioral control tersebut, dapat dilihat tingkat perceived behavioral control yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor kedua aspek diatas. Jika semakin tinggi skor skala yang diperoleh, maka semakin kuat perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh, maka semakin lemah perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness.

3.3 POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Azwar (2010), populasi merupakan kelompok subjek yang akan dikenai penelitian. Populasi dalam penelitian meliputi kelompok subjek yang


(52)

harus memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang sama sehingga dapat dibedakan dengan kelompok subjek yang lain. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para peminat olahraga yang belum pernah menggunakan jasa fitness di Kota Medan.

3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota populasi. Penggunaan sampel dalam penelitian didasari atas pertimbangan efisiensi sumber daya berupa waktu, tenaga, dan dana. Oleh karena itu, subjek penelitian hanya diambil dari sampel dalam populasi bukan populasi secara keseluruhan (Azwar, 2010). Sampel tentunya harus merepresentasi populasi atau memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh populasinya.

Agar mendapatkan sampel yang benar-benar merepresentasikan populasinya maka dibutuhkan teknik khusus yang disebut teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Non-probability sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel yang tidak diketahui berapa besarnya peluang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dikarenakan tidak diketahui berapa banyak populasi yang tidak menggunakan jasa fitness. Metode sampling yang akan digunakan adalah purposive sampling. Metode ini merupakan salah satu teknik non-probability sampling dimana peneliti mengambil sampel yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian (Azwar, 2010). Ketika hendak memberi skala kepada sampel, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada sampel berupa


(53)

37 apakah sampel belum pernah menggunakan jasa fitness, sejauh mana pengetahuan sampel terhadap fitness center, serta bagaimana pandangan sampel terhadap kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah sampel memiliki kriteria yang harus dipenuhi. Adapun kriteria tersebut adalah:

• Sadar akan gaya hidup dan fisik yang sehat

• Belum pernah menggunakan jasa fitness

• Memiliki informasi tentang fitness center

Sebelum pembuatan skala, dilakukan teknik elisitasi salient belief dengan menggunakan sampel kecil sekitar 20 orang untuk mengetahui belief mereka terhadap jasa fitness. Kemudian, sampel besar diambil untuk mengisi skala data penelitian. Secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak (Azwar, 2010). Namun, supaya didapatkan data statistik yang lebih akurat maka peneliti memutuskan untuk mengambil sampel sebanyak 100 orang peminat olahraga di Kota Medan.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Franciss (2004) mengemukakan bahwa variabel dalam theory of planned behavior merupakan konstruk psikologis internal. Setiap variabel prediktor dapat diukur secara langsung yaitu dengan menanyakan subjek secara langsung tentang sikapnya secara keseluruhan, ataupun secara tidak langsung yaitu dengan menanyakan subjek berdasarkan aspek variabel secara spesifik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pengukuran tidak langsung dalam penelitian ini sehingga


(54)

pengumpulan data dilaksanakan dalam dua tahap yaitu elisitasi salient belief dan skala Likert.

Elisitasi salient belief dilakukan untuk mengkonstruk belief yang umum mengenai penggunaan jasa fitness pada populasi penelitian. Hasil dari elisitasi salient belief tersebut nantinya menjadi dasar untuk menyusun skala penelitian. Kemudian, skala disusun untuk mengungkap keyakinan subjek mengenai perilaku menggunakan jasa fitness. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator- indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2007). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 4 skala yaitu skala intensi, skala sikap, skala norma subjektif, dan skala perceived behavior control.

1. Skala intensi

Skala ini bertujuan untuk melihat intensi subjek sebagai kesimpulan apakah subjek akan menampilkan perilaku ataupun tidak. Disusun atas 4 aspek yang mempengaruhi intensi yakni action, context, time, dan target. Skala ini akan terdiri dari aitem dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dan terdiri dari aitem favourable. Bobot penilaian dalam skala ini yaitu 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), 4 untuk jawaban Setuju (S), 3 untuk jawaban


(55)

39 Ragu-Ragu (R) 2 untuk pilihan jawaban Tidak Setuju (S), 1 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 1. Blue Print Skala Intensi Sebelum Uji Coba Aspek-Aspek Komponen No. Aitem Jumlah

aitem

Bobot

Intensi

Target 1,2,3 3 25%

Context 4,5,6 3 25%

Action 7,8,9 3 25%

Time 10,11,12 3 25%

Total 12 100%

2. Skala Sikap

Skala ini disusun berdasarkan proses elisitasi salient belief mengenai keyakinan subjek terhadap konsekuensi menggunakan jasa fitness. Dari proses elisitasi didapatkan beberapa beliefs dan kemudian disusun menjadi skala sikap yang terdiri dari 2 aspek sikap menurut Ajzen (2005), yaitu outcome evaluation dan behavioral beliefs. Skala sikap ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari 10 aitem yang dibagi menjadi 5 aitem pada masing-masing aspek. Aitem pada aspek behavioral beliefs terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk aspek outcome evaluation terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban mulai dari Sangat Suka (SS), Suka (S), Netral (N), Tidak Suka (TS), dan Sangat Tidak Suka


(56)

(STS). Skala disajikan dalam bentuk pertanyaan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari skor 1 sampai 5 . Bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu: SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu: SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5.

Tabel 2. Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba

Aspek-Aspek Komponen Favourabel Unfavourabel TotalBobot

Sikap

Outcome Evaluation 1,2,3,5,6 4,7 7 50% BehavioralBeliefs 1,2,3,5,6 4,7 7 50%

Total 10 4 14 100%

3. Skala Norma Subjektif

Skala ini disusun berdasarkan proses elisitasi mengenai gambaran dukungan sosial terhadap penggunaan jasa fitness. Dari hasil elisitasi dibentuklah skala norma subjektif yang terdiri dari 2 aspek menurut Ajzen (2005) yaitu normative believe dan motivation to comply. Skala sikap ini menggunakan skala model Likert. Aitem pada aspek normative belief terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), R (Ragu-Ragu), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sementara untuk aspek motivation to comply, pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pertanyaan favourable


(57)

41 (mendukung) dimana nilai setiap pilihan bergerak dari skor 1 sampai 5 . Bobot penilaian untuk pernyataan pada skala ini yaitu: SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1.

Tabel 3. Blue Print Skala Norma Subjektif Sebelum Uji Coba

Aspek-Aspek Komponen No. Aitem Total Bobot

Norma Subjektif

Normative Believe 1,2,3,4,5 4 50%

Motivation to Comply 1,2,3,4,5 4 50%

Total 8 8 100%

4. Skala Perceived Behavior Control

Skala ini disusun berdasarkan proses elisitasi mengenai faktor yang mendorong atau menghalangi subjek untuk menggunakan jasa fitness. Terdiri dari 2 aspek yang mempengaruhi norma subjektif berdasarkan teori Ajzen (2005) yaitu control belief dan power of control factors. Skala sikap ini menggunakan skala model Likert. Untuk aspek control belief terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sementara untuk aitem power of control beliefs terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yang bermacam-macam sesuai dengan indikator yang hendak diukur (Franciss dkk, 2004). Skala disajikan dalam bentuk pertanyaan favourable, dimana nilai setiap pilihan bergerak dari skor 1 sampai 5 . Bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu: SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1.


(58)

Tabel 4. Blue Print Skala Perceived Behavior Control Sebelum Uji Coba

Aspek-Aspek Komponen Favourabel Total Bobot

Perceived Behavior Contol

Control Believe 1,2,3,4,5 5 50%

Power of Control 1,2,3,4,5 5 50%

Total 10 10 100%

3.5UJI VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM, DAN UJI RELIABILITAS 3.5.1 Uji Validitas

Validitas alat ukur merupakan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang hendak diukur atau diteliti dalam penelitian (Suryabrata, 2011). Dalam kata lain, validitas merupakan ukuran seberapa cermat suatu tes menjalankan fungsi ukurnya. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi mengukur sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Pengujian validitas ini dilakukan dengan cara analisis rasional atau professional judgement dengan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang ahli di bidangnya.

3.5.2 Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem digunakan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang hendak diukur (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap


(59)

43 aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2004).

Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 yang artinya fungsi item cocok dengan fungsi alat ukur dan memiliki daya beda yang baik (Azwar, 2000). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3, sehingga setiap item yang memiliki harga kritik ≥ 0,3 saja yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya. Perhitungan koefisien korelasi item ini menggunakan komputasi SPSS versi 16.0 for windows.

3.5.3 Uji Relibilitas

Reliabilitas mengacu kepada ukuran suatu kestabilan atau kekonsistenan responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dalam kuesioner. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan memiliki efisiensi yang tinggi. Pada penelitian ini estimasi reliabilitas dilihat dengan menggunakan koefisien alpha cronbach (Azwar, 2011) dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.


(60)

3.6HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk menguji mutu atau kualitas instrumen dimana dalam hal ini adalah skala penelitian (Suryabrata, 2011). Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan pada 70 orang sampel yang memiliki karakteristik yang sama serta instrumen yang sama dengan penelitian sesungguhnya.

3.6.1 Hasil Uji Coba Skala Intensi

Skala intensi yang diujicobakan berisi atas 12 aitem dimana semua aitem telah valid sehingga tidak ada aitem yang gugur. Namun, peneliti hanya menggunakan aitem yang memiliki daya beda tinggi, sehingga peneliti membuang 1 aitem di setiap aspek yang memiliki daya beda yang rendah. Hasil uji coba terhadap skala intensi menunjukkan koefisien α = 0.907 dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari 0.570 hingga 0.787.

3.6.2 Hasil Uji Coba Skala Sikap

Aitem yang diujicobakan pada skala sikap terdiri dari 14 aitem. Namun, pada skala ini terdapat 2 aitem yang gugur pada aspek outcome evaluation karena memiliki daya diskriminasi lebih kecil dari 0.3. Oleh karena itu, aitem tersebut tidak dapat digunakan sehingga pasangan dari aitem tersebut dalam aspek normative belief juga harus gugur. Skala ini memiliki koefisien α = 0.866 dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak mulai dari 0.327 hingga 0.755.

3.6.3 Hasil Uji Coba Skala Norma Subjektif

Dalam skala ini terdapat 8 aitem yang diujicobakan, dimana hasil dari uji coba menunjukkan bahwa semua aitem telah valid dan tidak ada yang gugur


(1)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami

baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan

yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan diri

Anda yang sesungguhnya.

Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang paling sesuai

untuk menggambarkan keadaan diri anda.

Contoh :

NO

PERNYATAAN

STS

TS

N

S

SS

1

Menggunakan jasa fitness merupakan

hal yang positif untuk kesehatan saya

STS

TS

N

S

SS

Jika anda ingin mengganti jawaban anda, berikan tanda = pada

jawaban yang salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban

yang anda anggap paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban:

NO

PERNYATAAN

STS

TS

N

S

SS

1

Menggunakan jasa fitness

merupakan hal yang positif untuk

kesehatan saya

STS

TS

N

S

SS


(2)

SKALA SIKAP

No. Aitem

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju

1 Menggunakan jasa fitness merupakan

hal yang positif untuk kesehatan saya STS TS N S SS 2

Menggunakan jasa fitness akan membuat tubuh saya menjadi lebih bugar

STS TS N S SS 3 Bentuk tubuh saya akan lebih terjaga

jika menggunakan jasa fitness STS TS N S SS 4

Menggunakan jasa fitness tidak menjamin tubuh saya menjadi lebih baik.

STS TS N S SS 5 Menggunakan jasa fitness dapat

menambah pertemanan saya STS TS N S SS

No. Aitem

Sangat Tidak

Suka

Tidak

Suka Netral Suka

Sangat Suka

1 Melakukan hal positif untuk kesehatan

saya merupakan hal yang saya: STS TS N S SS 2 Tubuh yang bugar merupakan hal yang

saya : STS TS N S SS

3 Bentuk tubuh ideal merupakan hal yang

saya : STS TS N S SS

4

Tidak adanya jaminan dalam

menggunakan jasa fitness merupakan hal yang saya :

STS TS N S SS 5 Bertambahnya pertemanan merupakan


(3)

SKALA NORMA SUBJEKTIF

No. Aitem

Sangat Tidak Sesuai

Tidak

Sesuai Netral Sesuai

Sangat Sesuai

1 Keluarga mendukung saya untuk

menggunakan jasa fitness STS TS N S SS 2

Saya memperoleh dukungan dari pasangan / teman untuk

menggunakan jasa fitness*

STS TS N S SS 3 Tetangga menyarankan saya untuk

mengikuti program fitness STS TS N S SS 4 Rekan kerja saya turut menggunakan

jasa fitness STS TS N S SS

No. Aitem

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju

1

Dukungan keluarga untuk

menggunakan jasa fitness merupakan hal yang penting bagi saya

STS TS N S SS 2 Saya merasa senang jika menuruti

saran pasangan / teman untuk menggunakan jasa fitness*

STS TS N S SS 3 Saya turut mempertimbangkan saran

tetangga saya untuk menggunakan jasa fitness

STS TS N S SS 4 Melakukan apa yang dilakukan oleh

rekan kerja merupakan hal yang penting bagi saya

STS TS N S SS


(4)

SKALA PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL

No. Aitem

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju

1 Saya memiliki waktu luang untuk

datang ke fitness center STS TS N S SS 2 Saya memiliki penghasilan yang

cukup untuk menggunakan jasa fitness STS TS N S SS 3

Saya memiliki banyak informasi tentang sarana dan program yang ditawarkan di fitness center

STS TS N S SS

4

Alat transportasi di sekitar saya memudahkan untuk menjangkau lokasi fitness

STS TS N S SS 5 Mudah bagi saya untuk menjangkau

lokasi fitness center STS TS N S SS

No. Aitem

1 Waktu yang saya miliki untuk menggunakan jasa fitness :

Sangat

Sedikit Sedikit Lumayan Banyak

Sangat Banyak 2

Penghasilan yang saya miliki untuk menggunakan jasa fitness :

Sangat Tidak Memadai

Tidak

Memadai Cukup Memadai

Sangat Memadai 3 Informasi yang saya miliki untuk

menggunakan jasa fitness :

Sangat

Sedikit Sedikit Lumayan Banyak

Sangat Banyak 4

Transportasi yang saya miliki ________ saya untuk pergi ke fitness center Sangat Tidak Memadai Tidak Memadai Cukup

Memadai Memadai

Sangat Memadai 5 Jarak antara tempat tinggal saya ke

fitness center:

Sangat

Jauh Jauh Lumayan Dekat

Sangat Dekat


(5)

SKALA INTENSI

No. Aitem

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Ragu-ragu Setuju

Sangat Setuju

1 Saya akan datang ke fitness center

untuk menjaga kesehatan saya STS TS R S SS 2 Saya akan datang ke fitness center

untuk membentuk lekuk tubuh saya STS TS R S SS 3

Saya akan terus mencari informasi tentang program dan biaya

penggunaan fitness center

STS TS R S SS

4

Saya akan bertanya kepada orang terdekat mengenai program yang ditawarkan di fitness center

STS TS R S SS

5

Saya akan datang ke fitness center ketika merasa fisik saya sudah tidak prima

STS TS R S SS 6 Saya akan datang ke fitness center

ketika merasa tubuh saya tidak ideal STS TS R S SS 7

Dalam waktu dekat ini saya

berencana untuk menggunakan jasa fitness

STS TS R S SS

8

Saya akan rutin menggunakan jasa fitness demi mewujudkan fisik yang ideal

STS TS R S SS


(6)